Home / Romansa / Rahim Sewaan / Bab 8 - (Inseminasi Buatan)

Share

Bab 8 - (Inseminasi Buatan)

Author: Nkpurna
last update Last Updated: 2025-05-06 11:17:25

Sesampainya di rumah sakit, Reno yang sudah menunggu sedari tadi langsung menyambut hangat kedua wanitanya. Ya, meskipun pelukan hangat yang didapat Arini dan hanya sapaan kecil yang diterima Laura, tapi tentu saja itu bukan masalah bagi Laura. 

  Mereka langsung menuju ruangan dokter Gina, teman dari Arini yang telah diberi kepercayaan untuk membantu selama proses kehamilan Laura berlangsung. 

  "Selamat siang, dokter Gina." Sapa Reno kala mereka hendak memasuki ruangan dokter Gina. 

  "Selamat siang, silakan masuk." Ketiganya langsung masuk dan Arini mendapat pelukan hangat dari sahabat yang baru mengetahui kejadian mengenai kontrak ini. 

  "Kenalkan, ini Laura, wanita yang akan mengandung anak kami." Kata Arini mengenalkan Laura pada dokter Gina. 

  "Salam kenal Laura, saya Dokter Gina. Disini saya yang akan menemani kamu sampai proses melahirkan nanti. Kamu boleh bertanya apapun itu mengenai proses inseminasi sampai hal-hal yang menyangkut kehamilan kamu nanti.” Sapa Dokter Gina dengan ramah. Meskipun ia adalah teman Arini, namun sebagai seorang dokter, ia harus tetap profesional, tidak ada sikap memihak siapapun, tetap membantu sampai tuntas sesuai tujuan permintaan dari keluarga pasien.

  "Saya Laura, senang bertemu dengan dokter. " Laura menjabat tangan dokter tersebut dengan ramah. 

  Selanjutnya dilakukan serangkaian pemeriksaan medis untuk memastikan kondisi kesehatan dan kesuburan kedua belah pihak, serta persiapan sampel sperma dan memantau masa ovulasi demi kelangsungan inseminasi buatan itu berjalan dengan lancar. 

“Dua minggu lagi akan saya kabari, jika hasilnya bagus, maka akan langsung saya jadwalkan tindakan inseminasinya. “ kata Dokter Gina sebelum Laura dan yang lainnya meninggalkan ruangan Dokter Gina.

  **

  Beberapa hari kemudian, proses inseminasi akan dilakukan. Serangkaian tes telah dilaksanakan dan memberikan hasil yang bagus, Dokter Gina langsung menjadwalkan inseminasi sesuai masa ovulasi dari Laura. 

  "Laura, kamu tetap rileks dan jangan gugup ya." Titah Dokter Gina pada Laura yang telah berbaring di meja ginekonologi. 

  Laura hanya menurut meskipun ia sendiri tak bisa mengendalikan dirinya bahwa saat ini ia gugup luar biasa. Seketika pikirannya langsung travelling ke mana-mana. Saat-saat seperti ini, ia merindukan pelukan hangat sang ibu yang menenangkan. Namun apa daya, ia hanya bisa menangis sendirian, melewati kerasnya hidup tanpa dorongan doa sang ibu yang tak tahu kejadian yang sekarang ia alami. 

  Sebuah spekulum menyentuh dan mendarat di bagian intimnya, membuat Laura semakin merasa teriris. Harta yang selama ini ia jaga kini pertahanannya rusak begitu saja. Sebagai wanita yang selalu menjaga kesuciannya, tentu tak mudah untuk merasa ikhlas begitu saja.

 Air mata Laura kembali luruh, bersamaan dengan masuknya kateter yang membawa sperma itu masuk menuju rahimnya. Sekitar 20 menit, proses inseminasi sudah selesai. Singkat, namun dengan bekas ingatan yang bertahun-tahun pun tak akan pernah hilang dalam ingatan Laura. 

 "Good job, semuanya sudah selesai. Kamu hanya perlu berbaring beberapa saat. Jangan banyak gerak dulu ya, nanti saya lakukan observasi beberapa saat lagi." Kata Dokter Gina setelah tugasnya telah usai lalu pergi meninggalkannya seorang diri. 

 Laura hanya menganggukkan kepala dengan tatapan datar. Ia merasa hidupnya akan berubah 360 derajat. Setelah ini kemungkinan besar ia akan berbadan dua, mempunyai tanggung jawab untuk sebuah nyawa di perutnya dalam beberapa bulan. 

Laura masih dalam keadaan pemulihan, dia tetap berbaring dan tak menggerakkan tubuhnya sama sekali, ketika pintu ruangan terbuka kembali, Laura tak mau menoleh ke arah pintu, pikirannya masih beradu pada sebuah proses yang berhasil mengubah hidupnya. 

 "Laura, apa kamu baik-baik saja?" tanya Reno yang terlihat cemas. 

 Laura menatap Reno dengan mata yang berkaca-kaca. 

 "Apa ada yang sakit?" tanya Reno kembali karena sedari tadi tak mendapat jawaban. 

 "Sayang, mengapa kamu jadi peduli gini sama Laura? Bukankah kamu sudah janji tak akan melibatkan perasaan?" Protes Arini yang tak sedikitpun merasa iba setelah melihat Laura yang terlihat pucat. 

 "Arini, aku mohon kali ini kamu mengerti. Aku peduli karena Laura telah melakukan sesuatu hal untuk kita. Jadi wajar kalau aku tak akan membiarkan Laura sampai kenapa-napa." 

 Seketika mata Arini membulat sempurna. Ia ingin sekali memaki wanita yang ada di hadapannya ini. Karena Laura, hari ini Reno secara terang-terangan membela wanita lain. Namun belum sepatah kata yang keluar, dia dikejutkan dengan suara seseorang yang membuatnya harus diam. 

 "Laura sedang dalam masa pemulihan, jadi dia tidak boleh banyak gerak untuk beberapa saat. Setelah ini dia sudah bisa pulang. Saya mohon agar kondisi Laura selalu dijaga. Jangan sampai dia stres, jaga pola makanannya, dan hindari aktivitas berlebihan." Dokter Gina yang datang bersama seorang asisten berhasil membuat Arini tidak jadi memaki Laura.

Setelah proses inseminasi selesai, dokter memperbolehkan Laura untuk pulang. Laura diantar Reno dan Arini langsung menuju Villa tempat tinggal sementara Laura.

Mobil yang mereka tumpangi telah sampai di halaman Villa. Dengan sigap, Reno memapah Laura sampai menuju ke kamarnya. 

 "Reno, aku bisa sendiri." Tolak Laura saat melihat ekspresi Arini yang menunjukkan tidak suka. 

 "Sudahlah, kamu masih terlihat lemas, jangan sok kuat, aku akan memapahmu sampai kamu berada di kamar dengan aman." Tegas Reno tak mau dibantah. 

 Lagi dan lagi Arini hanya bisa mengerucutkan bibirnya. Tak tahan dengan Reno yang tak bisa menjaga perasaannya, Arini pergi begitu saja keluar dari villa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahim Sewaan   Bab 14 - (Serba Salah)

    Laura tampak kaget, ia sedikit curiga dengan sikap Arini yang menurutnya aneh. "Meskipun kita sesama wanita, tapi aku tak bisa menyelesaikan hajatku jika ada orang lain disini." Ujar Laura dengan gugup. "Kamu pikir aku sudi menyaksikan orang berak disini, hah?" Arini menatap tajam Laura, ia berbicara dengan nada yang pelan karena tak mau mertuanya curiga jika ia sampai berteriak di dalam kamar mandi. "Lalu, apa yang mbak lakukan disini?" Arini mendekati Laura dengan senyum sinisnya hingga mereka hanya berjarak beberapa senti. "Laura Adelia, selamat kamu berhasil mengambil hati mertuaku. Kamu ambil semua perhatian dan kasih sayangnya." Arini bertepuk tangan dengan pelan hingga nyaris tak mengeluarkan suara. "Aku akui, aku tak bisa sepertimu, hamil dan melahirkan keturunan keluarga Sanjaya. Namun kamu jangan pernah berharap untuk menggantikan posisiku di keluarga Reno." Arini menatap Laura dengan tajam, memegang rahang Laura dengan kencang membuat Laura kesusahan untuk

  • Rahim Sewaan   Bab 13 - (Hamil)

    Laura membuka matanya perlahan, ia melihat ke sekeliling, dimana ada Tari yang tersenyum mendekatinya dan juga Arini yang berdiri memperhatikannya. "Mama." Kata Laura dengan lemah, ia masih belum mempunyai banyak energi untuk bicara sekalipun. "Iya, Laura. Apa yang kamu rasakan sekarang?" Tanya Tari dengan lembut. Laura hanya menggelengkan kepala kemudian berusaha untuk bangkit dari pembaringannya. "Kamu istirahat saja, jangan dulu bangun. Biar kami panggilkan dokter saja." Seru Tari mencegah Laura. "Biar aku saja yang panggilkan dokternya, ma." Kata Arini yang cemburu melihat kelembutan sikap Tari pada Laura. Arini melenggang keluar dengan langkah gontai. Ia tampak lesu, apalagi tadi dia mendengar kondisi Laura dari dokter yang membuatnya semakin risau, tak tahu harus bahagia atau sedih. "Mengapa aku bisa ada disini, ma?" Tanya Laura yang masih bingung, seingatnya tadi ia masih berada di kantor Reno. "Kamu tadi pingsan di kantor, Dina yang menemukanmu tergelet

  • Rahim Sewaan   Bab 12 - ( Kekecewaan Johan)

    “Aku tidak mendengar kabar pernikahannya. Dia seorang gadis, sudah setahun bekerja dengan sangat baik di kantor ini. Namun beberapa minggu lalu aku mendengar kabar kehamilannya yang tiba-tiba. Sebenarnya kabar ini merusak citra buruk perusahaan, aku juga sedang menangani hal ini.“ Reno kembali menjelaskan. Laura tampak kaget mendengar berita mengenai temannya sendiri. Ia menatap Reno lamat-lamat membuat Reno mengerutkan alisnya.“Kamu sama sekali nggak tahu tentang ini?” Tanya Reno yang heran melihat Laura tampak melongo. Laura menggelengkan kepala dengan wajah polosnya. “Nggak tahu.”Reno menepuk pelan keningnya. Baru saja akan berbicara kembali, tiba-tiba terdengar ketukan yang membuat keduanya melihat ke arah pintu. "Masuklah." Seru Reno, tanpa menunggu lama, Johan masuk dan menutup kembali pintu ruangan. "Baiklah, ayah sudah datang. Aku ada urusan sebentar, kamu bisa panggil Dina jika membutuhkan sesuatu. Ruangan Dina tepat di samping ruangan ini." Reno mengambil sebuah b

  • Rahim Sewaan   Bab 11 - (Bertemu Dina)

    "Tinggallah bersama kami di rumah keluarga Wijaya." Seru Tari dengan wajah yang masih mengiba. Arini tampak melongo mendengar permintaan Mamanya pada Laura, sedangkan bagi Laura sendiri, ia tak begitu kaget karena sedari awal ia telah curiga sebelumnya. "Ma, tolong pikirkan kembali apa yang baru saja mama katakan. Secara tidak langsung kita akan membuka rahasia kita pada dunia." Arini menyela ucapan mama mertuanya dengan cepat, tanpa mau mendengarkan jawaban Laura yang sedang diajak bicara. Laura menganggukkan kepala tanda setuju pada ucapan Arini. "Tante, eh, maaf Ma. Kali ini aku belum bisa memenuhi keinginan Mama. Kontrak kita ini bersifat rahasia, aku tak ingin jika aku masuk ke rumah keluarga Wijaya malah akan mempersulit masalah. Aku dan Reno juga sudah sepakat, selama kontrak ini berlangsung, aku akan tetap tinggal di villa. Jadi dengan berat hati, aku tak bisa melakukan apa yang mama mau." Laura memegang kedua tangan Tari, ia berusaha meyakinkan Mama mertuanya. “Tapi i

  • Rahim Sewaan   Bab 10 (Kembali Nyaman)

    Reno yang menerima penolakan itu merasa kecewa. Dia merasa canggung karena Laura yang berada di hadapannya kini malah tak ingin berteman sekalipun dengannya. Keduanya nampak diam tak bersuara, hanya suara detik jarum jam yang menjadi penggiring keheningan. Setelah diam beberapa saat, akhirnya Reno kembali mengutarakan pertanyaan yang sudah ingin mencuat dari jauh-jauh hari. "Hmm, Laura. Satu hal lagi yang harus aku tanyakan padamu." Kata Reno dengan gugup. Laura menaikkan sebelah alisnya, "Apa itu?" "Apa sekarang kamu mempunyai seorang kekasih?" Tanya Reno perlahan. Seketika Laura terdiam, ia meletakkan cangkir di atas nakas lalu menghembuskan napasnya pelan. "Ada, malah dia sedang berjuang di negeri orang untuk meminangku. Tapi..." Laura langsung menunduk, tak mampu melanjutkan ceritanya. "Maafkan aku. Aku telah membuat masalah baru di hidupmu. Bukan hanya soal kamu yang harus mengorbankan rahimmu, tapi juga perasaan, terutama hubungan kamu dengan kekasihmu. Aku tak be

  • Rahim Sewaan   Bab 9 - (Jaga Jarak)

    Reno yang menyadari tingkah Arini hanya mengedikkan bahunya tak acuh, dia berfikir setelah ini hanya perlu sedikit merayunya saja. Reno terus membantu Laura sampai ke dalam kamar lalu membaringkan Laura di atas ranjang. "Laura, terima kasih banyak. " Ucap Reno yang ikut duduk di pinggir ranjang tempat Laura dibaringkan. "Aku tidak melakukan apapun yang mengharuskanmu mengucapkan terima kasih padaku." kata Laura tak acuh. Setelah Arini menemuinya di mobil, Laura lebih bersikap dingin pada Reno. Dia menjaga jarak, semata-mata untuk menghargai perasaan Arini yang menurutnya telah rapuh karenanya. "Aku sudah aman disini, lagipula ada Bi Ijah yang akan menemaniku. Lebih baik kamu susul saja istrimu, dia sedang membutuhkanmu." Ujar Laura kembali tanpa menatap wajah Reno. "Kamu juga istriku dan kamu lebih membutuhkanku sekarang." Tanpa sadar Reno berkata demikian, membuat ia segera memukul bibirnya sendiri karena berkata spontan seperti itu. Laura yang mendengarnya langsung me

  • Rahim Sewaan   Bab 8 - (Inseminasi Buatan)

    Sesampainya di rumah sakit, Reno yang sudah menunggu sedari tadi langsung menyambut hangat kedua wanitanya. Ya, meskipun pelukan hangat yang didapat Arini dan hanya sapaan kecil yang diterima Laura, tapi tentu saja itu bukan masalah bagi Laura. Mereka langsung menuju ruangan dokter Gina, teman dari Arini yang telah diberi kepercayaan untuk membantu selama proses kehamilan Laura berlangsung. "Selamat siang, dokter Gina." Sapa Reno kala mereka hendak memasuki ruangan dokter Gina. "Selamat siang, silakan masuk." Ketiganya langsung masuk dan Arini mendapat pelukan hangat dari sahabat yang baru mengetahui kejadian mengenai kontrak ini. "Kenalkan, ini Laura, wanita yang akan mengandung anak kami." Kata Arini mengenalkan Laura pada dokter Gina. "Salam kenal Laura, saya Dokter Gina. Disini saya yang akan menemani kamu sampai proses melahirkan nanti. Kamu boleh bertanya apapun itu mengenai proses inseminasi sampai hal-hal yang menyangkut kehamilan kamu nanti.” Sapa Dokter Gina d

  • Rahim Sewaan   Bab 7 - (Pengertian Sesama Wanita)

    Setelah akad nikah berlangsung, semua orang membubarkan diri, yang tersisa hanya keluarga inti saja. Johan segera menghampiri Laura sebelum dirinya pergi meninggalkan putrinya sendirian. "Nak, sekarang kamu sudah menjadi seorang istri, surgamu sekarang ada pada suamimu. Berusahalah untuk menjadi istri yang baik. Kalau ada yang menyakitimu, bicaralah. Ayah akan selalu menjadi garda terdepan yang selalu membelamu." Wejangan sang Ayah diiringi tangis yang tiada henti. Laura menganggukkan kepala, "Ayah, aku titip ibu. Selalu kabari aku apapun tentang ibu. " Laura memeluk erat sang Ayah dengan terisak. Tak lepas sedetik pun untuk tak mengkhawatirkan ibunya. Sebelumnya Laura pamit pada Rina dengan alasan untuk bekerja di tempat yang jauh, dimana ia tak bisa pulang dalam waktu cepat. Setelah selesai bicara pada Laura, Johan beralih pada Reno. "Nak Reno, ayah titip Laura. Walaupun dia bukan istri sahmu menurut negara, tapi Ayah mohon jangan sampai kamu menyakitinya. Ayah menitip

  • Rahim Sewaan   Bab 6 - (Menikah)

    "Apa?" Arini membulatkan matanya, ia begitu kaget dengan permintaan Laura yang menurutnya keterlaluan. "Mbak Arini tenang saja, permintaan saya hanya sebagai status semata. Saya tidak ingin terlalu jauh berbuat dosa, saya tidak ingin nantinya anak itu dikatakan anak haram." Laura memberanikan diri untuk mengutarakan keinginannya, dengan tenang ia sampaikan hingga Reno dan Arini mau menurutinya. "Sayang, kamu lihat sendiri, kan? Wanita ini dikasih hati minta jantung. Kamu sudah bayar mahal malah minta dinikahi. Apa menurutmu dia tidak serakah?" Ketus Arini dengan napas yang membara karena menahan emosi. "Sebenarnya pernah terlintas juga dalam benakku mengenai kontrak ini yang memang tergolong sensitif, aku bahkan sudah mengira kamu dan ayah kamu pasti meminta itu. Aku juga tidak ingin hal ini dikatakan zina, aku takut anakku nanti dikira anak haram, walaupun nanti semua orang akan mengira anak itu adalah anak dari Arini." Reno mengatakan dengan tatapan datar, walaupun sebenarny

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status