Beranda / Romansa / Rahim Sewaan / Bab 32 - ( Rapuh)

Share

Bab 32 - ( Rapuh)

Penulis: Nkpurna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-02 14:55:10

Laura masih diam mematung di tempat yang sama setelah Arini pergi meninggalkan ruangan itu.

"Non, Non Laura, Non Arini memanggil." Ujar Bi Ijah mengagetkan.

Seketika Laura tersadar, sejak tadi dia melamun, hingga tak menyadari Bi Ijah masuk dan mendekatinya, padahal pintu ruangan berada di depan matanya.

"Eh, iya Bi, dimana Mbak Arini sekarang?"

"Di ruang depan, Non."

Laura menarik napas dalam, ia seperti sedang bersiap menunggu persidangan. Rasa gugup bercampur rasa cemas tiba-tiba menghampiri. Sudah beberapa kali ia berbicara dengan Arini dan dia selalu mendapatkan hal yang tidak mengenakkan hati.

Laura menyunggingkan sedikit senyuman pada Bi Ijah saat ia akan beranjak pergi, "Aku ke depan dulu, Bi."

Bi Ijah mengelus pelan pundak Laura, seolah menyalurkan tanda untuk bersiap menghadapi apa pun yang terjadi nanti.

Dengan langkah berat, Laura berjalan perlahan untuk menemui Arini. Setelah tiba di ruangan depan, terlihat Arini sedang duduk manis di sofa yang ber
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Rahim Sewaan   Bab 90 - ( Kekhawatiran Arini )

    Arini telah sampai di Villa satu jam sebelum jam makan siang tiba. Saat di mobil tadi, ia telah menghubungi Reno untuk memastikan sesuatu yang masih mengganjal tentang isi pesan yang masih menggantung tadi. Saat ditelepon tadi, Reno tak banyak bicara. Namun saat Reno mengajaknya bertemu dan makan siang bersama, kehawatirannya seakan menghilang begitu saja. Langkahnya menjadi sangat pasti. Arini merasa saat ini dunia masih ia genggam. Tak ada yang perlu ia khawatirkan, apalagi ditakutkan. Saat ia hendak memasuki pintu, Bi Ijah yang menyadari kedatangannya, dengan sigap membukakannya pintu. Arini melenggang masuk dengan langkah yang tegas, punggung yang lebih tegap, serta merasa percaya diri karena telah memenangkan sesuatu yang memuaskan hatinya waktu kemarin. "Siapkan masakkan yang spesial! Siang ini Reno akan makan siang disini." Ujar Arini tanpa menatap Bi Ijah yang berdiri tertunduk. "Baik, Non." Sebelum naik ke lantai atas, Arini merasa ingin mengetahui keadaan L

  • Rahim Sewaan   Bab 89 - ( Boom Chat )

    Arini menyipitkan matanya yang sedang terpejam, lalu berusaha menutup wajahnya dengan selimut. Sinar matahari pagi yang menyorot lewat jendela kamarnya, menganggu tidur nyenyaknya. "Sayang, apa kamu tidak mau membuatkanku sarapan pagi?" Tanya Gery sambil menyugar rambutnya yang basah dengan handuk. Setelah mandi, Gery dengan sengaja membuka tirai gorden yang menutup rapat jendela. Ia ingin kilau cahaya membangunkan Arini yang sulit ia ganggu. Perutnya lapar dan ia ingin Arini memasakkannya sesuatu. Arini membuka selimutnya dengan enggan. Lalu, ia beranjak dari kasurnya hendak pergi mandi. "Kamu pesan saja makanan dari bawah. Billnya biar aku yang urus." Ujar Arini sebelum punggungnya benar-benar hilang di balik pintu toilet. Gery mengedikkan bahunya acuh tak acuh. Lalu, ia melakukan apa yang Arini suruh. Gery hanya modal tampang, sedangkan urusan dompet, Arini selalu bisa menjadi andalannya. Usaha bengkelnya akhir-akhir ini mengalami penurunan. Namun itu tak membua

  • Rahim Sewaan   Bab 88 - ( Arini Berbohong )

    Setelah berpamitan, Reno segera mengajak Sony pergi. Kali ini ia tak mengajak Johan, karena Laura masih membutuhkan penjagaan, namun Laura menolak disediakan bodyguard. Reno akan lebih tenang jika Johan yang berganti menjaga Laura, karena Laura pun tak menolak hal itu. Setelah Reno memasuki mobil, Sony segera berdehem sebelum ia melajukan mobilnya. "Bos, apa rapat dengan Purna Jaya tidak jadi direschedule? " Tanya Sony saat mengira Reno akan menghadiri rapat yang sempat akan ditunda karena pagi tadi Reno sempat demam. "Tidak. Ke Jalan Summer saja. " Ujar Reno dengan tatapan datar. Sony sempat mengerutkan kening. Setahunya, alamat yang disebutkan adalah alamat salah satu apartemen keluarga Reno. Mau apa dia kesana? Sejak Reno mengangkatnya jadi Asisten pribadi, ia banyak belajar dari Dina tentang apa yang biasa bosnya lakukan. Serta ia menghafal alamat-alamat yang berkaitan dengan hidup Reno termasuk kolega bisnisnya. Ternyata hal itu ada positifnya di saat-saat seperti i

  • Rahim Sewaan   Bab 87 - ( Tak ingin Berjarak )

    "Apa_ apa kamu marah karena tadi aku menyentuh bibirmu?" Tanya Reno perlahan. Reno sempat memejamkan matanya saat mengatakan itu. Ia sangat ragu namun ia sangat ingin tahu alasan Laura bersikap dingin padanya. Laura membelalakkan matanya menatap Reno. Sebelum akhirnya wajahnya bersemu merah menahan malu. Ia menjadi salah tingkah. Namun ia tak ingin Reno menyadarinya. Mengapa Reno harus mengungkit kejadian tadi? Laura sangat malu, meskipun saat itu terjadi, Laura tak bisa mengelak, ia merasa candu. Tapi, apakah Reno harus membahas itu? "Reno! Apa hal itu harus kamu bahas?" Laura merasa geram karena Reno mengatakan apa yang seharusnya tak mereka bahas. "Aku, aku minta maaf soal tadi. Aku nggak tahu, Lau. Saat tadi, aku tak bisa menahannya. Saat kamu menggigit bibirmu, aku nggak bisa tak melakukan itu. " Ujar Reno dengan jujur. Laura mengerutkan keningnya. Mengapa Reno berbicara sefrontal itu? Laura sangat enggan membahasnya. Namun Reno terlanjur membuka cerita itu, mau tak mau La

  • Rahim Sewaan   Bab 86 - ( Kembali Dingin )

    "Nak, kamu nggak apa-apa? " Tanya Rina menghampiri Laura yang sedang duduk di kursi belakang rumah. Laura sedang melamun, sehingga ia tak menyadari jika ibunya datang. Dan saat ibunya bertanya, Laura jadi tersentak kaget. "Em, nggak apa-apa, Bu. Tentu saja aku baik-baik saja." Ujar Laura dengan tersenyum. "Tapi, kata Reno kandunganmu..." "Tidak apa-apa. Dia kuat, Bu. Tidak usah khawatir." Ujar Laura segera menyela ucapan ibunya. Ia tak ingin Ibunya khawatir. Rina menghela nafas, ia tahu betul jika Laura sedang berbohong. Jelas-jelas ia sudah mendengar semuanya dari Reno. Namun ia pun tahu betul dengan sifat Laura yang selalu ingin terlihat kuat di hadapan orang lain, serapuh apapun itu. "Ibu percaya, anak ini kuat. Seperti mamanya tentunya. " Rina menoel hidung Laura saat berkata seperti itu. Awalnya Laura tertawa saat ibunya menggodanya. Lama kelamaan senyuman itu memudar, saat ia menyadari sesuatu. Ia merasa tertegun. Aku? Mamanya? Tapi, anak ini akan ku sera

  • Rahim Sewaan   Bab 85 - ( Antara Saran dan Menyalahkan )

    Laura?" Melihat Laura hanya diam menunduk, Dokter Gina segera menggubrisnya. Laura mengangkat pandangannya, dengan mata yang mulai berkaca-kaca, ia menatap Dokter Gina yang sepertinya sangat menantinya penjelasan. Tapi, lagi-lagi Laura menimbang, ia bukanlah seorang pengadu. Bukankah kejadian yang ia alami kemarin adalah peringatan besar untuknya dari Arini? Laura tak bisa mengatakan itu pada Dokter Gina. Ia tahu, keselamatan janinnya adalah yang utama. Ia tak perlu mengumbar kejadian suram kemarin pada siapapun. "Baiklah, aku tidak akan memaksamu untuk cerita. Tapi, bolehkah kalau semisal aku memberimu sedikit acuan? Ya, memang ini bukan ranahku. Sesuatu yang terjadi padamu adalah sebuah permasalahan internal. Dan kamu berhak untuk tak menceritakannya pada siapapun." Ujar Dokter Gina dengan perlahan. Laura hanya menganggukkan kepalanya perlahan sambil tangan mengelus perutnya. Setelah melihat gestur penyetujuan itu, Dokter Gina merapatkan duduknya lebih dekat dengan Laura.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status