Home / Romansa / Rahim Sewaan / Bab 2 - (Gejolak Batin)

Share

Bab 2 - (Gejolak Batin)

Author: Nkpurna
last update Last Updated: 2025-04-24 14:06:28

"Ada seseorang yang sedang membutuhkan ibu pengganti untuk dapat mengandung anaknya. Seorang yang baik dan berkecukupan. Hanya saja 5 tahun pernikahan mereka belum dikaruniai anak. Apa kamu bisa membantu?" dengan lembut Johan memberi penuturan. Dengan hati hati ia menyampaikan sampai Laura paham tujuan pembicaraan.

Laura tak mampu berkata, matanya langsung berkaca-kaca, ia tahu betul apa itu seorang ibu pengganti. Ayahnya sendiri yang menyarankan untuk masuk dalam hal ini.

"Nak,, maafkan ayah, bukan maksud ayah untuk menjualmu. Ini sangat mendesak. Ayah tak tahu harus bagaimana. Mana ada orang yang mau meminjamkan uang sebanyak itu? Jual rumah kecil kita saja pasti tak akan dapat uang sebanyak itu. Kamu pikirkan baik-baik ya. Orang itu sudah berjanji jika bersedia akan diberi imbalan besar. Tentu itu jalan pintas untuk menyelamatkan ibumu."

Laura terdiam, mencerna setiap kata yang baru saja diungkapkan ayahnya. Satu sisi ia ingin marah, bisa-bisanya ayahnya mengorbankan kehormatan anaknya demi uang, sisi lain ia tak ingin egois jika mengabaikan keselamatan ibunya. Laura menangis sejadinya, duduk di kursi tunggu dengan tangan yang menutup seluruh wajahnya yang telah basah.

Beberapa saat kemudian, seorang perawat keluar dari ruangan Rina dalam keadaan panik. Tak lama seorang dokter datang dengan sedikit berlari disusul dua orang perawat. Laura dan ayahnya yang menyaksikan ikut panik. Johan yang ingin ikut masuk dihadang perawat, dengan terpaksa ia kembali berdiri dengan kekhawatiran di balik pintu ruangan.

Setelah beberapa saat, dokter pun keluar dan menghampiri. “Pasien sudah tak bisa terlalu banyak menunggu, saya harap keluarga pasien cepat mengambil keputusan sebelum terlambat. “ ujar dokter penuh penekanan walau dengan penyampaian yang begitu lembut.

Johan menatap wajah Laura dengan tajam. “Kali ini ayah serius meminta ketulusanmu sebagai anak, sungguh hidup dan mati ibumu ada pada keputusanmu.” kali ini Johan tak mengiba, ia sedikit memaksa karena sungguh ingin istrinya selamat.

“Hidup dan mati ibu itu kuasa Tuhan. Aku tak dapat mengendalikannya. Ayah sendiri dari dulu selalu menasehatiku untuk selalu menjaga kehormatanku sebagai wanita. Harus selalu menjaga diriku, menjaga harga diriku. Kenapa sekarang ayah malah mau menjerumuskan aku? “ Laura yang sedari kecil tak bisa untuk marah pada orang tuanya, kini melewati batas itu. Gejolak api disemburkan karena tersulut oleh ayahnya sendiri.

“Ayah mohon kali ini mengertilah. Ini demi keselamatan ibumu.”

“Aku juga gak mau kehilangan ibu, aku sayang ibu, tapi aku juga tak mau kehilangan harga diriku, aku tak mau kehilangan masa depanku, apa ayah tak mengerti?”

Tiba-tiba dokter kembali keluar dari ruangan Rina. “Pak, kondisi pasien semakin memburuk, secepatnya lakukan pengurusan administrasi, bila tidak, kami tak bisa menjamin ibu Rina dapat tertolong.”

"Nak, keadaan ibumu semakin memburuk. Dokter bilang operasi harus segera dilakukan. Bagaimana dengan keputusanmu, nak?" Johan mengiba kembali dengan raut wajah yang penuh kesedihan.

Laura memejamkan matanya dan menarik napas dalam. "Baiklah, demi keselamatan ibu, aku rela meski jadi seorang ibu pengganti."

Setelah berucap seperti itu air matanya kembali luruh. Ayahnya memegang kedua bahu sang putri lalu merengkuhkan tubuhnya, memeluk erat tubuh sang putri dengan terisak.

"Maafkan ayah.." dengan sedikit terbata ayahnya tak mampu lagi berkata.

**

Sesuai kesepakatan, operasi Rina telah selesai, hanya menunggu pemulihannya saja. Laura harus menunaikan janjinya. Johan tengah mengatur strategi untuk mempertemukan Laura dengan seseorang di sebuah cafe yang memiliki ruangan privat. Tentu saja karena tujuan pembicaraan bersifat rahasia.

Laura tengah menunggu di tempat yang sudah ditentukan dengan harap-harap cemas. Ia mengecek ponselnya dan tiba-tiba teringat akan kekasihnya yang sedang berjuang mengumpulkan dana di negeri orang untuk meminangnya karena melihat lock screen di hpnya terpasang foto mereka bersama. Laura seketika merasa sedih, Ia merasa akan mengkhianati kekasihnya, Devan. Ia tak tahu kemana arah hubungan mereka setelah ini. Tapi sekarang sudah beda cerita. Laura akan mengandung anak orang, tentu saja ia tak bisa percaya diri untuk hubungannya dengan kekasih. Mau tak mau dia harus siap untuk berakhirnya hubungan mereka.

Laura memainkan jemarinya dengan jantung yang berdegup tak karuan. Merasa tak siap dengan pertemuan ini.

Tak lama suara derap langkah terdengar mendekat., Laura semakin menundukkan wajahnya, tak berani menatap wajah lelaki yang ia tebak adalah seseorang yang ayahnya maksud.

"Laura..."

Laura menajamkan pendengarannya. Ia merasa tak asing dengan suara tersebut. Sejenak kemudian ia dongakkan kepala. Seketika matanya membelalak, tak percaya dengan seseorang yang kini berada di depannya.

"Re-Reno?" Laura menjawab sapaan dengan terbata. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa di hadapannya saat ini adalah Reno yang ia kenal.

Reno teman SMAnya juga orang yang sempat mengisi hatinya, meski akhirnya perasaan itu harus ia kubur dalam-dalam

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahim Sewaan   Bab 72 - ( Bertemu Menantu )

    Meski rasanya Rina belum puas dengan semua cerita Laura, ia memilih menghentikannya sementara. Sebagai ibu yang sangat menyayangi putri semata wayangnya, Rina ingin sekali memberikan wejangan-wejangan yang setidaknya bisa membuat hidup Laura merasa jauh lebih baik. Namun hari semakin larut, dan Laura sudah terlihat sangat lelah. Rina tak mau memaksa, ia menyayangi Laura termasuk calon cucunya juga. Sehingga ia meminta Laura untuk segera beristirahat setelah makan malam bersama. Gemuruh angin dan petir yang bersambaran membuat gaduh isi rumah yang awalnya hanya diwarnai keheningan. Hujan mengguyur begitu derasnya, membuat Rina berjalan mondar-mandir di balik pintu utama rumah kecilnya. Rina mengkhawatirkan Johan yang ia hubungi beberapa menit yang lalu, namun tak kunjung juga datang. Setelah menemani Laura tidur dengan nyenyak di kamar, Rina beralih ke ruangan depan agar tak mengganggu Laura. Saat hujan masih turun dengan derasnya, sinar lampu mobil menembus jendela membuat

  • Rahim Sewaan   Bab 71 - ( Kecewa dan Khawatir )

    Walau dengan bahasa yang halus sekalipun, sebagai seorang pria dewasa, Devan tahu betul bahwa Laura ingin ia segera pulang. Devan menatap Jefri yang duduk di sampingnya, dan Jefri membalasnya dengan anggukkan tipis. Walau merasa sedikit kecewa, namun Devan memahami, Laura butuh waktu sendiri untuk bisa mencari ketenangan setelah melewati hari yang sulit. "Baiklah, sayang. Aku paham, kamu beristirahatlah. Aku akan pulang sebentar lagi. Tapi aku minta, kabari aku secepatnya. " Ujar Devan yang mendekat lalu mengusap pucuk kepala Laura. Tunggu, sayang? Devan masih memanggil Laura dengan sebutan sayang? Jadi mereka masih berhubungan? Batin Rina merasakan geram. Ia tak pernah mengajari anaknya untuk berbohong, apalagi berkhianat, namun mengapa Laura tak sampai hati untuk berlaku jujur. Rina menggelengkan kepalanya perlahan. Laura bisa merasakan kemarahan ibunya yang terpendam. Saat menerima perlakuan manis Devan, sejenak ia memejamkan matanya dengan perasaan bersalah semakin m

  • Rahim Sewaan   Bab 70 - ( Benang kusut )

    "Dev, ini sudah sore. Aku harus pulang." Ujar Laura dengan perlahan. "Baiklah, aku antar kamu pulang. " Ujar Devan tanpa ragu. Laura menggelengkan kepalanya. "Nggak usah, Dev, aku bisa naik taksi sendiri. Aku nggak enak jika terus merepotkanmu hari ini." Bagaimana mungkin ia membiarkan Devan mengantarnya pulang. Jangan sampai ia mengetahui kalau sekarang ia tinggal di Villa milik Reno. Ia tak akan membiarkan Devan mengetahui hal itu. "Ya ampun, Laura sayang. Sejak kapan aku merasa kamu repotkan? Justru aku akan selalu senang jika kamu mau melibatkan aku untuk semua hal dalam hidupmu. " Sahut Devan meyakinkan. "Benar kata Devan, kamu barusaja mengalami kejadian yang tak mengenakkan. Mana bisa kami membiarkanmu pulang sendirian? Bukan soal repot atau tidak, tapi keselamatanmu sekarang adalah yang utama. " Ujar Jefri ikut menimpali. Sejenak Laura menatap kedua pria dihadapannya. Jika Devan hendak mengantarnya pulang, pasti tujuan yang dimaksud Devan adalah rumah orang t

  • Rahim Sewaan   Bab 69 - ( Kesederhanaan Laura )

    "Oh itu, mobil taksi." Ujar Laura setelah menemukan alasan dengan cepat. "Ya, taksi online. Soalnya tadi aku sedang berada dalam mobil saat kedua orang itu tiba-tiba membawaku ke gedung tua itu. " Laura kembali meyakinkan. Ia memasang wajah yang percaya diri, walau dalam hati ia menggerutu dan tak habis pikir dengan dirinya sendiri. Mengapa hari ini dirinya sangat pandai berbohong? Tapi bagaimana lagi, kejujuran untuk seorang Devan adalah tantangan yang sangat berat untuk ia lakukan kali ini. "Oh iya? Oke baiklah, ini handphonenya. " Devan menganggukkan kepalanya sambil menyodorkan benda pipih yang Laura minta. Laura menerimanya dengan perlahan. Ia menatap Devan dengan perasaan bersalah, ia terus meminta maaf dalam hati atas semua hal yang masih ia tutup rapi saat ini. Laura segera mengetikkan nomor ponsel yang akan ia hubungi. Untung saja nomor sang Ayah sudah berada di luar kepalanya, sehingga tak menyulitkannya saat ini. Tak butuh waktu lama, dua kali deringan saa

  • Rahim Sewaan   Bab 68 - ( Perhatian yang Dirindukan )

    Devan semakin dibuat khawatir saat melihat wajah Laura semakin pucat. Ia menyenggol lengan Jefri agar berhenti mencecar Laura dengan berbagai pertanyaan. Ia khawatir rasa trauma masih Laura rasakan, sehingga membuatnya tak bisa menceritakannya sekarang. Devan segera beranjak dari tempat duduknya, lalu beralih duduk di samping Laura. "Laura, sayang, nggak apa, kamu nggak harus menceritakannya sekarang. Kami akan menunggu sampai kamu siap menceritakan. Yang terpenting sekarang kamu aman dan selamat. " Ujar Devan, lalu menarik lembut tubuh Laura, mendekapnya dengan hangat, lalu mengusap pelan rambut Laura. Perhatian kecil yang selalu Laura rindukan, kini ia dapatkan kembali. Devan tak berubah, selalu mengerti dan memahami apa yang Laura rasakan. Laura menghembuskan napas lega, saat akhirnya sikap Devan membuatnya terselamatkan dalam suatu keadaan. Ia membiarkan kepalanya terbenam dalam dekapan dada bidang Devan untuk beberapa saat, hingga ketenangan menjalar kembali. Jefri ha

  • Rahim Sewaan   Bab 67 - ( Mimpi atau Nyata )

    "Devan, apa ini benar kamu?" Tanya laura memastikan sekali lagi. Ia menatap Devan tak percaya. Jika ini mimpi, mengapa terasa begitu indah untuknya hari ini. Ingin rasanya mencubit dirinya sendiri, untuk memastikan bahwa ini memang bukan mimpi. Namun ikatan tangannya membuat Laura tidak bisa melakukan itu. Devan berjalan semakin mendekat dengan perlahan. Apa yang dirasa Laura sama halnya dengan dirinya. Antara percaya dan tak percaya dengan kenyataan di depan matanya ini. Devan berhenti saat jaraknya dengan Laura hanya tinggal beberapa sentimeter saja. Ia membungkukkan badannya, menangkup wajah Laura dengan lembut, memastikan bahwa ini memang benar-benar nyata. Laura menangis haru, buliran bening keluar dari sudut matanya, namun bibirnya melengkungkan senyuman yang sudah lama Devan rindukan. Jefri hanya menyaksikan pertemuan dramatis tersebut tepat di belakang Devan. Menimbulkan seribu pertanyaan yang tak mungkin ia lontarkan saat ini juga. Melihat keharmonisan dua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status