Share

Embun

Penulis: Freddy San
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-30 16:53:19

Perbedaan membuat kita saling jatuh cinta

Persamaan membawa kita mengikat cinta

Jadi tak perlu lagi berdebat tentang sama dan beda

Keduanya ... menyatukan kita

*****

“Bik!” Lady berteriak.

Wanita yang dipanggil Bik Maneh, datang dengan tergesa-gesa.

“Aya naon, Non?” tanyanya.

“Bikinin teh sama kopi,” jawab Lady singkat.

“Iya, Non.” Bik Maneh segera kembali ke dapur. Dalam hati, dia bertanya-tanya melihat kedua majikannya mandi keringat, seperti habis berolahraga.

Ah, itu mah urusan mereka, tegur Bik Maneh pada diri sendiri sembari cekikikan.

“Honey, kamu ada referensi dokter yang bisa kita andalkan untuk rencana kita?” tanya Kala.

“Ada. Urusan dokter, semua gue yang urus. Tugas lo, cari wanitanya. Gue juga bantu cari, kok. Mana yang duluan dapet aja, ya,” jawab Lady bahagia karena akhirnya Kala setuju juga untuk menyewa rahim.

“Jadi, kita mau anak cowok apa cewek, Honey?” tanya Kala.

“Kembar aja sekalian, cowok cewek. Jadi kita nggak perlu sewa-sewa lagi. Sekali kerja,” jawab Lady sambil menyandarkan kepala di bahu kanan suaminya. Dia menggenggam erat tangan Kala.

“Benar juga, sekali jalan. Kamu benar-benar cerdik,” puji Kala, mengecup ringan rambut Lady.

“Tapi semua dilakukan tanpa seks loh, ya. Jangan harap lo bisa awok awok sama dia,” tegas Lady.

“Hahaha. Duh, kenapa harus jealous, sih. Iya lah. Fokusnya bukan cari selingkuhan atau istri baru, tapi anak.” Kala tertawa bahagia melihat istrinya sedikit cemburu.

“Syukurlah. Gue potong tit*t lo kalo sampe berani selingkuh, terus gue kasih ke anj*ng tetangga. Biar dimakan habis,” tukas Lady.

Sebenarnya, ada sedikit rasa bersalah menghinggapi diri Lady karena mereka harus menyewa rahim orang lain untuk memiliki keturunan. Bukan dari rahim dia. Sejak awal menikah, Kala sudah mengungkapkan niat untuk segera memiliki anak. Namun, Lady selalu mengatakan bahwa dia belum siap. Tiga tahun memang sudah terlalu lama untuk menunda punya momongan. Syukurlah, akhirnya pria itu setuju dengan ide sewa rahim.

Kala bukan tipe pria romantis, tapi dia adalah pria yang baik. Lady tak pernah meragukan itu. Mereka sama-sama berasal dari keluarga konglomerat. Kehidupan yang dilalui sejak kecil, bisa dibilang hampir serupa. Hanya saja, Lady lebih ceria dan sosialita dibandingkan Kala yang lebih serius dan lebih suka menghabiskan waktu dengan bekerja.  

Hal menyolok yang membedakan Kala dengan pria kaya lain di sekitarnya adalah sikap tidak merendahkan orang lain dan tak pernah mengandalkan uang untuk menyelesaikan apapun.

Pria ini bukan orang yang mendewakan harta dan merasa bahwa apapun bisa dibeli. Bagi Lady, Kala adalah sosok pria kaya yang sangat bermoral. Karena itulah ia tahu, bahwa tidak mudah bagi suaminya untuk menyetujui ide sewa rahim.

Bik Maneh datang membawa minuman dan kudapan untuk mereka.

“Taruh situ aja, Bik,” kata Lady sambil menunjuk meja di depannya.

“Ashiap, Non.” Pembantu bertubuh gendut itu menjawab sambil menahan senyum melihat dua majikannya mesra.

Masih kurang kayaknya. Bik Maneh cekikikan dalam hati.

“Ngapain senyum-senyum, Bik? Lagi jatuh cinta?” tanya Kala.

“Buahahaha. Aden mah bisa aja. Suami Bibik mau dikemanain?” Kesempatan baginya untuk melepas tawa tanpa dicurigai majikan.

“Terus kenapa senyum-senyum mesum gitu?” tanya Kala lagi.

“Ah, Aden mah. Bibik teh, seneng aja liat Non sama Aden mesra. Ibarat jaman now, ada konektivitas, sejenis Wifi atau Bluetooth gitu,” jawabnya sambil tersipu dan memilin rambut ikalnya.

“Hahaha. Gaul banget sih, Bik. Udah sono, gue mo lanjut mesra. Jangan ngintip, ya.” Lady terbahak mendengar jawaban pembantu kesayangannya ini.

Don’t worry be happy, Non. Aman terkendali.” Bik Maneh berlalu sambil mengedipkan satu matanya.

“Hahaha. Dasar pembantu satu itu. Tuhan, bersyukur banget bisa jadi hiburan.” Kala juga tak  mampu menahan tawa melihat kelakuan wanita paruh baya yang masih terlihat energik dan penuh semangat itu.

Mereka kemudian melanjutkan diskusi tentang rencana sewa rahim. Lady akan segera mempersiapkan dokter dan segala sesuatunya, sementara Kala akan meminta Pandu, sekretaris pribadinya, untuk menyiapkan perjanjian bersama tim legal dan mulai mencari kandidat yang sesuai untuk disewa rahim.

“Oke. Fix semua, ya. Makan malam di luar, yuk. Kita rayakan kesepakatan hari ini,” kata Kala.

We have to shower now. Bareng, ya.” Lady berucap manja.

Mereka berdua beranjak bangkit dari sofa dan menuju kamar mandi pribadi di ruang tidur.

Berada di bawah shower berdua merupakan salah satu momen favorit. Saling memandang wajah dan mengagumi tubuh, juga memberikan sentuhan-sentuhan kecil. Sesekali bibir bertaut sambil meratakan sabun di tubuh pasangan.

Not now, Bee. Nanti aja after dinner,” cegah Lady melihat Kala mulai bergairah lagi.

“Hahaha, oke. Udah, yuk.” Kala mematikan shower, mengambil handuk untuk Lady dan dirinya sendiri.

Mereka menuju ruangan wardrobe. Lady memilih baju terusan selutut berwarna biru dengan dua buah tali kecil di bahu. Sederhana tapi tetap seksi. Melihat istrinya memilih gaun biru, Kala mengambil kaos rajut biru lengan panjang, kemudian mengenakan celana jeans hitam ketat dengan sobekan kecil di kedua lutut.

Kala mengarahkan mobilnya menuju Crown Hotel di kawasan Jakarta Pusat. Tempat kenangan saat masih masa PDKT dulu. Di masa itu, keduanya sering menghabiskan malam di restoran yang menjadi fasilitas hotel bintang lima tersebut. Selain suka dengan pemandangan kota dari ruangan itu, Lady sangat menyukai tuna steak andalan mereka.

Lady dan Kala memilih meja paling ujung, persis bersebelahan dengan dinding kaca bangunan tersebut. Meja itu favorit mereka dari dulu. Sengaja memilihnya supaya bisa berbincang dengan nyaman sambil menikmati pemandangan kota yang penuh lampu gemerlap.

Seorang gadis cantik segera datang menghampiri mereka.

“Tuna Steak 2, Americano Coffee, dan Hot Lychee Tea, please,” kata Kala pada gadis itu sambil menolak buku menu yang disodorkan.

“Baik, Pak,” jawab pelayan tersebut kemudian menuangkan air putih di gelas mereka.

“Bee, waitress tadi lumayan cantik, loh,” ucap Lady setelah pelayan restoran berlalu dari meja mereka.

“Terus? Maksudnya?” Kala tidak mengerti arah pembicaraan istrinya.

“Coba Pandu suruh selidiki dia. I have a good feeling on her,” jawab Lady.

Kala memandang waitress itu dari kejauhan. Memang terlihat cukup menarik, walau tak secantik Lady tentunya.

“Kenapa milih dia?” Kala penasaran.

“Sudah beberapa kali tiap ke sini, ngerasa klik aja sama dia. Sepertinya pendiam, tertutup, gadis baik. Gue sering liat sorot matanya yang sedih dan kesepian. Lo tahu kan feeling gue kuat?” kata Lady penuh keyakinan.

Memang, wanita di hadapan Kala ini punya feeling yang kuat dalam menilai seseorang. Sudah sering dibuktikan. Berkali-kali penilaian dia pada partner bisnis ataupun karyawan memang tidak meleset.

“Jadi, besok suruh Pandu mulai selidiki itu cewek. Kalo emang cocok, kita bisa sewa rahimnya.” Lady memberikan penegasan.

“Oke,” jawab Kala singkat. Ia tidak menyangka secepat ini menemukan kandidat walau masih belum tahu kepastiannya.

Tak selang berapa lama, gadis itu datang membawa minuman ke meja Kala.

“Terima kasih, Mbak ....” Kala sengaja memancing gadis itu menyebutkan nama.

“Embun, Pak. Silahkan, Pak, Bu. Untuk tuna steaknya mohon ditunggu sebentar,” jawab gadis itu ramah.

“Terima kasih ya, Mbak Embun,” ucap Lady sembari tersenyum.

“Sama-sama, Bu.”

“Apa saja yang kita tawarkan pada kandidat sewa rahim?” tanya Kala.

“Uang. Kasih aja satu milyar. Kalo kurang, bisa kita tambah lagi. Selama masa kehamilan sampai melahirkan, semua biaya hidup dan keperluan apapun kita yang tanggung. Dia tinggal di villa kita di Bogor, tidak boleh menemui siapa pun. Kontrak berakhir setelah dia melahirkan. Selebihnya, bicarakan saja pasal demi pasal dengan tim legal.” Lady memberikan penjelasan tegas pada suaminya.

Kala mengangguk-anggukkan kepala.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nyonya Maneh
Kereeenn! Lanzoetken! ^__*
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Rahim untuk Anakku   Sesat Penuh Nikmat

    Ada rindu yang aku hirupdalam petang teramat redupbercampur rasa takutberaduk sejuta kalut*****“Ya udah, ngapain lo di sini? Pulang aja. Kan gue yang pengen makan mie. Udah deh, jangan ribet. Besok kita kontakan lagi ya. Bye. My second love.” Lady membisikkan kalimat terakhir dengan lembut di telinga Broto. Ia berlalu sembari melambaikan tangan.Broto melihat kepergian wanita itu dengan sedikit heran. Lady seolah tak memiliki beban sedikitpun tentang semua ini. Dia menjalani seolah normal-normal saja dan memang tidak ada apa-apa.Pria itu tidak tahu bahwa banyak hal berkecamuk dalam diri Lady. Hanya saja dia sangat pandai menutupi dan mengendalikan.Kalau dia bisa, gue juga pasti bisa, batin Broto.Broto berbalik arah menuju mobilnya, dan melaju dengan kecepatan tinggi, agar Ningrum tidak terlalu lama menunggu. Hampir s

  • Rahim untuk Anakku   Tak Bisa Memilih

    Keduanya berbeda rasaSaling melengkapi dan memberi sensasiPerpaduan menjadikannya sempurnaMustahil memilih satu sisi******“Kita pulang sekarang? Atau mau makan malam dulu?” Broto membelai rambut Lady yang sedang rebahan di dadanya. Tiga kali mereguk cinta, cukup membuat perut berteriak meminta asupan.“Makan dulu, yuk. Baru kita pulang. Kala juga sepertinya makan di luar kok. Tadi siang dia sibuk banget,” jawab Lady bangkit dari tempat tidur menuju ruang santai sambil memutar-mutar leher menghilangkan penat. Dia memungut pakaian yang tadi dilempar begitu saja. Broto menyusul di belakangnya.Lady membantu Broto berpakaian, baru dirinya sendiri.“Gue pengen makan mie.” Tangan Lady bergayut manja di leher Broto.“Ya sudah. Ke Depot Gajah Mada aja. Searah lo pulang.” Broto mendaratkan ciuman di dahi, kedua

  • Rahim untuk Anakku   Sang Penyelamat

    Aku hanyalah sesosok manusia yang menjadikan nafas sebagai sebuah keharusanbergerak tanpa keinginanbertindak tanpa perasaan******Setelah kenyang bersantap siang, Lady memutuskan untuk tidur sembari menunggu kedatangan Broto.[Pandu, pastikan Embun tertarik dengan tawaran kita.]Sebelum rehat, dikirimkannya pesan singkat pada Pandu. Ia sudah masuk sedalam ini, jangan sampai semua sia-sia.[Baik, Bu.]Pandu membalas singkat, karena memang ia segan berurusan dengan bos wanitanya ini. Kala lebih mampu memberikan ketenangan pada bawahan, dan masih bisa berbasa-basi.Lady merebahkan diri di kasur yang ternyata cukup nyaman. Apartemen kelas menengah dengan harga tidak terlalu mahal, masih mampu memanjakan penghuninya.Tadinya dia sedikit tidak yakin dengan pilihannya pada komplek apartemen seperti ini. Terbia

  • Rahim untuk Anakku   Sang Penggoda

    Tak bisakah aku layaknya senja?Memeluk siang dan malam bersamaTanpa harus kehilangan keduanyaTidak memilih satu di antaranya******“Nggak usah. Saya sendiri saja. Terima kasih.” Lady menerima kunci dan segera masuk ke apartemen. Sebelum menutup, dipandangnya sekilas wanita di balik pintu. “Silahkan pergi. Saya hubungi kalau ada perlu.”Erlin mematung memandang pintu di depan wajahnya yang ditutup dengan tegas. Tidak dibanting, tapi cukup keras.Wanita menyeramkan, batinnya.Erlin meninggalkan lokasi apartemen dan memilih kembali ke kantornya daripada harus panjang kali lebar berurusan dengan Lady, yang ia kenal dengan nama Amara.Sementara di dalam apartemen, Lady melihat sekeliling. Lumayan nyaman, untuk sekedar memadu kasih dan waktu yang singkat.Dia merebahkan tubuh di sofa ruang santai. Tangan

  • Rahim untuk Anakku   Istana Dosa

    Apakah diriku kau anggap senja?Yang datang hanya sekejap tanpa boleh menetapMenjadi pemisah antara siang dan malamKau nikmati tanpa perlu kau miliki*****Setidaknya, masalah dokter sudah beres, batin Lady.Dia segera mengarahkan laju mobil ke arah bandara. Ada sebuah apartemen di daerah itu yang terbilang baru dan kelas menengah. Lady sengaja memilih tempat itu, karena akan aman dari relasi, juga kenalan mereka. Kebanyakan penghuninya adalah penyewa yang akan melanjutkan perjalanan dari pangkalan udara tersebut, bukan penghuni tetap.Bangunan tinggi menjulang nampak baru selesai dibangun. Tak ingin menarik perhatian, Lady sengaja memarkir mobil di area samping gedung.Wanita itu sudah lebih tenang. Ia telah mampu menguasai hatinya. Perselingkuhan yang baru saja terjadi, tak lebih dari sebuah hubungan kerja sama saling menguntungkan.“S

  • Rahim untuk Anakku   Dekat Bersama

    Tak ingin melukaimu dengan hadirkuTak ingin menyayatmu dengan dekatkuAku yang memilih tiadaAku yang memilih terlupa******Mereka berbincang banyak hal sepanjang perjalanan. Tak ada pembicaraan serius. Hanya obrolan ringan untuk saling mengenal.“Makasih ya, Mas Pandu. Tuh kosan saya.” Embun menggerakkan telunjuknya pada deretan bangunan yang berjarak sekitar 20 meter dari tempat mereka.Sengaja Embun minta berhenti di situ, agar tidak ada omongan tetangga melihatnya pulang bersama pria tak dikenal, bermobil pula.“Ini masih hujan. Apa nggak sebaiknya saya antar sampai depan kos, Mbun?” Pandu menoleh pada gadis itu.Nanti cantikmu luntur, kan sayang, batin Pandu.“Santai aja, Mas. Saya bukan mermaid, yang kalau kena air terus kaki saya berubah jadi sirip. Kehujanan sebentar, langsung dibilas. Aman.”

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status