Home / Romansa / Rahim Sewaan / Bab 9 - (Jaga Jarak)

Share

Bab 9 - (Jaga Jarak)

Author: Nkpurna
last update Last Updated: 2025-05-07 16:41:32

Reno yang menyadari tingkah Arini hanya mengedikkan bahunya tak acuh, dia berfikir setelah ini hanya perlu sedikit merayunya saja. Reno terus membantu Laura sampai ke dalam kamar lalu membaringkan Laura di atas ranjang. 

  "Laura, terima kasih banyak. " Ucap Reno yang ikut duduk di pinggir ranjang tempat Laura dibaringkan. 

  "Aku tidak melakukan apapun yang mengharuskanmu mengucapkan terima kasih padaku." kata Laura tak acuh. Setelah Arini menemuinya di mobil, Laura lebih bersikap dingin pada Reno. Dia menjaga jarak, semata-mata untuk menghargai perasaan Arini yang menurutnya telah rapuh karenanya. 

  "Aku sudah aman disini, lagipula ada Bi Ijah yang akan menemaniku. Lebih baik kamu susul saja istrimu, dia sedang membutuhkanmu." Ujar Laura kembali tanpa menatap wajah Reno. 

  "Kamu juga istriku dan kamu lebih membutuhkanku sekarang." Tanpa sadar Reno berkata demikian, membuat ia segera memukul bibirnya sendiri karena berkata spontan seperti itu. 

  Laura yang mendengarnya langsung menatap Reno dengan mata yang membulat. Seketika Reno tampak gelagapan, tak mampu membenarkan kata atau sekadar mengeles setelahnya. Hanya keheningan yang tersisa karena perkataan Reno barusan membuat keduanya jadi canggung seketika. 

  Beberapa saat kemudian, pintu kamar diketuk memecah keheningan yang tengah berlangsung. Tak lama, pintu kamar dibuka oleh Bi Ijah. "Den, Non, maaf sepertinya Bibi harus keluar untuk membeli keperluan dapur yang kurang." Kata Bi Ijah setelah memasuki kamar Laura. 

  "Baiklah, Bi. Tolong sekalian lengkapi stok makanan bergizi, sayur, dan buah juga. Sekarang Laura harus dijaga ketat soal makanannya." Kata Reno penuh perintah. 

  "Baik, Den. Tapi bagaimana dengan Non Laura? Apa tidak apa-apa jika Bibi tinggal sendirian?" tanya Bi Ijah yang tak enak hati. 

  "Bibi nggak usah khawatir, saya baik-baik saja disini sendiri." Laura beranjak dari tempat tidurnya, ia seolah ingin menunjukkan pada dunia bahwa ia bukan wanita lemah yang harus dijaga ketat. 

  Dengan sigap Reno menahan Laura. "Tetaplah disini, jangan kemana-mana." Reno memapah kembali Laura ke atas ranjang, tak peduli dengan mata Laura yang mendelik dan ingin protes, Reno tetap melakukannya. 

  "Bibi tenang saja, aku ada disini. Aku tak akan pulang sampai bibi kembali." Ucap Reno meyakinkan Bi Ijah.

  "Baiklah, saya permisi." Bi Ijah melenggang keluar meninggalkan dua insan yang halal jika memang terus berduaan di kamar sekalipun. 

  "Pergilah, aku baik-baik saja. Aku tidak sakit, jadi tidak harus dijaga seperti ini." 

  "Mengapa kamu seperti menjaga jarak dariku? Apa aku telah melakukan kesalahan?" tanya Reno yang tak tahan dengan sikap dingin Laura. Laura yang sekarang sangat berbeda dengan Laura yang selalu bersikap hangat padanya sewaktu mereka berteman dulu. 

  "Berhentilah bersikap sepeduli itu padaku. Ada perasaan istrimu yang harus kamu jaga " 

  "Aku hanya peduli karena kamu akan mengandung anakku. Salahkah jika aku hanya ingin menjagamu sampai anak itu dilahirkan?" 

  Laura menggelengkan kepala, "Apapun alasanmu, tolong jangan buat hati istrimu hancur kedua kalinya."

 "Aku sudah berjanji pada ayahmu, aku akan selalu menjagamu dan tidak akan menyakitimu. Jadi tolonglah, jangan menghalangiku untuk menjaga calon anakku sampai ia lahir ke dunia." tegas Reno lalu meninggalkan Laura di kamarnya seorang diri. 

 Laura duduk membungkuk dengan memeluk kedua lututnya, ia menangis kembali. Akhir-akhir ini ia merasa cengeng, tak terhitung berapa kali ia menangisi takdir yang jauh dari harapannya ini. 

Tak berselang lama, Reno datang kembali dengan 2 cangkir teh hangat di tangannya. Dengan cepat Laura segera menghapus air mata di pipinya. Reno segera menghampiri setelah melihat mata Laura terlihat sembab. 

"Minumlah, biasanya mood kamu akan membaik dengan segelas teh hangat." Reno menyodorkan sebuah cangkir yang diterima Laura dengan tatapan heran. 

"Mengapa kamu masih ingat soal itu?" 

"Aku tidak pernah melupakan apapun tentang kita. Sekian tahun tak bertemu bukan berarti aku akan kehilangan ingatan, aku masih ingat betul bagaimana pertemanan kita dulu." Ujar Reno dengan senyuman setelah menyeruput sedikit tehnya. 

Laura hanya tersenyum lalu menikmati teh tersebut. 

"Oh iya, pertemuan kita sebelumnya tak pernah sekalipun bertukar kabar. Saat kita bertemu kembali hanya fokus pada perjanjian kontrak saja. Sekarang kan kita akan sering bertemu, bisakah kita menjadi seorang teman seperti dulu?" 

Laura refleks menggelengkan kepala. Ingin sekali ia menjitak kepala orang yang berada di hadapannya ini. Baru saja ia mengajukan permintaan agar Reno menjaga jarak, malah minta berteman kembali. Bagaimana dengan perasaan Arini yang mati-matian ia jaga?, monolog Laura dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahim Sewaan   Bab 66 - ( Bertemu Devan )

    "Jadi ini, Devan, proyek yang aku maksud. Gedung ini milik Wijaya Corp yang sudah lama tidak digunakan. Aku dengar, Wijaya Corp akan menggunakan gedung ini kembali, untuk dijadikan cabang baru yang akan dirintis. " Ujar Jefri seperti seorang roomtour yang menjelaskan langsung pada tempatnya. Devan hanya menganggukkan kepalanya, sambil menatap satu persatu sudut yang ditunjukkan Jefri. "Apa sudah ada gambaran tentang apa saja yang akan kamu renovasi?" Tanya Devan lebih lanjut. "Tentu saja. Sekitar delapan puluh persen akan diubah total. Dan selebihnya akan disesuaikan dengan desain pilihan yang mereka inginkan. Pembangunannya akan dimulai dari minggu depan, nanti gambaran tugasnya akan aku berikan. " Ujar Jefri menjelaskan. "Oke, sedikitnya aku mulai memiliki gambaran. " Ujar Devan percaya diri. "Goodjob. Ini yang membuat aku percaya diri dengan mengajakmu bekerja sama. Kamu pasti akan cepat tanggap dengan jobdesk yang diberikan.

  • Rahim Sewaan   Bab 65 - ( Penculikan )

    Laura tersadar dengan tangan yang diikat dibelakang. Laura memicingkan matanya, menatap sekeliling. Tempat yang asing, dengan penampakan barang-barang bekas yang berserakan. Dimana aku? Mengapa aku bisa ada disini? Batin Laura meringis, ia ingin berbicara, berteriak dan meminta pertolongan. Namun naasnya, mulutnya tertutup rapat dengan lakban yang tak bisa ia raih. Laura mengerang, mengeluarkan suara yang tak bisa dijelaskan. Mencoba berontak dan ingin segera keluar dari tempat asing tersebut. Tiga orang berbaju hitam datang, sepertinya mereka mengetahui Laura telah tersadar. "Wah, Nona, rupanya kamu sudah bangun." Ujar salah seorang pria, lalu mengelus lembut wajah Laura yang sedang bergetar menahan rasa takut. "Tidak usah takut, kami tidak akan menyakitimu. Hahaha" Ujar pria yang lain, lalu tertawa seakan ada sesuatu yang lucu. Laura hanya mampu menggelengkan kepalanya, dahinya mengucurkan keringat, dan kakinya sed

  • Rahim Sewaan   Bab 64 - ( Selingkuh )

    Desahan dan erangan saling bersahutan, senada dengan gerakan yang mengguncang ranjang di apartemen milik Arini yang menjadi hadiah ulang tahunnya dua tahun yang lalu. Apartemen mewah dengan view pusat kota menjadi saksi bisu pergumulan panas yang sudah terjadi hingga puluhan kali itu. Arini mengerang hebat, setelah dirinya mencapai klimaks, kepuasan yang selalu ia dapat saat ia bersama dengan Gery. Tempat di samping Arini berbaring menjadi berguncang hebat, saat Gery menjatuhkan badannya setelah berhasil menembak peluhnya. Keringat mereka saling bercucuran, dan napas tersenggal membuat keduanya menetralkan diri dengan menatap langit-langit kamar tersebut. "Terima kasih sayang, hari ini kamu menepati janjimu. " Ujar Gery sambil mengusap anak rambut Arini yang menghalangi wajahnya, lalu mengecup bibirnya dengan lembut. Arini hanya tersenyum sambil mengatur napasnya yang masih tersenggal. Seakan belum puas dengan pergumulan panas yang baru saja terjadi, Gery mulai memai

  • Rahim Sewaan   Bab 63 - ( Devan dan Jefri )

    "Sayang, aku senang sekali, akhirnya kamu pulang dan bisa menemani masa kehamilanku ini. Pokoknya kamu harus janji, kamu nggak boleh berangkat lagi ke Australia." Ujar Dina dengan lembut. Ia bergelayut manja pada kekasih gelapnya yang baru dua hari datang dari Australia. Devan melepas pegangan tangan Dina dengan perlahan. "Dina, aku sudah bilang. Jangan bersikap seperti ini jika kita sedang di area umum. Kamu harus ingat, hatiku tidak akan pernah bisa lepas sepenuhnya dari Laura. Namun, sebagai lelaki sejati, aku tidak akan lepas dari tanggung jawab. Aku tidak akan lari dari anak itu. Aku akan bantu membiayai anak itu, namun aku tidak bisa menikahimu. " Ujar Devan dengan tegas. Dina mengerucutkan bibirnya setelah Devan berbicara dengan lantang bahwa ia masih mencintai Laura. Usaha kerasnya selama ini, hingga menjebak Devan dan akhirnya mengandung seorang anak, ternyata tidak bisa menjadi alasan yang kuat. Dina menegakkan badannya, lalu memainkan minuman dihadapannya. "Aku

  • Rahim Sewaan   Bab 62 - ( Kemana Laura? )

    Melihat Pak Bejo seperti dalam keadaan berdebat, Keysa merasa geram, ada masalah apa yang membuat Pak Bejo tak kunjung memasuki mobil kembali. "Kak, sepertinya ada yang harus diselesaikan. Kakak nggak apa-apa kan kalau aku tinggal sebentar? Aku akan menghampiri Pak Bejo untuk menanyakan apa yang terjadi. " Tanya Keysa perlahan. "Kamu yakin mau menghampiri mereka?" Laura malah balik bertanya, dan tersirat kekhawatiran yang tiba-tiba. Keysa mengangguk mantap. Anak muda seperti Keysa, tidak akan bisa hanya berdiam begitu saja saat melihat sesuatu yang janggal terjadi. "Oke, kamu hati-hati, jaga emosi. Biasanya orang-orang seperti itu pandai memancing emosi. " Ujar Laura memperingatkan, setelah dirinya mulai merasa tenang, Laura bisa lebih berfikir kritis. Keysa hanya tersenyum lalu keluar dari mobil tersebut. Tanpa mau mendengarkan percakapan mereka, Keysa segera angkat suara untuk menanyakan kepastiannya. "Jadi sebenarnya mau kalian itu apa? Kita hanya mau melewati jal

  • Rahim Sewaan   Bab 61 - ( Kepolosan Keysa )

    Keysa menghembuskan napas lega saat Tari telah melenggang pergi meninggalkan Villa. "Hem, jadi seperti ini rasanya berada dalam sebuah masalah yang ditutup-tutupi." Ujar Keysa dengan pelan. Laura tersenyum. " Hidup itu sebuah drama. Terkadang, tidak semua orang harus tahu apa yang sedang terjadi pada hidup kita. Nikmatilah, ini hanya sebuah kerikil yang sedang menguji kekuatan hati." "Ya ampun, ya ampun, kakak iparku ini ternyata bisa sepuitis ini. " Ujar Keysa memuji dengan senyum canda yang menggoda. Laura tertawa, namun terhenti saat menyadari satu kata yang dirasa aneh. "Kakak ipar?" Keysa yang juga ikut tertawa langsung berhenti. Lalu ia mengerutkan keningnya. " Ada yang salah?" Tanya Keysa memasang wajah polos. Laura menggelengkan kepalanya. "Sedikit aneh, tapi its oke, aku tidak masalah. " Ujar Laura berusaha tenang, hatinya merasa senang. Dianggap sebagai kakak ipar, itu hal yang spesial, namun mengingat posisinya, tentu Laura tahu diri. Mungkin kata 'sementara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status