Home / Romansa / Rain Sound / Hari pertama masuk pkl

Share

Hari pertama masuk pkl

last update Last Updated: 2020-12-19 09:28:56

Rain Sound

Sore itu. Oza berserta teman-temannya melangkahkan kakinya menuju parkiran mobil disekolah. Sudah biasa dengan jadwal sekolah yang selalu pulang sore, tak membuat gadis itu banyak mengeluh. Karena itu adalah hari pertama masuk PKL dia akan memberikan hasil yang maksimal pada yang lain. 

Puri mengusap peluh keringat yang mengucur deras dari keningnya. Dia berjalan menyusul saat dirinya habis dihukum guru matematik. Anak perempuan itu tak terlalu suka dengan cara mengejar gurunya itu kenapa. Puri selalu tidur di kelas pada jam pelajaran tersebut. "Capeknya tuh kan main," ujar Puri yang agak terengah. 

Oza menggeleng cepat kepalanya. Lalu membuka pintu mobil Nida yang tak terkunci. "Emang lo ngapain?" Tanya Vera yang memberikan handuk kering. Puri menerima uluran itu dan langsung rebahan di jok belakang mobil. 

"Lo gak tau sih, gue disuruh bersih-bersih kamar mandi atas bawah. Gila kan?" Seru Puri.

"Parah banget itu mah!" Sahut Oza ikut naik darah.

Nida yang mulai melajukan mobilnya hanya mendengar obrolan teman-temannya dan fokus pada jalanan. "Gak aus ngomong mulu?" Sindir Nida yang melirik spion mobil. Vera melemparkan botol minum yang tadi dibelinya pada kedua temannya di kursi belakang.

Saat menerima itu Oza menatap sebentar botol tersebut lalu mengoper ke belakang lagi. Walaupun demikian agak lama berada ditangannya botol tersebut.

Biasanya mereka selalu memecahkan keheningan dengan bertengkar tentang hal tak jelas. Namun ini sangat berbeda, Oza larut dengan lamunannya dan yang lain larut dalam pikirannya sendiri. Vera yang gak suka sama suasananya seketika memecah keheningan itu dengan bernyanyi. 

Oza melemparkan kulit kacang pada gadis itu agar diam. Namun bukannya semakin diam Vera semakin bernyanyi tambah keras. Puri menginggau tak jelas dan juga mengomel ketika sedang tidur. 

Bahrain menendang kaki Betran yang sembrono naik di atas meja makan minimalis miliknya yang cantik. "Kaki lo ah!" Tegur Bahrain yang mendengkus kesal. Betran menyelonong begitu saja tanpa mau mendengarkan ocehan Bahrain dengan susah payah.

Betran melihat wajah pemuda yang lagi duduk sembari memainkan game dengan menyalang. "Kenapa ya? Semua cewek itu sukanya sama lo? Kenapa gak ada yang naksir gue gitu!" Ketus cowok itu yang mengambil bakwan.

Bahrain tertawa terbahak-bahak mendengar keluhan temannya yang satu itu lalu mengembuskan napasnya panjang dan berkata demikian, "kalo gue jadi lo, gue gak mau iri sama orang lain, Bet." Pemuda itu memandang langit biru diluar jendela. Cowok itu tersenyum maklum saja melihat tingkah laku teman oroknya itu.

Ya walaupun begitu. Bahrain juga harus bersyukur karena masih bisa merasakan kasih sayang dari ayahnya walau tak pernah merasakan secara langsung. Betran menatapnya menyesal telah mengungkit luka lamanya, namun itu tak membuat hubungan keduanya semakin rumit. 

Oza menggebu-gebu disaat menuju perjalanan ke tempat magang. Namun hatinya kecewa saat tau orang yang dia harapkan tak datang di hari pertamanya masuk. Tatapan kecewa jelas terpancar dari sudut matanya. Gadis itu tak berselera melakukan apapun bahkan menaruh perhatian pada benda-benda yang ada di depannya. 

"Jangan bengong gitu," celetuk Vera mengingatkan dia. Oza menghembuskan nafasnya kasar lalu kembali fokus pada satu laporannya.

"Jangan buang na---" gadis itu lebih dulu menyela dan meniru gaya bicara Vera yang kembali mengingatkannya.

"Jangan buang nafas kaya gitu, syukuri ajh. Gitu kan?" Nida terkekeh geli mendengar sindiran itu. Lantas Vera merenggut kesal.

Puri masih di dalam mobil dan mendengkur saat ini. Karena anak perempuan itu masih berada di dalam mimpinya.  "Hoooaaammm," Puri mengucek matanya yang belum terlalu sadar dan menoleh ke kanan dan kiri tak ada siapapun. 

Nida merapatkan pintunya yang agak sedikit terbuka dan menutupnya secara perlahan. "Puri udah bangun?" Tanya Nida, Oza mengernyitkan keningnya lalu berpikir sejenak dan terperanjat ketika ingat Puri masih tertidur.

"Ouh iya tah, Puri!" Seru Oza.

Vera menepuk jidatnya heran. Kemudian keluar untuk memanggil anak itu, agar tak mendapat nilai kosong. "Hari ini kalian pulang agak malam, karena kalian datang siang ke sininya. Besok berangkat agak pagian biar pulangnya sore. Saya pulang dulu," jelas pak Rafi. Keduanya mengangguk paham lalu melanjutkan aktivitasnya lagi. 

Bunda khawatir akan keadaan Putri bungsunya. Karena sudah seharian anak itu belum pulang juga, selepas jam pulang sekolah tadi siang. Ini sudah jam 17.30pm akan tetapi anaknya belum juga pulang. "Adikmu ke mana sih?" Arasya menoleh lalu mengangkat bahunya acuh.

"Ayah ade ke mana ya," keluh bunda khawatir. Ayah tersenyum tenang lalu mengelus rambut bunda dengan damai. 

"Udah mulai PKL kali, Bun. Jangan khawatir gitu ah." Ucap, ayah yang meringis liat tingkah bunda. 

"Tapi kok langsung gitu, kenapa gak ngomong gitu lho." 

Ayah menggeleng pelan kepalanya dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua masuk ke dalam kamar. Bunda langsung ikut beranjak dari sana dan menggenggam tangan ayah dengan mesranya. Arasya mendelik saat liat kedua orang tuanya sebucin itu. "IH AYAH, BUNDA! ANAK KALIAN TUH JOMBS?!" teriak Arasya yang melihat aksi itu.

Ayah dan bundanya tertawa kecil melihat ekspresi wajah anak pertama mereka. "Makanya cari pacar!" Pekik keduanya sama-sama. Arasya mengumpat dalam hati karena kedekatan kedua orang tuanya itu.

Kenapa rasanya dia iri dengan orang tuanya sendiri ya? Apa karena dia tidak memiliki pasangan. "Enakan jadi jomblo, gak bisa sakit hati." Cetusnya demikian lalu melangkah ke depan rumah.

Nida pulang lebih dulu karena ada urusan penting dengan keluarganya. Sedang Vera dijemput sama ibunya, juga Puri yang masih berada di dalam mobil Nida tadi. Oza tak tahu harus naik apa pulang ke rumahnya. Saat menelpon ke nomor kakaknya, malah tidak aktif. 

Disaat lagi kaya begini gak ada yang bisa dilakukan olehnya. "Ah ilah pada gak setia kawan banget sih!" Suara motor menginterupsi dirinya. Oza menoleh kemudian mengerutkan keningnya bingung.

"Kok belum pulang?" Tanya orang itu. Oza tergugu saat tau yang menanyakan hal itu adalah Bahrain. 

"Ha? Anu ... Itu ... Mau pulang si ... Tapi---" Bahrain terkekeh kecil lalu memberikan tumpangan pada anak itu dengan santai.

Bahrain tak memikirkan perasaan pacar pada saat menawarkan tumpangan pada Oza. Pemuda itu melajukan motornya di atas kecepatan tinggi. "Rumahnya di mana?" Tanya Bahrain mengeraskan suara.

"Hm? Ha?" Ucap, Oza tak dengar.

"Di mana rumahnya..." Ulang Bahrain lalu meliriknya sekilas melalui spion.

Oza memberikan arahan kepada pemuda itu. Saat sampai di rumahnya, keduanya sama-sama canggung dan langsung berpamitan satu sama lain. Bahrain tersenyum menenangkan, itu mampu membuat hati Oza berdebar kencang. Meski begitu dia tetap menyukainya, tak menutup kemungkinan buat perempuan itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rain Sound   Epilog

    3 tahun laluOza menyiap segala keperluannya buat melaksanakan ujian nasional dan mendaftar SBM atau SNM, dia harus memikirkan masa depannya dengan baik bukan ditengah kegundahan hatinya yang selalu menunggu Badra pulang, ia tetap harus menjalani kehidupannya sesuai dengan rencana yang telah dirinya bangun. Esok Arasya melangsungkan lamaran dan ia pasti jauh lebih sibuk saat pulang sekolah, ... tak bisa dipungkiri jika kelak dirinya akan menjadi seorang tante, Oza masuk ke dalam kamar mengambil ponselnya yang tertinggal setelah itu memandang wajah kedua orang tuanya dengan berat. Sebenarnya gadis muda itu sudah pusing mendengar ocehan sang bunda yang selalu membahas masalah ini dan itu, akan tetapi gadis itu tak bisa membuat kedua orang tuanya semakin pusing dengan nambah masalah yang ada. "Bunda bawel banget si! Aku juga lagi nyoba buat sbm!" Sahutnya kesal, akan tetapi bunda tetap mengoceh dan tak memedulikan sikap sang anak.

  • Rain Sound   Lamaran

    Waktu terus berjalan hingga kini keduanya sudah saling mengikat satu sama lain Oza tak pernah merasa ssbahagia ini ketika bersama Badra berbanding terbalik dengan Bahrain yang merasa beruntung punya sesosok wanita yang selalu mendampinginya, pasangan itu tampak berjalan santai setelah beberapa hari tak bertemu karena sibuknya pekerjaan masing-masing. Pagi itu semua terlihat damai dan indah Arasya yang selalu menebarkan keromantisan membuatnya iri dan memandang ke arah Bahrain yang tengah mengobrol dengan kakak iparnya, ... perempuan tersebut menautkan bibirnya kesal lalu melangkah ke dalam kamar terlalu bosan. Perempuan menelpon teman-temannya yang sudah berada diluar tanpa ia ketahui, "oy bu! Asik nih yang udah halal." Goda Puri yang menatap maniknya kemudian memain alisnya.Oza memang sengaja magang ditempat Bahrain bekerja agar bisa melihat aktivitasnya setiap hari, akan tetapi setiap kali mereka berdua bertemu dikantor lelaki itu bahkan tak pernah sekalipun melirik s

  • Rain Sound   Forgive me

    Semua terasa indah kalau kita bisa mengartikan cinta dengan benar namun ada saatnya semua terasa seperti mimpi buruk ketika ingin memulai sebuah hubungan baru yang konon katanya hanya sebuah ekspetasi belaka, Oza menaruh satu harapan pada Bahrain. Perempuan itu percaya bahwa Bahrain bisa mengobati rasa sakit hatinya yang selalu ia pedam selama ini, ... sejak lama perempuan itu merasakan perubahan pada Bahrain sejak hari penolakan tersebut, rasa bersalah semakin besar dikala pemuda tersebut tak pernah menunjukkan diri lagi dihadapannya. Bukan ini yang Oza inginkan, bukan saling menjauh bak orang asing, jujur saja ia masih perlu sedikit waktu buat membuka hatinya kembali untuk orang lain.Wajah kacau perempuan tampak terlihat jelas dipandangan sang kakak, ... Arasya menghela panjang melihat tingkah adiknya yang terlalu ambis dalam mengejar gelar, "loe tuh kalo udah mulai suka bilang aja kenapa si? Gengsi? Jangan membesarkan gengsi kalo pada akhirnya cuma sakit yang dit

  • Rain Sound   Be mine?

    Bahrain menghampiri perempuan yang tengah menunggunya di dekat kursi taman, agak terkejut pasalnya perempuan itu bersama mantan kekasihnya, ... lelaki tersebut menunggu di dekat kedai es krim tanpa terasa es yang ia pegang mulai mencair, Bahrain menghela lelah kemudian mengubah arah langkahnya dan membuang benda cair tersebut. Setelah ia liat keduanya sudah tak dalam satu lokasi yang sama lelaki melanjutkan jalannya dan menyapa perempuan yang tengah tersenyum kosong padanya. Bahrain tak berniat bertanya apapun pada Oza dan memberikan es krim yang sudah gadis itu pesan sejak tadi. Agak canggung ketika sang perempuan memandang maniknya dengan bingung lalu melengos begitu ada kesempatan untuk pergi dari hadapan pemuda tersebut, ... Bahrain menahan lengannya dengan cepat sedetik kemudian lelaki itu lepaskan karena tak ingin membuat gadisnya luka.Oza melangkahkan kakinya ke arah jalan menuju rumah, pemuda bingung bagaimana cara menyampaikan perasaannya

  • Rain Sound   Hati yang baru

    Siang ini gadis itu memiliki janji makan siang bareng dengan keluarganya akan tetapi sepertinya sang ayah memintanya agar membawa seseorang yang spesial meskipun sang ayah tau dirinya masih lajang dan tak ada yang mengisinya saat ini, namun sudah terlihat jelas isyarat yang diberikan oleh ayahnya agar ia mengajak Bahrain makan bersama keluarga mereka. Bunda tersenyum jahil pada sang putri lalu menatap wajah Oza dengan tatapan menggoda lantas perempuan yang kini tengah memandangi kedua orang tuanya itu tak mengerti dengan sikap yang ditunjukkan bunda dan ayahnya, ... Oza mendengkus geli kemudian meraih ponselnya dan segera menghubungi pemuda tersebut. Karena dia tidak ingin melakukan apapun lagi, setelah menelpon Bahrain perempuan itu langsung bergegas duduk dihalaman rumah seraya menunggui sang pemuda.Celetukan menggoda terus saja lolos dari bibir kedua pasangan yang sedang berada dalam ruang tamu, "liat anak ayah tuh, ... Udah besar." Goda sang bunda tentu saja Oza

  • Rain Sound   Memaafkan mereka

    Puri benar-benar tidak mengerti jalan pikiran perempuan di depannya itu, mengapa ia harus semarah itu hanya karena masalah kecil? Seharusnya ia memahami maksudnya hanyalah untuk membuat keduanya saling berbaikan satu sama lain. Namun terlihat dari cara marah Oza, perempuan itu tak bisa menerima sikap Puri yang bermaksud baik padanya, Oza mendengkus panjang akhirnya mengalah pada egonya lalu menatap wajah Puri dan meminta maaf atas kejadian tersebut. Oza jelas masih sakit hati dengan sikap Puri namun perempuan itu tak bisa sepenuhnya menyalahkan orang lain bukan? Jika Puri sudah berniat melakukan hal ini, itu artinya Puri tulus ingin membantunya. Sejujurnya perempuan itu telah memaafkan pemuda tersebut akan tetapi sepertinya terlalu sulit memaafkan Nida, ... Karena itu teramat sakit untuk melakukannya.Puri menatap wajah sang teman lalu menghela panjang, "gimana? Loe maafin Za?" Tanya perempuan tersebut penasaran."Sebenarnya gue udah maafin Badra yang kaya loe ta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status