"Kamu capek Ki?"
Saat ini Kia berada di ketinggian dan Ben menanyakan pertanyaan yang jelas jawabannya. Kia tidak mungkin meminta Ben menggendongnya kan?
Kia meneguk air mineralnya dengan rakus hingga menimbulkan suara berisik sementara Ben memperhatikannya.
"Aku nggak jadi ke Jepang Ben." ucap Kia lemah, dia menyimpan botol air mineralnya ke dalam tas. "Ibuku yang baik hati buat rencana sendiri, katanya kalau tahun ini aku nekat ke Jepang. Dia bakal minta orang jemput paksa aku di sini. Menurutmu aku harus gimana?"
"Ikuti kata hatimu karena impian kamu memang ke Jepang kan?"
"Kenapa sih aku harus hidup di keluarga berantakan?" tanya Kia diiringi tawa sinis.
"Kamu nggak bisa nyalahin takdir Ki kalau kenyataannya memang hidupmu begitu. Jangan lihat sisi buruknya karena semua hal pasti ada sisi positifnya. Kamu beruntung masih punya orang tua sedangkan aku cuma punya paman. Meskipun keluargamu nggak harmonis, tapi kamu masih punya aku Ki
Keindahan musim semi memang tidak diragukan lagi. Rain mengabadikan sakura bermekaran tidak melewatkan satu momen pun. Setahun terlewati Rain berada di Jepang. Dan hidupnya baik-baik saja karena Sarah masih berada di luar negeri.Keberuntungan itu Rain gunakan sebaik mungkin sebelum Sarah kembali ke Jepang dan menuntutnya menjadi suami yang baik. Omong kosong tentang pernikahan membuatnya seolah berada di penjara. Sekarang giliran Alex yang memotret. Rain menyerahkan kamera miliknya yang disambut sikap tidak rela laki-laki itu. "Cari spot yang bagus." ucap Alex mengarahkan kamera ke tempat lain. "Di sini saja." ujar Rain enggan berdebat. "Di belakangmu ada sepasang kekasih jangan merusak pemandangan mereka." Rain mencari tempat lain sesuai permintaan Alex. Dulu Rain tidak berpikir akan berteman dengan Alex mengingat hubungan laki-laki itu den
Kepala Rain hampir meledak ketika bangun pagi harinya menyadari tidak berada di kamarnya. Namun, dibandingkan semua itu yang paling mengejutkan adalah sosok perempuan di sampingnya. Setelah Sarah ternyata masih ada perempuan gila lainnya. Rain menyingkirkan tangan perempuan itu yang melingkar di pinggangnya. Kemudian memungut pakaiannya yang tergeletak di lantai. Sepertinya mereka telah melakukan sesuatu melihat seluruh pakaian perempuan itu berserakan di lantai. Dan bukti jelasnya Rain tidak mengenakan apa pun. "Jemput aku sekarang." ucap Rain melalui sambungan telepon, meski Alex tampak keberatan. Rain meninggalkan hotel tanpa meninggalkan pesan pada perempuan itu. Alex tidak bertanya mengenai Rain yang menginap di hotel, tapi wajah tanpa ekspresinya mengartikan Rain tidak ingin mengingat kejadian semalam. Dan Alex tahu benar jika emosi Rain meningkat drastis. Hal itu dimulai dari panggilan dari Hari disusul Sarah yang mengabarkan akan kembali ke Jepang bulan
"Rain?" Tidak ada sahutan sepertinya Rain masih kesal pada kejadian semalam. "Apa kegiatanmu selama di Jepang?" tanya Kia mencoba memecah keheningan. Rain menatap Kia sekilas. "Tidak ada." "Musim semi sangat indah, tapi kamu nggak terlihat bahagia. Rain, apa aku membuatmu kesal?" Rain menggeleng. "Bukan karena itu." "Lalu?" "Jangan ikut campur hidupku, paham?" Rain menekan kalimatnya. Kia mengangguk samar tampak tidak rela. "Paham." "Oke," Selebihnya Kia terjebak dalam keheningan dengan Rain yang fokus pada bukunya. Dia tidak tahu harus melakukan apa selain memperhatikan Rain dalam diam. Setahun berlalu perasaannya untuk Rain tidak berubah. Kia percaya bahwa laki-laki itu merupakan masa depannya, tempatnya pulang ketika di
Semula perasaan Rain membaik karena Kia termasuk perempuan penurut tidak menyebalkan seperti Sarah. Meskipun kejadian malam itu Kia mengambil keuntungan darinya, Rain tidak memperpanjang masalah tersebut. Toh, selama ini Sarah sudah menyentuhnya dan kejadian yang dilakukannya bersama Kia merupakan hal biasa. Namun, perasaannya memburuk setelah Jeslyn mengabarinya bahwa kesehatan ibunya memburuk. Rain tidak mungkin memberitahu keadaannya jika tidak ingin kedua adiknya cemas. Berurusan dengan Hari nyatanya lebih sulit daripada mengalahkan para preman pasar. Oleh sebab itu, Rain berniat pulang ke tanah air tanpa memberitahu Hari. Namun, niatnya terpaksa ditunda akibat Hari memintanya untuk menjemput Sarah dan menemani perempuan itu. Maksud dari menemani adalah melakukan sesuatu hingga Sarah hamil. Lebih tepatnya Rain harus memiliki anak bersama Sarah. Keinginan gila itu mana mungkin Rain lakukan? Emosinya memburuk dalam sekejap bahkan Rain melupakan Kia dan peremp
Rain sudah bersiap dengan koper besar di bawah kakinya. Sudah satu jam Alex tidak kunjung datang ke apartemennya. Padahal laki-laki itu mengabarkan sudah dalam perjalanan dan akan tiba setengah jam lagi. Namun, ini sudah berlalu satu jam sejak Alex menghubunginya. Rain khawatir Hari berubah pikiran dan meminta Alex untuk kembali."Rain, serius kamu nggak apa-apa?"Pertanyaan ketiga dan Rain hanya membalasnya dengan anggukan."Ini tengah malam, kamu yakin pergi sekarang?"Ponselnya berbunyi menyelamatkan Rain dari pertanyaan itu sementara Kia memperhatikannya dalam diam."Rain, ada perubahan rencana." ucap Alex dari seberang."Apa?" tanya Rain tidak sabar."Tuan Hari mengizinkan kamu pulang dengan satu syarat."Rain diam dengan tangan terkepal. Beberapa jam yang lalu Hari hanya menginginkan Alex ikut serta, tapi sekarang rencana licik apa lagi?"Kamu harus memiliki anak bersama Sarah. Syarat wajib kalau kamu ingin m
Sekali lagi Rain melihat makam ibunya sebelum akhirnya meninggalkan tempat itu. Kedua adiknya masih berada di sana. Menangis keras dan sebagai kakak yang gagal, Rain tidak bisa melakukan apa-apa selain memperhatikan dalam diam.Hujan menyambutnya mewakili perasaan yang paling dibencinya. Rain tidak menyukai hujan. Demi Tuhan, itu semua menyakitkan. Dia muak, lelah, marah, dan menyalahkan hidupnya. Kalau saja egonya bisa diturunkan, Rain tidak akan kehilangan ibu dengan cara menyakitkan.Hidup penuh drama akibat kesalahannya sendiri, dampak dari patah hati yang begitu hebat. Kenapa Rain harus termakan bujukan?Seandainya dia tidak menerima tawaran Hari hidupnya saat ini masih sangat sederhana. Melihat wajah ibunya dan kedua adiknya tanpa terbentang jarak. Lalu pernikahan palsu itu juga tidak pernah terjadi. Namun, semua itu hanya pengandaian. Kenyataan pahit ada di depan matanya sekuat apa pun Rain ingin kembali ke masa lalu. Dia tidak bisa melakukann
Menghabiskan waktu seminggu di Indonesia menyebabkan mood Rain tidak stabil. Salah satu penyebabnya adalah Eren. Entah bagaimana caranya perempuan itu masih menghantui pikirannya. Penyakit ginjal yang diderita Eren cepat atau lambat akan merenggut nyawa. Dan Rain belum siap menerima kemungkinan terburuk apabila sesuatu terjadi pada Eren.Hujan membuat Rain tersadar dari lamunan. Mobil yang membawanya ke apartemen melaju dengan kecepatan sedang. Dia bisa melihat kaca mobil yang berembun dan itu mampu menambah rasa kesalnya. Rain masih tidak menyukai hujan.Selama di Indonesia tidak sekali pun Rain menghubungi Kia. Ponsel sengaja dimatikan untuk menghindari Sarah. Setelah pertengkarannya dengan Eren, kebencian akan Sarah semakin memuncak. Namun, ada perasaan lain yang menghampirinya. Sedikit kerinduan untuk Kia.Rain tidak tahu sejak kapan merindukan perempuan itu. Dia jelas tidak tertarik pada Kia mengingat kejadian
Rain memasuki apartemen mengabaikan Kia yang menyambutnya dengan senyuman. Saat ini Rain tidak baik-baik saja, tubuhnya terasa panas. Dia berlari menuju kamarnya lalu mengurung diri di kamar mandi. Menyalakan shower untuk mendinginkan tubuhnya. Namun, cukup lama melakukannya kondisi tubuhnya tak kunjung membaik. Rain bersandar pada dinding marmer yang dingin. Menahan gejolak emosi serta keinginan untuk melakukan sesuatu. Sarah memang berniat membunuhnya melalui obat perangsang.Brengsek!Ketukan di pintu menghentikan umpatan Rain."Rain, kamu baik-baik aja?" tanya Kia dari balik pintu.Rain mematikan shower lalu meraih handuk dan melilitkannya di pinggang. Dia menarik napas panjang sebelum membuka pintu."Kenapa?" tanya Rain langsung."Kamu kenapa Rain?"Rain sudah tidak bisa menahan gejolak itu lagi jika Kia terus berad