Menyeret koper dengan wajah merah padam mengabaikan beberapa pelayan di rumah itu. Rain menerobos masuk ke dalam ruangan Hari setelah mengalahkan beberapa penjaga keamanan. Dia tidak peduli pada larangan mereka untuk tidak menggangu Hari pada jam kerja. Persetan dengan semua itu!
"Kamu brengsek!" Rain melayangkan tinjunya tepat di wajah Hari menyebabkan laki-laki itu terhuyung ke belakang. "Brengsek!"
Tidak puas hanya dengan melayangkan pukulan, Rain mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya lalu mengarahkan pisau itu di leher Hari menyebabkan laki-laki itu memucat.
"Kamu pantas mati." ucap Rain dingin.
Beberapa pengawal memasuki ruangan itu dan memaksa Rain melepaskan Hari. Perlakuan kasar yang dia dapatkan dari pengawal-pengawal itu membuktikan Hari tidak menyambutnya kecuali alasan pernikahannya dengan Sarah. Rain tersenyum masam lalu menghempaskan tubuh Hari ke lantai dengan kasar. Dia tidak akan tertipu dengan permainan Hari setelah kejadian malam tadi. Sarah melakukan hal itu bisa saja atas permintaan Hari. Jika tidak, Rain tidak mungkin mengotori tangannya menyentuh laki-laki yang dibencinya itu.
"Kamu tidak pantas menjadi ayahku." ucap Rain kemudian menyeret kopernya meninggalkan ruangan itu.
Berada di negara asing tanpa tujuan seperti mimpi buruk. Rain menaiki kereta lalu berhenti di stasiun terakhir dan duduk pada salah satu kursi di luar stasiun. Jepang berbeda dengan Surabaya. Rain tidak suka berbasa-basi menanyakan arah sementara dia tidak memiliki kemampuan berbahasa asing. Tujuannya ke Jepang hanya untuk pelarian meskipun sebenarnya dia ingin melanjutkan pendidikan. Namun, kejadian malam itu merubah hidupnya.
Hujan menyadarkan Rain dari lamunan. Dia tidak menyukai hujan, apa pun alasannya Rain membenci tetes air yang turun dari langit. Baginya, hujan hanya membawa kenangan menyakitkan tentang hidupnya yang jauh dari kata bahagia. Namun, hari itu Rain tidak terlalu membenci hujan. Dia berjalan di bawah guyuran hujan sambil menyeret kopernya. Tubuhnya menggigil, tapi dia enggan berteduh karena hujan mampu menghapus semua lukanya.
***
Bagi manusia yang tidak mempercayai keajaiban, maka Rain harus berusaha dengan kedua kakinya untuk bertahan di Jepang. Dia akan menerima takdirnya jika Sarah seseorang yang akan menemaninya hingga tua. Pernikahan mereka bagian dari rencana Hari, tapi kejadian malam itu, Rain tidak bisa mengabaikannya. Sebagai laki-laki dia harus bertanggung jawab, meskipun ragu bahwa dia telah menyentuh Sarah.
Sejak insiden pingsan di stasiun kereta dan pengawal Hari membawanya ke apartemen milik Sarah. Rain berjanji pada dirinya sendiri untuk menjalani hidup sesuai takdirnya yaitu menjadi suami Sarah. Kehidupan bodoh itu merupakan pilihannya sendiri dan tidak pantas jika Rain menyalahkan Hari. Kemarahan tanpa alasan itu membuatnya seperti orang gila.
"Rain, hari ini aku pulang larut. Kamu tidurlah lebih awal."
Rain hanya mengangguk kemudian mendengar suara pintu tertutup. Dia bernapas lega bisa menikmati kesunyian di apartemen itu. Alangkah baiknya jika setiap hari Sarah memiliki urusan sehingga Rain tidak perlu repot-repot memasang wajah datar. Terlebih Sarah semakin terbuka mengajaknya untuk melakukan hubungan suami istri. Sejauh ini, Rain menolak ajakan itu secara halus dan Sarah menerima penolakannya tanpa keluhan. Namun, pagi tadi saat Rain membuka mata Sarah sudah tidur di sampingnya seperti kejadian malam itu. Pakaian mereka tergeletak di lantai dan menjadi bukti Rain telah melakukan hal itu pada Sarah. Anehnya, dia tidak memiliki gambaran mengenai kejadian itu.
Bunyi ponsel menyadarkan Rain dari lamunan. Dia meraih ponsel milik Sarah yang tertinggal di meja. Perempuan itu melupakan ponsel itu begitu saja. Dengan hati-hati, Rain menerima panggilan itu. Sarah tidak memasang akses pengamanan di ponselnya sehingga Rain bisa menjawab panggilan itu.
"Sarah, aku merindukanmu."
Suara laki-laki dan Rain yakin jika orang itu adalah kekasih Sarah. Meskipun tidak pandai berbahasa Inggris, tapi Rain tidak sebodoh itu untuk memahami kalimat i miss you yang diucapkan laki-laki itu.
"Sarah pergi." ucap Rain santai.
"Katakan pada Sarah, aku menunggunya di tempat biasa."
Sambungan itu berakhir sepihak. Rain membaca nama di layar ponsel itu dengan suara lirih.
"Alex."
Rain teringat dengan asisten Hari yang bernama Alex, tapi tidak mungkin Sarah menjalin hubungan dengan orang itu. Dia meletakkan ponsel Sarah di atas meja lalu meraih jaketnya. Rain ingin memasak dan berencana untuk berbelanja di supermarket tidak jauh dari apartemen. Lidahnya tidak cocok dengan makanan Jepang dan beberapa hari ini dia tidak makan teratur.
Mendorong troli belanja sambil melihat jenis sayuran menjadi hal menyenangkan bagi Rain. Dia rindu dengan kebiasaan yang biasa dilakukannya bersama kedua adiknya ketika berbelanja bahan makanan di supermarket. Jeslyn akan memeriksa sayuran dengan teliti dan Jessica memilih buah dengan kualitas terbaik. Melupakan satu hal bahwa Rain tidak mampu membelikan kedua adiknya semua bahan-bahan itu.
Benda terjatuh di lantai menyebabkan Rain menghentikan trolinya. Sebuah kubis berada di bawah kakinya nyaris saja Rain terpeleset akibat kubis itu. Seorang remaja memakai seragam sekolah memungut kubis itu dan mengeluarkan kalimat dalam bahasa Jepang. Kemudian membungkuk beberapa kali dan meninggalkan Rain dalam kebingungan.
Mulai besok dia harus belajar bahasa Jepang!
Rain kembali mendorong troli belanja melewati lorong khusus buah dan sayuran. Namun, langkahnya tertahan saat melihat sosok yang tidak asing tengah berciuman mengabaikan keramaian di tempat itu. Bahkan beberapa orang sengaja melihat adegan itu dan memotretnya.
"Sarah." ucap Rain lirih.
***
"Bau harum apaan tuh?"Kia meletakkan tas selempangnya di lantai lalu menghampiri Ben yang sibuk memasak di dapur. Tadi Ben memintanya datang dengan alasan penting ternyata laki-laki itu hanya memasak seperti biasanya. Kia menarik kursi kemudian mendudukinya sambil memperhatikan Ben dari belakang. Dia tersenyum kecil melihat keanehan sahabatnya sejak malam membeli cincin. Kia juga belum sempat menanyakan perihal hubungan Ben dan Eren, tapi dari sikap yang ditunjukkan laki-laki itu pertanda hubungan mereka sudah melangkah lebih jauh."Tumis kangkung, aku sengaja masak kangkung biar tidurmu nyenyak." Ben meletakkan piring berisi tumis kangkung tepat dihadapan Kia. "Lihat mata pandamu lebih parah." ucapnya lalu duduk di kursi samping Kia.Kia memasukkan tumis kangkung ke mulutnya, rasanya lezat seperti masakan Ben yang lainnya. Dia iri pada laki-laki yang pintar memasak."Aku begadang ngerjain tugas biar keberangkatanku ke Jepang dipercepat." ucap Kia terus
Hujan turun begitu deras mengingatkan Rain pada Surabaya serta kerinduan pada ibu dan kedua adiknya. Jeslyn, Jessica, dan ibunya yang pendiam, tapi apa yang bisa dilakukannya sekarang?Rain tertawa kecil menertawakan kebodohannya menikah dengan Sarah. Lalu melihat perempuan itu bersama orang lain. Ternyata cinta atau tidak kedua hal tersebut sama-sama berkhianat.Dulu Rain tidak perlu repot-repot mendengar penilaian orang lain tentang dirinya. Namun, setelah mengalami beberapa kejadian yang menurunkan harga dirinya, Rain mulai ragu dengan kemampuannya. Secara fisik Rain tidak terlalu buruk bahkan bisa dibilang di atas standar rata-rata. Banyak yang memujinya secara fisik, tapi kenapa hidupnya tidak beruntung?Apakah takdir hidupnya sangat buruk?Hujan bertambah deras disertai suara petir bersahutan. Rain masih berdiri di balkon melihat tetes hujan dalam lamunan. Sudah satu jam dia melakukan kegiatan itu, kakinya kebas karena terlalu lama berdiri. Pikirann
Semula Rain berpikir jika Hari tidak akan menunjukkan batang hidungnya. Namun, keajaiban itu terjadi setelah Rain membuka pintu apartemen barunya dan melihat laki-laki itu bersama Alex. Begitu melihatnya tanpa berbasa-basi langsung memeluknya. "Ayah merindukanmu." bisik hari di telinga Rain. Pelukan itu berlangsung cukup lama hingga suara dering ponsel menginterupsi mereka. "Panggilan dari Indonesia." ucap Alex kemudian memberikan ponsel pada Hari. Rain menyeret kopernya melewati Alex setelah Hari keluar dari apartemen untuk menjawab panggilan telepon. Masih banyak barang yang belum dibereskan sedangkan Sarah berkata tidak bisa membantu karena suatu alasan. Rain hanya menanggapi dengan anggukan tidak ingin terlibat pembicaraan bersama Sarah. Dia juga tidak keberatan karena perempuan itu sudah mengirimkan barang-barangnya ke apartemen terlebih dahulu. Dan Rain tidak kerepotan karena barang-barang milik Sarah sudah teronggok di apartemen begitu di
"Kamu capek Ki?"Saat ini Kia berada di ketinggian dan Ben menanyakan pertanyaan yang jelas jawabannya. Kia tidak mungkin meminta Ben menggendongnya kan?Kia meneguk air mineralnya dengan rakus hingga menimbulkan suara berisik sementara Ben memperhatikannya."Aku nggak jadi ke Jepang Ben." ucap Kia lemah, dia menyimpan botol air mineralnya ke dalam tas. "Ibuku yang baik hati buat rencana sendiri, katanya kalau tahun ini aku nekat ke Jepang. Dia bakal minta orang jemput paksa aku di sini. Menurutmu aku harus gimana?""Ikuti kata hatimu karena impian kamu memang ke Jepang kan?""Kenapa sih aku harus hidup di keluarga berantakan?" tanya Kia diiringi tawa sinis."Kamu nggak bisa nyalahin takdir Ki kalau kenyataannya memang hidupmu begitu. Jangan lihat sisi buruknya karena semua hal pasti ada sisi positifnya. Kamu beruntung masih punya orang tua sedangkan aku cuma punya paman. Meskipun keluargamu nggak harmonis, tapi kamu masih punya aku Ki
Keindahan musim semi memang tidak diragukan lagi. Rain mengabadikan sakura bermekaran tidak melewatkan satu momen pun. Setahun terlewati Rain berada di Jepang. Dan hidupnya baik-baik saja karena Sarah masih berada di luar negeri.Keberuntungan itu Rain gunakan sebaik mungkin sebelum Sarah kembali ke Jepang dan menuntutnya menjadi suami yang baik. Omong kosong tentang pernikahan membuatnya seolah berada di penjara. Sekarang giliran Alex yang memotret. Rain menyerahkan kamera miliknya yang disambut sikap tidak rela laki-laki itu. "Cari spot yang bagus." ucap Alex mengarahkan kamera ke tempat lain. "Di sini saja." ujar Rain enggan berdebat. "Di belakangmu ada sepasang kekasih jangan merusak pemandangan mereka." Rain mencari tempat lain sesuai permintaan Alex. Dulu Rain tidak berpikir akan berteman dengan Alex mengingat hubungan laki-laki itu den
Kepala Rain hampir meledak ketika bangun pagi harinya menyadari tidak berada di kamarnya. Namun, dibandingkan semua itu yang paling mengejutkan adalah sosok perempuan di sampingnya. Setelah Sarah ternyata masih ada perempuan gila lainnya. Rain menyingkirkan tangan perempuan itu yang melingkar di pinggangnya. Kemudian memungut pakaiannya yang tergeletak di lantai. Sepertinya mereka telah melakukan sesuatu melihat seluruh pakaian perempuan itu berserakan di lantai. Dan bukti jelasnya Rain tidak mengenakan apa pun. "Jemput aku sekarang." ucap Rain melalui sambungan telepon, meski Alex tampak keberatan. Rain meninggalkan hotel tanpa meninggalkan pesan pada perempuan itu. Alex tidak bertanya mengenai Rain yang menginap di hotel, tapi wajah tanpa ekspresinya mengartikan Rain tidak ingin mengingat kejadian semalam. Dan Alex tahu benar jika emosi Rain meningkat drastis. Hal itu dimulai dari panggilan dari Hari disusul Sarah yang mengabarkan akan kembali ke Jepang bulan
"Rain?" Tidak ada sahutan sepertinya Rain masih kesal pada kejadian semalam. "Apa kegiatanmu selama di Jepang?" tanya Kia mencoba memecah keheningan. Rain menatap Kia sekilas. "Tidak ada." "Musim semi sangat indah, tapi kamu nggak terlihat bahagia. Rain, apa aku membuatmu kesal?" Rain menggeleng. "Bukan karena itu." "Lalu?" "Jangan ikut campur hidupku, paham?" Rain menekan kalimatnya. Kia mengangguk samar tampak tidak rela. "Paham." "Oke," Selebihnya Kia terjebak dalam keheningan dengan Rain yang fokus pada bukunya. Dia tidak tahu harus melakukan apa selain memperhatikan Rain dalam diam. Setahun berlalu perasaannya untuk Rain tidak berubah. Kia percaya bahwa laki-laki itu merupakan masa depannya, tempatnya pulang ketika di
Semula perasaan Rain membaik karena Kia termasuk perempuan penurut tidak menyebalkan seperti Sarah. Meskipun kejadian malam itu Kia mengambil keuntungan darinya, Rain tidak memperpanjang masalah tersebut. Toh, selama ini Sarah sudah menyentuhnya dan kejadian yang dilakukannya bersama Kia merupakan hal biasa. Namun, perasaannya memburuk setelah Jeslyn mengabarinya bahwa kesehatan ibunya memburuk. Rain tidak mungkin memberitahu keadaannya jika tidak ingin kedua adiknya cemas. Berurusan dengan Hari nyatanya lebih sulit daripada mengalahkan para preman pasar. Oleh sebab itu, Rain berniat pulang ke tanah air tanpa memberitahu Hari. Namun, niatnya terpaksa ditunda akibat Hari memintanya untuk menjemput Sarah dan menemani perempuan itu. Maksud dari menemani adalah melakukan sesuatu hingga Sarah hamil. Lebih tepatnya Rain harus memiliki anak bersama Sarah. Keinginan gila itu mana mungkin Rain lakukan? Emosinya memburuk dalam sekejap bahkan Rain melupakan Kia dan peremp