Share

Bab 5 ~ Murka

Menyeret koper dengan wajah merah padam mengabaikan beberapa pelayan di rumah itu. Rain menerobos masuk ke dalam ruangan Hari setelah mengalahkan beberapa penjaga keamanan. Dia tidak peduli pada larangan mereka untuk tidak menggangu Hari pada jam kerja. Persetan dengan semua itu!

"Kamu brengsek!" Rain melayangkan tinjunya tepat di wajah Hari menyebabkan laki-laki itu terhuyung ke belakang. "Brengsek!" 

Tidak puas hanya dengan melayangkan pukulan, Rain mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya lalu mengarahkan pisau itu di leher Hari menyebabkan laki-laki itu memucat. 

"Kamu pantas mati." ucap Rain dingin.

Beberapa pengawal memasuki ruangan itu dan memaksa Rain melepaskan Hari. Perlakuan kasar yang dia dapatkan dari pengawal-pengawal itu membuktikan Hari tidak menyambutnya kecuali alasan pernikahannya dengan Sarah. Rain tersenyum masam lalu menghempaskan tubuh Hari ke lantai dengan kasar. Dia tidak akan tertipu dengan permainan Hari setelah kejadian malam tadi. Sarah melakukan hal itu bisa saja atas permintaan Hari. Jika tidak, Rain tidak mungkin mengotori tangannya menyentuh laki-laki yang dibencinya itu.

"Kamu tidak pantas menjadi ayahku." ucap Rain kemudian menyeret kopernya meninggalkan ruangan itu.

Berada di negara asing tanpa tujuan seperti mimpi buruk. Rain menaiki kereta lalu berhenti di stasiun terakhir dan duduk pada salah satu kursi di luar stasiun. Jepang berbeda dengan Surabaya. Rain tidak suka berbasa-basi menanyakan arah sementara dia tidak memiliki kemampuan berbahasa asing. Tujuannya ke Jepang hanya untuk pelarian meskipun sebenarnya dia ingin melanjutkan pendidikan. Namun, kejadian malam itu merubah hidupnya.

Hujan menyadarkan Rain dari lamunan. Dia tidak menyukai hujan, apa pun alasannya Rain membenci tetes air yang turun dari langit. Baginya, hujan hanya membawa kenangan menyakitkan tentang hidupnya yang jauh dari kata bahagia. Namun, hari itu Rain tidak terlalu membenci hujan. Dia berjalan di bawah guyuran hujan sambil menyeret kopernya. Tubuhnya menggigil, tapi dia enggan berteduh karena hujan mampu menghapus semua lukanya. 

***

Bagi manusia yang tidak mempercayai keajaiban, maka Rain harus berusaha dengan kedua kakinya untuk bertahan di Jepang. Dia akan menerima takdirnya jika Sarah seseorang yang akan menemaninya hingga tua. Pernikahan mereka bagian dari rencana Hari, tapi kejadian malam itu, Rain tidak bisa mengabaikannya. Sebagai laki-laki dia harus bertanggung jawab, meskipun ragu bahwa dia telah menyentuh Sarah.

Sejak insiden pingsan di stasiun kereta dan pengawal Hari membawanya ke apartemen milik Sarah. Rain berjanji pada dirinya sendiri untuk menjalani hidup sesuai takdirnya yaitu menjadi suami Sarah. Kehidupan bodoh itu merupakan pilihannya sendiri dan tidak pantas jika Rain menyalahkan Hari. Kemarahan tanpa alasan itu membuatnya seperti orang gila. 

"Rain, hari ini aku pulang larut. Kamu tidurlah lebih awal."

Rain hanya mengangguk kemudian mendengar suara pintu tertutup. Dia bernapas lega bisa menikmati kesunyian di apartemen itu. Alangkah baiknya jika setiap hari Sarah memiliki urusan sehingga Rain tidak perlu repot-repot memasang wajah datar. Terlebih Sarah semakin terbuka mengajaknya untuk melakukan hubungan suami istri. Sejauh ini, Rain menolak ajakan itu secara halus dan Sarah menerima penolakannya tanpa keluhan. Namun, pagi tadi saat Rain membuka mata Sarah sudah tidur di sampingnya seperti kejadian malam itu. Pakaian mereka tergeletak di lantai dan menjadi bukti Rain telah melakukan hal itu pada Sarah. Anehnya, dia tidak memiliki gambaran mengenai kejadian itu.

Bunyi ponsel menyadarkan Rain dari lamunan. Dia meraih ponsel milik Sarah yang tertinggal di meja. Perempuan itu melupakan ponsel itu begitu saja. Dengan hati-hati, Rain menerima panggilan itu. Sarah tidak memasang akses pengamanan di ponselnya sehingga Rain bisa menjawab panggilan itu.

"Sarah, aku merindukanmu."

Suara laki-laki dan Rain yakin jika orang itu adalah kekasih Sarah. Meskipun tidak pandai berbahasa Inggris, tapi Rain tidak sebodoh itu untuk memahami kalimat i miss you yang diucapkan laki-laki itu.

"Sarah pergi." ucap Rain santai.

"Katakan pada Sarah, aku menunggunya di tempat biasa."

Sambungan itu berakhir sepihak. Rain membaca nama di layar ponsel itu dengan suara lirih.

"Alex."

Rain teringat dengan asisten Hari yang bernama Alex, tapi tidak mungkin Sarah menjalin hubungan dengan orang itu. Dia meletakkan ponsel Sarah di atas meja lalu meraih jaketnya. Rain ingin memasak dan berencana untuk berbelanja di supermarket tidak jauh dari apartemen. Lidahnya tidak cocok dengan makanan Jepang dan beberapa hari ini dia tidak makan teratur. 

Mendorong troli belanja sambil melihat jenis sayuran menjadi hal menyenangkan bagi Rain. Dia rindu dengan kebiasaan yang biasa dilakukannya bersama kedua adiknya ketika berbelanja bahan makanan di supermarket. Jeslyn akan memeriksa sayuran dengan teliti dan Jessica memilih buah dengan kualitas terbaik. Melupakan satu hal bahwa Rain tidak mampu membelikan kedua adiknya semua bahan-bahan itu. 

Benda terjatuh di lantai menyebabkan Rain menghentikan trolinya. Sebuah kubis berada di bawah kakinya nyaris saja Rain terpeleset akibat kubis itu. Seorang remaja memakai seragam sekolah memungut kubis itu dan mengeluarkan kalimat dalam bahasa Jepang. Kemudian membungkuk beberapa kali dan meninggalkan Rain dalam kebingungan. 

Mulai besok dia harus belajar bahasa Jepang!

Rain kembali mendorong troli belanja melewati lorong khusus buah dan sayuran. Namun, langkahnya tertahan saat melihat sosok yang tidak asing tengah berciuman mengabaikan keramaian di tempat itu. Bahkan beberapa orang sengaja melihat adegan itu dan memotretnya. 

"Sarah." ucap Rain lirih.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status