Home / Romansa / Rahim Sewaan / Bab 10 (Kembali Nyaman)

Share

Bab 10 (Kembali Nyaman)

Author: Nkpurna
last update Last Updated: 2025-05-08 16:31:48

Reno yang menerima penolakan itu merasa kecewa. Dia merasa canggung karena Laura yang berada di hadapannya kini malah tak ingin berteman sekalipun dengannya. 

Keduanya nampak diam tak bersuara, hanya suara detik jarum jam yang menjadi penggiring keheningan. Setelah diam beberapa saat, akhirnya Reno kembali  mengutarakan pertanyaan yang sudah ingin mencuat dari jauh-jauh hari. 

"Hmm, Laura. Satu hal lagi yang harus aku tanyakan padamu." Kata Reno dengan gugup. 

  Laura menaikkan sebelah alisnya, "Apa itu?" 

  "Apa sekarang kamu mempunyai seorang kekasih?" Tanya Reno perlahan. 

  Seketika Laura terdiam, ia meletakkan cangkir di atas nakas lalu menghembuskan napasnya pelan. "Ada, malah dia sedang berjuang di negeri orang untuk meminangku. Tapi..." Laura langsung menunduk, tak mampu melanjutkan ceritanya. 

  "Maafkan aku. Aku telah membuat masalah baru di hidupmu. Bukan hanya soal kamu yang harus mengorbankan rahimmu, tapi juga perasaan, terutama hubungan kamu dengan kekasihmu. Aku tak bermaksud untuk merusaknya." Reno menundukkan kepala, perasaan bersalah menguasai dirinya. 

  Laura tersenyum, "Aku sudah siap untuk semua itu. Jika kemarin-kemarin hal itu sangat kutakutkan, tapi sekarang aku ikhlas, aku tahu Tuhan menitipkan takdir ini karena  masih berada dalam batas sanggupku." 

  "Ternyata aku tidak salah memilih orang, terima kasih untuk semuanya." Kata Reno dengan senyum mengembang di bibirnya.

 "Aku tidak mempunyai tujuan untuk mendapat ucapan terima kasih darimu." Kata Laura dengan senyuman tipis.

 "Lalu, apa tujuanmu hanya tentang uang?" 

 "Apa sebegitu buruknya aku di pikiranmu?" Protes Laura dengan melipat kedua tangannya di dada. Reno menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia tak bermaksud untuk menyinggung Laura. 

 "Baiklah, aku lupa, bahwa aku sudah tak harus peduli dengan apapun yang dikatakan orang. Persetan dengan apapun yang kamu pikirkan, aku akan tetap menjalani apa yang harus aku lakukan." 

Setelah mengatakan itu, Laura diam sejenak. Ia heran melihat ekspresi Reno yang melongo melihatnya mengomel tadi.

“Mengapa kamu melihatku seperti itu?” Tanya Reno dengan alis yang berkerut. 

“Astaga, bukankah aku yang seharusnya bertanya begitu?” Kata Laura, keduanya diam lalu tertawa dengan lepas. 

Tanpa sadar, hati Laura semakin melunak. Ia jadi terbiasa berbincang kembali dengan Reno hingga tak menyadari bahwa kenyamanan saat dulu bersama Reno ia dapatkan kembali. Terbukti dari caranya berbicara yang tak segan untuk mengutarakan apa yang ada di benaknya. 

 Begitu pula dengan Reno, mendengar omelan ataupun bentuk protes yang Laura tunjukkan, membuat Reno senang. Dia merasa kembali menemukan Laura yang dulu, temannya yang sempat mengisi hati dan harinya dulu. 

 **

 Hari ini Laura telah bersiap, ia memoles wajahnya dengan sentuhan makeup natural. Mood Laura tiba-tiba menjadi sangat bagus setelah dia mendapat pesan dari Tari bahwa mereka akan bertemu di sebuah kafe pada satu jam yang akan datang. 

 Bukan tanpa alasan, pergi keluar adalah satu hal yang indah bagi Laura karena selama beberapa hari ia merasa seperti di penjara karena berdiam diri terus di villa yang membuatnya merasa bosan. 

 Laura pergi dengan diantar Pak Bejo yang sudah dijadikan sopir pribadi Laura oleh Reno. Sesampainya di kafe, Laura mencari meja yang sebelumnya telah dipesan Tari. Setelah menemukan nomor meja yang dituju, seketika badan Laura terasa lemas ketika melihat orang lain di samping Tari. 

 Bagaimana tidak lemas, ia disuguhkan dengan tatapan Arini yang mendelik dan seolah siap untuk tempur membuat mood Laura hancur seketika, padahal sebelumnya dia telah membayangkan rasanya cuci mata dengan melihat keindahan dunia luar yang beberapa hari tidak ia temukan di villa.

 "Siang, tante. Maaf mungkin tante dan Mbak Arini menungguku lama." Sapa Laura dengan sopan. 

 "Siang, Laura. Mulai sekarang, biasakan panggil mama saja. Kamu sudah menjadi menantuku juga." Kata Tari dengan lembut, beda dengan Arini yang malah memalingkan muka. Awalnya Arini bersikeras ingin ikut Tari supaya mendapat pembelaan, ternyata dia salah, Tari malah bersikap lembut pada Laura dan menerima Laura sebagai menantunya juga. 

 "Laura, mama dengar beberapa hari yang lalu kamu sudah melakukan inseminasi. Makanya mama mengajak kamu kesini untuk mengucapkan terima kasih, kamu sudah mau berkorban untuk kami." Tari memeluk Laura dengan sayang. 

 "Jangan dulu senang, ma. Siapa tahu inseminasinya gagal." Ketus Arini sambil memutar sedotan di gelasnya. 

 "Hus, kamu kok bicara seperti itu? Ingat Arini, jasa Laura sangat besar untuk kelangsungan rumah tangga kamu. Kamu harusnya memberi dia reward atas kesiapannya untuk menolong kamu, dia bahkan rela mengorbankan masa depannya demi masa depan kamu dan Reno." Secara tegas Tari menolak sikap Arini yang tak tahu malu. Ia bahkan tak segan memarahi menantunya di depan umum, walaupun memang tak akan terdengar publik karena meja mereka terletak di pojok yang jauh dari meja lainnya. 

 "Mama mengapa jadi membela Laura?" 

 "Mama hanya membela yang menurut mama itu benar. Keluarga Wijaya tak ada yang melupakan jasa orang lain. Bersikaplah yang baik atau kamu akan tahu akibatnya." Tegas Tari tak bisa dibantah. 

 "Maaf, ma. Jika keberadaanku hanya memperkeruh suasana, sebaiknya aku kembali saja ke villa." Laura yang tak enak hati memilih pamit. 

 "Tunggu Laura, maafkan mama jika kamu merasa tak nyaman sekarang. Duduklah sebentar, masih ada yang ingin Mama sampaikan." Cegah Tari dengan lembut. Laura yang sudah berdiri akhirnya duduk kembali sesuai kemauan mertuanya. 

 "Laura, mama telah lama menanti kehadiran cucu dari Reno. Setelah kamu bersedia jadi seorang ibu pengganti, mama sangat senang sekali. Setiap hari mama menanyakan kabar kamu lewat Bi Ijah, mama sudah tak sabar ingin mendengar kamu hamil. Maka dari itu, mama ingin memantau sendiri keadaan kamu." Ucap Tari tulus dengan tak melepas genggaman tangannya dari Laura.

 Laura hanya diam mendengarkan dengan seksama, walaupun dalam hati ia curiga dengan pembicaraannya yang sepertinya mempunyai maksud lain. 

"Laura,” Tari semakin mengeratkan genggamannya, dengan wajah yang mengiba, ia seperti akan memohonkan sesuatu, “Tinggallah bersama kami di rumah keluarga Wijaya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahim Sewaan   Bab 66 - ( Bertemu Devan )

    "Jadi ini, Devan, proyek yang aku maksud. Gedung ini milik Wijaya Corp yang sudah lama tidak digunakan. Aku dengar, Wijaya Corp akan menggunakan gedung ini kembali, untuk dijadikan cabang baru yang akan dirintis. " Ujar Jefri seperti seorang roomtour yang menjelaskan langsung pada tempatnya. Devan hanya menganggukkan kepalanya, sambil menatap satu persatu sudut yang ditunjukkan Jefri. "Apa sudah ada gambaran tentang apa saja yang akan kamu renovasi?" Tanya Devan lebih lanjut. "Tentu saja. Sekitar delapan puluh persen akan diubah total. Dan selebihnya akan disesuaikan dengan desain pilihan yang mereka inginkan. Pembangunannya akan dimulai dari minggu depan, nanti gambaran tugasnya akan aku berikan. " Ujar Jefri menjelaskan. "Oke, sedikitnya aku mulai memiliki gambaran. " Ujar Devan percaya diri. "Goodjob. Ini yang membuat aku percaya diri dengan mengajakmu bekerja sama. Kamu pasti akan cepat tanggap dengan jobdesk yang diberikan.

  • Rahim Sewaan   Bab 65 - ( Penculikan )

    Laura tersadar dengan tangan yang diikat dibelakang. Laura memicingkan matanya, menatap sekeliling. Tempat yang asing, dengan penampakan barang-barang bekas yang berserakan. Dimana aku? Mengapa aku bisa ada disini? Batin Laura meringis, ia ingin berbicara, berteriak dan meminta pertolongan. Namun naasnya, mulutnya tertutup rapat dengan lakban yang tak bisa ia raih. Laura mengerang, mengeluarkan suara yang tak bisa dijelaskan. Mencoba berontak dan ingin segera keluar dari tempat asing tersebut. Tiga orang berbaju hitam datang, sepertinya mereka mengetahui Laura telah tersadar. "Wah, Nona, rupanya kamu sudah bangun." Ujar salah seorang pria, lalu mengelus lembut wajah Laura yang sedang bergetar menahan rasa takut. "Tidak usah takut, kami tidak akan menyakitimu. Hahaha" Ujar pria yang lain, lalu tertawa seakan ada sesuatu yang lucu. Laura hanya mampu menggelengkan kepalanya, dahinya mengucurkan keringat, dan kakinya sed

  • Rahim Sewaan   Bab 64 - ( Selingkuh )

    Desahan dan erangan saling bersahutan, senada dengan gerakan yang mengguncang ranjang di apartemen milik Arini yang menjadi hadiah ulang tahunnya dua tahun yang lalu. Apartemen mewah dengan view pusat kota menjadi saksi bisu pergumulan panas yang sudah terjadi hingga puluhan kali itu. Arini mengerang hebat, setelah dirinya mencapai klimaks, kepuasan yang selalu ia dapat saat ia bersama dengan Gery. Tempat di samping Arini berbaring menjadi berguncang hebat, saat Gery menjatuhkan badannya setelah berhasil menembak peluhnya. Keringat mereka saling bercucuran, dan napas tersenggal membuat keduanya menetralkan diri dengan menatap langit-langit kamar tersebut. "Terima kasih sayang, hari ini kamu menepati janjimu. " Ujar Gery sambil mengusap anak rambut Arini yang menghalangi wajahnya, lalu mengecup bibirnya dengan lembut. Arini hanya tersenyum sambil mengatur napasnya yang masih tersenggal. Seakan belum puas dengan pergumulan panas yang baru saja terjadi, Gery mulai memai

  • Rahim Sewaan   Bab 63 - ( Devan dan Jefri )

    "Sayang, aku senang sekali, akhirnya kamu pulang dan bisa menemani masa kehamilanku ini. Pokoknya kamu harus janji, kamu nggak boleh berangkat lagi ke Australia." Ujar Dina dengan lembut. Ia bergelayut manja pada kekasih gelapnya yang baru dua hari datang dari Australia. Devan melepas pegangan tangan Dina dengan perlahan. "Dina, aku sudah bilang. Jangan bersikap seperti ini jika kita sedang di area umum. Kamu harus ingat, hatiku tidak akan pernah bisa lepas sepenuhnya dari Laura. Namun, sebagai lelaki sejati, aku tidak akan lepas dari tanggung jawab. Aku tidak akan lari dari anak itu. Aku akan bantu membiayai anak itu, namun aku tidak bisa menikahimu. " Ujar Devan dengan tegas. Dina mengerucutkan bibirnya setelah Devan berbicara dengan lantang bahwa ia masih mencintai Laura. Usaha kerasnya selama ini, hingga menjebak Devan dan akhirnya mengandung seorang anak, ternyata tidak bisa menjadi alasan yang kuat. Dina menegakkan badannya, lalu memainkan minuman dihadapannya. "Aku

  • Rahim Sewaan   Bab 62 - ( Kemana Laura? )

    Melihat Pak Bejo seperti dalam keadaan berdebat, Keysa merasa geram, ada masalah apa yang membuat Pak Bejo tak kunjung memasuki mobil kembali. "Kak, sepertinya ada yang harus diselesaikan. Kakak nggak apa-apa kan kalau aku tinggal sebentar? Aku akan menghampiri Pak Bejo untuk menanyakan apa yang terjadi. " Tanya Keysa perlahan. "Kamu yakin mau menghampiri mereka?" Laura malah balik bertanya, dan tersirat kekhawatiran yang tiba-tiba. Keysa mengangguk mantap. Anak muda seperti Keysa, tidak akan bisa hanya berdiam begitu saja saat melihat sesuatu yang janggal terjadi. "Oke, kamu hati-hati, jaga emosi. Biasanya orang-orang seperti itu pandai memancing emosi. " Ujar Laura memperingatkan, setelah dirinya mulai merasa tenang, Laura bisa lebih berfikir kritis. Keysa hanya tersenyum lalu keluar dari mobil tersebut. Tanpa mau mendengarkan percakapan mereka, Keysa segera angkat suara untuk menanyakan kepastiannya. "Jadi sebenarnya mau kalian itu apa? Kita hanya mau melewati jal

  • Rahim Sewaan   Bab 61 - ( Kepolosan Keysa )

    Keysa menghembuskan napas lega saat Tari telah melenggang pergi meninggalkan Villa. "Hem, jadi seperti ini rasanya berada dalam sebuah masalah yang ditutup-tutupi." Ujar Keysa dengan pelan. Laura tersenyum. " Hidup itu sebuah drama. Terkadang, tidak semua orang harus tahu apa yang sedang terjadi pada hidup kita. Nikmatilah, ini hanya sebuah kerikil yang sedang menguji kekuatan hati." "Ya ampun, ya ampun, kakak iparku ini ternyata bisa sepuitis ini. " Ujar Keysa memuji dengan senyum canda yang menggoda. Laura tertawa, namun terhenti saat menyadari satu kata yang dirasa aneh. "Kakak ipar?" Keysa yang juga ikut tertawa langsung berhenti. Lalu ia mengerutkan keningnya. " Ada yang salah?" Tanya Keysa memasang wajah polos. Laura menggelengkan kepalanya. "Sedikit aneh, tapi its oke, aku tidak masalah. " Ujar Laura berusaha tenang, hatinya merasa senang. Dianggap sebagai kakak ipar, itu hal yang spesial, namun mengingat posisinya, tentu Laura tahu diri. Mungkin kata 'sementara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status