Home / Romansa / Rahim Sewaan / Bab 1 - (Pilihan Sulit)

Share

Rahim Sewaan
Rahim Sewaan
Author: Nkpurna

Bab 1 - (Pilihan Sulit)

Author: Nkpurna
last update Last Updated: 2025-04-22 23:11:49

"Maaf Nona, karena pendarahan di kepala, pasien harus segera dioperasi. Mohon segera lakukan pengurusan administrasi karena pasien harus cepat mendapat tindakan." seorang perawat membuyarkan lamunan Laura saat ia sedang duduk dengan tatapan kosong melihat ke arah pintu dimana ibunya sedang terbaring lemah tak berdaya. Bahkan keluarnya perawat tersebut tak ia sadari.

"Sus, tolong selamatkan ibu saya. Tolong berikan penanganan sekarang, saya mohon sus. Soal biaya bisa nanti kan, sus?" Air mata Laura kembali mengalir dengan derasnya.

"Maaf, Nona. Sesuai prosedur rumah sakit, harus selesaikan dulu administrasinya."

"Berapa untuk biaya operasinya?"

"Untuk biaya operasi sekitar 400 juta."

Mata Laura langsung membelalak, pikirannya berkecambuk. Bagaimana bisa ia mendapatkan uang sebanyak itu dengan cepat? Penghasilannya sebagai driver online dan ayahnya sebagai sopir tentu saja tak bisa dengan instan mendapatkan uang ratusan juta.

Laura membuka dompetnya dan hanya melihat uang 300 ribu hasil dari mengojeknya kemarin. Dia bingung harus mencari pinjaman kemana, tak ada barang berharga yang bisa ia jual. Tabungannya pun tak lebih dari angka tiga juta, sangat jauh untuk menutupi biaya operasi.

Laura langsung menghubungi sang ayah untuk mengabarkan kondisi ini. Dengan harap-harap cemas, ia menunggu hingga ayahnya, Johan, mengangkat teleponnya.

“Halo, ada apa Lau–”

“Ayah, bagaimana ini? Ibu harus segera dioperasi dan biayanya 400 juta. Perawat bilang kita harus segera mengurus administrasinya.” ucap Laura cepat sebelum ayahnya selesai berbicara.

"Apa? Darimana kita dapat uang sebanyak itu?" Tanpa sengaja Johan menaikan sedikit oktaf suaranya setelah mendengar kabar dari sang putri lewat panggilan telepon. Ia kemudian menghela napas frustrasi dan berucap, “"Ya sudah, kamu tunggu saja dulu disana. Jaga ibumu. Sebentar lagi ayah menyusul setelah mengantar majikan ayah pulang. "”

Panggilan segera dimatikan ayahnya sebelum Laura membalas. Gadis itu kemudian duduk kembali di tempat duduk seberang ruangan rawat ibunya dengan gelisah. Matanya berkali-kali melirik ke arah lorong untuk memastikan ayahnya sudah datang atau belum.

Beberapa menit kemudian, Laura melihat sosok sang ayah yang berlari tergopoh-gopoh ke arahnya. Laura sontak berdiri kemudian memeluk ayahnya erat-erat dan menangis terisak-isak.

"Bagaimana keadaan ibu sekarang?" Johan melerai pelukan lalu mengusap bulir air mata di pipi anak semata wayangnya.

"Masih kritis yah, "

Johan menatap sang istri dibalik jendela pintu ruangan. Ia merasakan sedih teramat mendalam melihat istrinya terbaring lemah tak berdaya.

"Ayah, bagaimana untuk biaya operasinya? Kita harus bagaimana?"

Johan membalikkan badan lalu mengajak Laura duduk di kursi tunggu.

"Nak, satu-satunya cara untuk menyelamatkan ibumu adalah kamu. Kalau kamu bersedia melakukannya, ibumu bisa tertolong."

Laura mengerutkan kening, ia tak paham dengan obrolan ayahnya.

"Ayah bicara apa? Aku seorang driver online, penghasilanku tak sebanyak itu. " dengan polos Laura menjawab ucapan ayahnya.

Johan menarik napas pelan, sebenarnya sangat berat untuknya menyampaikan niatnya pada Laura. Ia tak tega tapi di sisi lain, ia juga tak rela jika harus kehilangan nyawa sang istri. Perlahan mata mereka saling beradu, Johan tak mampu mengungkapkan tapi pikirannya terus saja menyuruhnya untuk segera bicara sebelum semuanya terlambat.

"Nak.." Johan mengusap lembut rambut Laura dengan sayang, "Ada satu pilihan yang bisa cepat kita lakukan untuk mendapatkan uang. "

"Bagaimana caranya ayah?" Mata Laura berbinar mendengar hal itu.

"Tapi maaf, kamu harus rela menolong orang atas dirimu."

Lagi - lagi Laura dibuat bingung dengan ucapan ayahnya, ia menunggu penjelasan lebih dari sang ayah.

“Laura, jadilah ibu pengganti agar ibumu terselamatkan. “ Johan memegang kedua tangan Laura dengan gemetar, menahan agar tangisnya tak pecah saat ini juga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahim Sewaan   Bab 59 - (Ancaman Arini)

    Laura memegangi perutnya yang terasa penuh. Ia menggelengkan kepalanya dengan badan yang di tegakkan. "Bi, aku sudah nggak sanggup. Ini sudah melebihi dari cara makanku yang biasanya. Aku menyerah. " Laura mengangkat tangannya sambil menatap makanan yang masih tersisa banyak di piring. Keysa dan Bi Ijah menatapnya dengan mengulum senyum. "Oke, Non, nggak apa-apa. Itu sudah cukup. " Ujar Bi Ijah sambil mengambil piring tersebut. "Hebat loh. Kakak bisa makan banyak. Tapi lebih hebat Bi Ijah. Tuh lihat, dari sekian banyak, nggak ada yang tersisa. " Ujar Keysa menggoda. Bi Ijah hanya terkekeh pelan sambil segera membereskan piring-piring tersebut dan segera mencucinya. Laura ikut tertawa melihat tingkah Bi Ijah. "Memang kalau lomba makan sama Bi Ijah, aku nggak sanggup jadi tandingannya. " Laura menggelengkan kepalanya. Keysa terkekeh, lalu ia membawa beberapa cemilan yang sudah ia ambil dari kulkas. "Aku ke kamar duluan, ya. Mau scroll informasi soal tadi, sekalian no

  • Rahim Sewaan   Bab 58 - ( Porsi kuli )

    "Ehem, ada yang sedang berbunga-bunga." Ujar Bi Ijah menggoda. Alisnya dinaik turunkan dengan mengulum senyum seperti ikut berbahagia. Laura tersentak, senyum yang merekah berubah menjadi sikap gugup, ia segera memasukkan ponselnya ke dalam sakunya kembali. "Apaan sih, Bi." Wajah Laura merona menahan malu. Menyadari Laura menjadi salah tingkah, bi Ijah segera mengambil tumpukkan piring kotor di hadapan Laura. "Non, itu piring kotornya biar bibi yang angkat. Non nggak boleh bawa barang berat." "Aku bukan membawa beras sekarung, Bi. Ini nggak berat kok. " "Nggak boleh, Non. Nanti Bibi yang kena marah Nyonya besar kalau tahu Non kerja berat." Kilah Bi Ijah tak mau dibantah. "Oke deh, aku cari aman saja. Biar sisa lauk ini saja yang aku angkat ke dapur." Ujar Laura pasrah. Bi Ijah meresponnya dengan menunjukkan jari jempolnya. Setelah sisa lauk disimpan di atas meja dapur, Laura segera mengambil gelas bersih. "Non, jangan dulu minum susu ya." Ujar Bi Ijah mence

  • Rahim Sewaan   Bab 57 - ( Makan Malam Bersama )

    "Malam semuanya, maaf membuat kalian menunggu lama. Padahal, aku tidak keberatan sama sekali jika kalian sudah lebih dulu makan. " Ujar Reno merasa tidak enak, lalu ia ikut duduk di samping Arini. "Nggak apa-apa, Mas, kita juga baru saja duduk." Jawab Arini dengan tersenyum. "Baiklah, karena Reno sudah datang, kita mulai saja makan malamnya. Tapi, Laura, Bi Ijah kemarilah!" Seru Nek Harni pada maid-maidnya yang sedang berdiri dibelakangnya. "Iya, Nek. Apa masih ada hidangan yang kurang?" Tanya Bi Ijah dengan menunduk. Nek Harni menggelengkan kepalanya setelah menatap satu per satu hidangan yang tersedia disana. Semua terdiri dari menu spesial request dari Nek Harni. Malah Nek Harni sendiri turut serta memasak di dapur sejak sore. "Kalian ikut makan, karena ini malam terakhir Oma disini. Oma mau semua yang berada disini ikut merasakan kehangatan makan malam bersama." Laura dan Bi Ijah saling memandang, lalu perlahan bi Ijah kembali memundukkan kepalanya. "Maaf, Nek, ki

  • Rahim Sewaan   Bab 56 - ( Kekesalan Keysa )

    Nek Harni mengerutkan kening saat melihat kedatangan Keysa dengan wajah kusutnya. "Keysa, katanya ini hari pertama kamu masuk kerja? Jam segini sudah pulang, apa memang jadwal orang magang memang sebentar?" Tanya Nek Harni sambil melirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul 11.00 siang. Keysa tak menggubris pertanyaan Nek Harni. Ia melempar tas punggung tak tentu arah, lalu menghampiri Nek Harni yang masih terdiam di sofa ruang keluarga. "Oma, ternyata dunia kerja itu kejam ya." Keysa memeluk tubuh ringkih Nek Harni yang masih terduduk di sofa. Lalu ia membaringkan tubuhnya di sofa tersebut, dengan kepala diatas pangkuan Nek Harni. Dengan refleks, tangan Nek Harni mengusap pelan rambut Keysa. "Keysa, dunia itu sifatnya fana. Baik dunia nyata, dunia kerja atau dunia maya sekalipun, semuanya memang terasa kejam jika kita menghadapinya dengan cara berfikir yang salah." Ujar Nek Harni dengan lembut. Keysa mendengarkan dengan mata yang tertutup. Berusaha menecrna setiap

  • Rahim Sewaan   Bab 55 - ( Ancaman untuk Keysa)

    Setelah memasuki ruangan, Keysa menutup pintu dengan buru-buru. Lalu ia duduk di kursi yang bersebrangan dengan Reno. Ia menghembuskan napas lega saat akhirnya ia bisa masuk dan menemui Reno. "Sejak kapan sih, perusahaan ini punya aturan seketat itu, hingga orang yang mau menemui kakak harus ada janji temu dulu." Ketus Keysa sambil melipat tangannya di dada. "Bertemu dengan CEO tentu tidak bisa sembarangan, Keysa. Kamu saja yang tidak tahu Sewaktu Papa menjabat juga aturannya tetap sama, dan itu sepertinya berlaku untuk semua peruhaaan. Terkecuali, orang yang akan bertemu tersebut adalah anggota keluarga yang dikenali.' Ujar Reno dengan datar, sambil matanya fokus kembali pada laptopnya. "Hem, semacam mau bertemu Presiden saja. " Seru Keysa sambil mengerucutkan bibirnya. Reno mengedikkan bahunya tak acuh. Tak menggubris lagi pernyataan Keysa yang menurutnya tak membutuhkan lagi jawaban, karena tadi sudah ia jelaskan dengan rinci. "Ada yang ingin kamu sampaikan? Menga

  • Rahim Sewaan   Bab 54- ( Insting Yang Tepat)

    Hari ini Reno sangat sibuk dengan urusan pekerjaannya. Beberapa panggilan telepon dari Keysa tak terjawab olehnya karena Reno sengaja mengaktifkan mode senyap pada ponselnya agar tak ada yang mengganggu. Ketukan pintu ruangan membuyarkan fokusnya yang masih terpaku pada laptop kerjanya. "Masuk." Ujar Reno sedikit berteriak. Soni, asisten barunya, menyembulkan kepalanya di balik pintu. Belum lama ini Reno mengangkatnya menjadi asisten pribadinya. Kondisi sekretarisnya, Dina, yang sedang mengandung membuat Reno membatasi pekerjaan Dina. "Reno, apa aku mengganggumu?" Tanya Soni sambil melangkah mendekati meja Reno saat dirinya telah masuk dan menutup kembali pintu ruangan. Soni terbiasa bersikap nonformal jika ia hanya sedang bersama Reno, meskipun itu di dalam kantor. Hal itu murni Reno yang minta, ia tak ingin memiliki kesenjangan bersama sahabatnya walaupun secara profesionalitas mereka adalah seorang atasan dan bawahan. "Hei, apa matamu sedang rabun? Bukankah ini sem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status