Share

Bab 90 - Bocah Kemarin Sore?

Author: Murlox
last update Last Updated: 2025-05-22 17:48:04
Sosok yang disebut tabib Liu itu merupakan seorang pria paruh baya yang telah lama dikenal karena keahliannya sebagai alkimia dan tabib di kota Cheng, perlahan ia mendekati dipan kayu. Jubah tabib megahnya yang rapi sedikit bergoyang tertiup angin dari jendela yang setengah terbuka. Ia duduk di samping Xiao Kian, lalu menekuk lutut dan mengangkat tangan kepala klan itu dengan hati-hati.

Ia mulai dengan memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan. Jemarinya yang dingin menempel di kulit, sementara alisnya sedikit berkerut, mencoba membaca aliran energi dan kondisi dalam tubuh pasiennya. Setelah beberapa detik, ia menyentuhkan telapak tangannya ke leher Xiao Kian dan mengalirkan seberkas energi spiritual.

Tatapan matanya menajam, keningnya mengerut semakin dalam. Energi yang ia kirimkan seakan menemukan dinding-dinding kasar yang tidak seharusnya ada dalam tubuh seseorang. Ia menarik napas panjang dan menoleh ke arah Xiao Lu dengan ekspresi serius.

"Bagaimana?" tanya Xiao Lu cepat,
Murlox

Thank's for Jas Angel atas dukungan gemnya👍👍

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 93 - Pengobatan II

    "Apakah sudah selesai, Saudara Zhu?" tanya Xiao Han dengan nada penuh harap, matanya menatap tungku pemurnian yang kini mulai mendingin.Zhu Long mengangguk pelan. Wajahnya tenang, tetapi sorot matanya mencerminkan keseriusan. Ia menyimpan kembali tungku pemurnian ke dalam cincin penyimpan miliknya, lalu melangkah mendekat ke sisi ranjang tempat kepala klan Xiao Kian, terbaring lemah. Aroma herbal yang tajam masih menguar dari ramuan hasil pemurniannya, memenuhi ruangan dengan hawa mistis yang samar.Ia berdiri sejenak di samping ranjang, memandangi tubuh Xiao Kian yang setengah tertutup selimut. Warna kulit di sisi kiri tubuh pria tua itu menghitam, tampak seperti luka bakar, namun juga mengilat seperti sisik ular. Aura gelap yang tidak wajar perlahan-lahan tercium."Racun Lidah Naga Hitam ini benar-benar telah menyebar ke separuh tubuh. Bahkan menyatu dengan aliran darah dan menempel pada meridian. Ini bukan racun biasa... bahkan bisa dibilang setara dengan racun tingkat tinggi," gu

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 92 - Pengobatan

    Zhu Long hanya mengangkat alisnya sekilas mendengar tawa dan hinaan Fen Liang, lalu menoleh ke arah jendela seolah suara itu hanyalah angin sepoi yang tak layak dihiraukan. Membalas hanya akan membuang waktu.Beberapa detik kemudian, langkah tergesa seorang pelayan terdengar di balik pintu. Dengan sedikit membungkuk, pelayan itu menyerahkan sebuah nampan berisi beberapa tanaman herbal langka—daun Qingya, akar Zhenlong, bunga Heilan, dan jamur hitam yang berkilau lembap. Semua itu adalah bahan-bahan yang telah Zhu Long sebutkan sebelumnya. Tangan pemuda itu segera menyentuh tiap helai daun dan potongan akar dengan kelembutan yang bertolak belakang dari aura ketenangannya.Ia mengendus, menggulung sedikit daun, dan mengamati warna batang dari akar tersebut. Ketika semua sudah sesuai harapan, ia mengangguk pelan, lalu berdiri menatap semua orang di ruangan."Aku akan mulai pengobatan sekarang," ucapnya datar namun tegas. "Namun untuk keberhasilan proses ini, aku butuh ketenangan dan tid

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 91 - Lelucon Paling Konyol?

    "Huh? Tuan Muda, bagaimana anda akan mempertanggungjawabkan tindakan pemuda ini jika kata-katanya salah dan malah membahayakan kesehatan kepala klan?" Suara berat tetua Xiao Lu menggema di dalam ruangan, penuh tekanan. Ia berdiri tegak dengan kedua tangannya tergenggam di balik punggung, menatap lurus ke arah Zhu Long dengan sorot mata tajam.Pria tua yang tampak tegas itu sebenarnya menyimpan kehawatiran yang mendalam, karena beban yang begitu besar menggerogoti pikirannya. "Anda tahu betul bahwa klan kita bertahan hingga sejauh ini karena beliau," lanjutnya, melirik ke arah tubuh lemah yang terbaring di dipan kayu itu. "Jika beliau pergi... lantas bagaimana nasib klan Xiao kedepannya?"Xiao Yu, adik perempuan Xiao Han, perlahan mendekat, suaranya nyaris bergetar. "Itu benar, Kakak. Kamu seharusnya tidak membawa sembarang orang untuk memeriksa kondisi ayah," ucapnya dengan nada ragu-ragu. Raut wajahnya dipenuhi kecemasan dan keraguan. "Aku takut… jika terjadi kesalahan, itu bisa mem

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 90 - Bocah Kemarin Sore?

    Sosok yang disebut tabib Liu itu merupakan seorang pria paruh baya yang telah lama dikenal karena keahliannya sebagai alkimia dan tabib di kota Cheng, perlahan ia mendekati dipan kayu. Jubah tabib megahnya yang rapi sedikit bergoyang tertiup angin dari jendela yang setengah terbuka. Ia duduk di samping Xiao Kian, lalu menekuk lutut dan mengangkat tangan kepala klan itu dengan hati-hati. Ia mulai dengan memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan. Jemarinya yang dingin menempel di kulit, sementara alisnya sedikit berkerut, mencoba membaca aliran energi dan kondisi dalam tubuh pasiennya. Setelah beberapa detik, ia menyentuhkan telapak tangannya ke leher Xiao Kian dan mengalirkan seberkas energi spiritual. Tatapan matanya menajam, keningnya mengerut semakin dalam. Energi yang ia kirimkan seakan menemukan dinding-dinding kasar yang tidak seharusnya ada dalam tubuh seseorang. Ia menarik napas panjang dan menoleh ke arah Xiao Lu dengan ekspresi serius. "Bagaimana?" tanya Xiao Lu cepat,

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 89 - Topeng Kepedulian

    Xiao Han berdiri perlahan dari sisi ranjang ayahnya, sorot matanya beralih kepada sosok muda yang berdiri diam tak jauh di belakangnya. Wajahnya tenang, tapi penuh makna. Ia lalu menoleh pada adiknya, Xiao Yu, dan berkata dengan suara yang mantap namun lembut:"Orang yang kumaksud adalah dia."Xiao Yu refleks mengikuti arah pandang kakaknya, matanya menangkap sosok asing yang sejak tadi berdiri tanpa bicara. Baru kini ia benar-benar menyadari kehadiran Zhu Long. Pandangannya sempat naik turun, menilai penampilan pemuda itu—pakaiannya sederhana, tubuhnya tegap namun tidak mencolok, dan matanya... memancarkan sorot tenang, terlalu tenang layaknya seorang yang telah hidup ratusan tahun.Alis Xiao Yu terangkat, ragu mulai menggerogoti benaknya. Ia menoleh kembali ke Xiao Han dengan sorot tidak percaya."Kakak..." ucapnya pelan, nyaris berbisik. "Siapa dia? Kenapa kamu membawanya kemari?"Nada suaranya tak sepenuhnya menuduh, tapi jelas terselip kekhawatiran dan skeptisisme. Sudah terlalu

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 88 - Kediaman Klan Xiao

    Langit di atas kota Cheng diselimuti awan kelabu ketika dua pemuda itu melangkah memasuki gerbang luar kota. Aroma debu dan asap dari perapian rumah-rumah penduduk bercampur dalam udara yang lembab. Meski tak sebesar ibu kota provinsi Zhenyu, kota Cheng tetap menyimpan kemegahan dalam kejayaannya, terutama di distrik timur tempat berdirinya kediaman klan-klan terpandang. Namun, begitu memasuki wilayah kediaman klan Xiao, suasana berubah drastis. Jalanan yang berlapis batu bata kini dipenuhi debu dan lumut. Beberapa bangunan tampak reyot, ditinggalkan dalam kesunyian. Zhu Long mengamati sekeliling dengan mata tajamnya, dalam diam menilai betapa besar penurunan yang menimpa klan ini. Di gerbang utama kediaman klan Xiao, dua penjaga berseragam lusuh berdiri dengan tubuh twgap. Begitu melihat kedatangan Xiao Han, mereka segera membungkuk dalam-dalam. "Tuan Muda, anda sudah kembali." sapa salah satu dari mereka, suaranya berat namun menunjukkan rasa hormat yang tulus. Xiao Han menga

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 87 - Menuju Kota Cheng

    “Bantuan untuk apa?” tanya Zhu Long dengan nada tenang namun sorot mata yang memancarkan rasa ingin tahu. Alisnya sedikit mengernyit saat memandang Xiao Han yang tiba-tiba terlihat sangat berbeda dari biasanya.Xiao Han tak langsung menjawab. Ia menarik napas panjang, menunduk sejenak seolah mencoba mengatur emosinya. Angin pagi berembus pelan di antara pepohonan halaman kediaman Zhu Long, dan dalam kesunyian itu, suara Xiao Han akhirnya terdengar lirih namun mengandung kepedihan mendalam."Kau pasti sudah tahu… aku berasal dari Klan Xiao di Kota Cheng," katanya, suaranya bergetar halus. "Dulu, klanku adalah salah satu pilar kota itu. Klan kami sangat disegani, memiliki banyak ahli kuat dan relasi politik yang solid. Tapi… semua itu berubah setelah ayahku mengalami musibah. Beberapa tetua dan anggota klan mulai menunjukkan wajah aslinya. Mereka membelot, berpindah ke klan lain yang lebih kuat, dan menghianati kami. Semua relasi yang klan kami jalin seketika runtuh, kekuatan klan menur

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 86 - Maksud kedatangan

    Beberapa hari kemudian di kediaman Zhu Long. Angin lembut berembus pelan, menggoyangkan daun pepohonan yang menjulang di sisi kediaman sederhana, sementara aroma samar tanah dan rumput basah menyebar di udara. Di tengah dalam ruangan, Zhu Long duduk bersila di tengah-tengah, tenggelam dalam fokus meditasi mendalam. Aura spiritual yang mengelilinginya membentuk pusaran kabut emas yang perlahan berdenyut, seolah menari mengikuti irama napasnya. Udara di sekeliling tubuhnya terasa hangat dengan desiran lembut yang mengandung intensitas energi langit dan bumi yang padat. Tubuh Zhu Long tampak tenang, tapi jika seseorang yang cukup peka melihatnya, mereka akan menyadari bahwa kekuatan spiritual mengalir dalam setiap serat otot dan meridiannya. Ia baru saja menembus tahap delapan ranah Pemadatan Inti—sebuah kemajuan signifikan yang luar biasa cepat. Bagi kultivator biasa, kecepatan kultivasi seperti ini sungguh di luar akal sehat, dan mereka mungkin akan memakan waktu yang cukup lama

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 85 - Memborong Ramuan

    Zhu Long sempat terdiam sejenak, matanya menatap cincin ruang yang kini ada di tangannya. Meski dari luar wajahnya terlihat tenang, dalam hatinya ia tak bisa menahan rasa heran dan sedikit kagum. Jumlah batu roh yang diberikan jauh melebihi harga sebenarnya. Ia tahu, tak banyak murid sekte manapun, terlebih dari sekte Yunzhou bagian dalam—yang memiliki kemurahan hati seperti itu. Namun sebagai penjual, dan lebih dari itu, sebagai seseorang yang menjunjung kehormatan diri, ia tetap mengangkat wajahnya dan berkata, "Senior, apakah ini tak masalah? Kau membayar lebih dari harga seharusnya." Yan Hui, yang baru saja memutar tubuhnya hendak pergi, menoleh kembali. Sebuah senyum tipis tergambar di wajahnya—senyum yang tak dibuat-buat, tapi mengandung wibawa tenang dari seseorang yang terbiasa berada di atas. "Tak perlu dipikirkan terlalu jauh, anggap saja sebagai bonus dariku. Kau tahu... sudah lama aku tak mencium aroma ramuan sehalus itu dari seorang alkemis muda. Dan aku bukan tipe o

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status