Namun, suara benda berat menghantam tanah yang dinanti-nanti tak pernah terdengar yang terdengar justru teriakan minta tolong.
"Astaga! Kakak, tolong aku!" Suara panik itu penuh ketakutan dan gemetar—dan tak lain berasal dari Pangeran Kedua, Xian Liang! Barulah semua mata menoleh ke arah restoran di lantai 3 dan ketika melihat apa yang terjadi mereka membelalak penuh kebingungan. Xian Liang ternyata tergantung di pagar kayu yang patah antara lantai dua dan tiga tubuhnya terjepit dan tak bisa naik atau turun, hanya bisa meronta dengan panik sambil berteriak meminta pertolongan. "Pfft!" Seseorang menjadi yang pertama tertawa, dan segera saja kerumunan meledak dalam tawa lepas. “Hahaha.. ha ha ha ha…!” Ternyata, pakaian Xian Liang robek saat jatuh dan menyingkap bagian bokongnya yang pucat—menjadikannya bahan tertawaan! "Bokong Pangeran Kedua putih banget!" Suara pelan terdengar dari kerumunan dan semua orang tertawa semakin keras. "Ha ha ha ha ha! Hari ini kita bisa bilang pernah melihat bokong keluarga kerajaan.dan ternyata ya begitu juga!" Biasanya, Xian Liang dikenal angkuh dan suka menindas rakyat jelata. Kesempatan melihatnya berada dalam situasi memalukan seperti ini sungguh langka dan semua orang merasa puas !. Mendengar lelucon-lelucon itu wajah Xian Liang memerah bokongnya terasa kedinginan dan ia buru-buru meraih kain untuk menutupinya dengan malu. Tapi begitu tangan kanannya terlepas dari pagar, tubuhnya langsung melorot beberapa senti. Ia pun langsung membeku ketakutan dan tak berani melepaskan pegangan lagi hanya bisa memohon kepada Pangeran Mahkota Xian Rong. Wajah Xian Rong saat itu pun tampak sangat tak sedap dipandang, awalnya ia ingin mempermalukan Rong Tianye tapi siapa sangka justru Xian Liang yang mempermalukan diri sendiri membuat wajahnya ikut tercoreng. Ia segera memberi perintah dengan kesal kepada para pengawalnya untuk menyelamatkan Xian Liang. Pada saat yang sama, semua pandangan beralih kepada Rong Tianye — dan ekspresi mereka berubah makin aneh. Sebab di tanah tempat Rong Tianye seharusnya jatuh dua bola bulu bundar tiba-tiba muncul entah dari mana! Bola-bola bulu itu jatuh tepat di bawah tempat jatuhnya Rong Tianye, sehingga tubuhnya tertahan dan sama sekali tidak mengalami cedera. Inilah makna sejati dari "berusaha mencuri ayam, tapi justru kehilangan beras"! Semua orang menyaksikannya sendiri hari itu! “Apa-apaan ini!" Xian Rong mendesis kesal. "Bola bulu siapa ini?!" Begitu ucapannya selesai dari kerumunan muncul sosok wanita berbaju putih, wajahnya indah dan tersenyum lembut. "Maaf," ucapnya tenang, "aku baru saja membeli dua bantal bulu dan tak sengaja menjatuhkannya. Semoga tuan muda tak keberatan." Di bawah cahaya matahari yang terang, sosoknya tampak diliputi cahaya keemasan lembut. Wajahnya yang halus dan menawan memancarkan pesona seperti bunga teratai yang mekar tenang di permukaan danau. Gaun putih yang ia kenakan menonjolkan lekuk tubuh anggunnya, rambutnya yang hitam panjang ditata sederhana beberapa helaian rambut tergerai di sisi wajahnya, menciptakan kesan santai namun memikat. Alisnya melengkung indah seperti daun willow, sorot matanya bening bagaikan kristal warna-warni, bibirnya merah alami dan kulitnya sehalus giok. Sungguh pesona wanita yang tak tertandingi! Xian Rong menatapnya tak berkedip. Wajah itu tampak sedikit familiar, membuatnya bergumam pelan, "Kenapa wanita ini mirip sekali dengan Lian Qiyue?" "Apa namamu?" tanya Xian Rong sambil menyipitkan mata. "Namaku Qiyue," jawab wanita itu sambil tersenyum lembut. Nama yang familiar itu membuat Xian Rong makin curiga tapi setelah mengamati lebih saksama, ia segera menggeleng dan menghapus keraguan dari benaknya. Meski garis wajah wanita ini sedikit menyerupai Lian Qiyue namun sikap, aura dan pesonanya jauh berbeda bahkan bisa dikatakan melampaui Lian Qiyue. Sorot kagum dan hasrat perlahan muncul dalam mata Xian Rong. Wanita ini bahkan lebih menawan dari Lian Ruo yang selama ini dianggap sebagai wanita tercantik di ibu kota kekaisaran! Jika ia bisa memiliki wanita ini, bukankah itu akan membuat banyak pria iri? --- Janji Mata Lian Qiyue, gelap laksana kolam dalam berkilau memantulkan cahaya terang. Seperti yang telah ia duga, Pangeran Xian Rong sama sekali tidak mengenalinya! Dalam waktu sebulan penampilannya memang telah berubah drastis. Di kediaman Jenderal selama ini ia selalu diperlakukan dengan kasar, sejak pertunangannya dibatalkan perlakuan terhadapnya menjadi semakin buruk. Makanan yang dikirimkan pelayan semakin tidak layak dan bersama kesedihannya tubuhnya pun menjadi kurus dan pucat wajahnya tidak lagi sedap dipandang. Namun setelah satu bulan berkultivasi kulitnya kembali cerah dan kenyal, serta aura dan semangatnya jauh berbeda dari sebelumnya. Ia yakin bahkan jika Lian Ruo sendiri melihatnya, belum tentu bisa langsung mengenalinya sebagai Lian Qiyue. Dengan langkah cepat, Lian Qiyue menghampiri sisi Rong Tianye. Bola bulu hitam dan putih itu terus saja menggerutu padanya sejak tadi, merasa kesal karena perjalanan pertamanya ke luar rumah justru menjadi… bantal untuk menahan jatuh! "Tuan Muda, bantalku yang menyelamatkanmu, seharusnya kau…" Belum sempat Lian Qiyue menyelesaikan kalimatnya, sosok berselimut cahaya emas yang membelakanginya itu tiba-tiba berbalik dan wajah tampan menyilaukan langsung muncul di hadapannya. Sekejap, suara Lian Qiyue terhenti. Meski ia telah lama mendengar bahwa Pangeran Tianye dikenal sebagai pria tampan tiada tanding, menyaksikannya secara langsung tetap membuatnya terkesima. Garis wajah pria itu begitu sempurna—alis, mata, hidung dan bibir—semuanya tampak seperti diukir oleh tangan dewa. Matanya memancarkan kilau laksana cahaya bulan, bening dan memesona. Senyuman lembut dan menawan merekah di wajah tampannya yang seakan berasal dari dunia lain. Begitu menawan, seolah-olah tertanam di dalam hati Lian Qiyue—tak terlupakan sejak pandangan pertama. Ia mengenakan jubah brokat emas memancarkan aura kebangsawanan dan keagungan yang jauh melampaui Xian Rong maupun para pangeran lainnya. "Nona, terima kasih atas bantalanmu." Suara yang lembut dan merdu terdengar. Rong Tianye menatap Lian Qiyue dengan senyuman ringan dan matanya yang hitam laksana obsidian bersinar dengan kilau ketertarikan. Mendengar itu, Lian Qiyue segera tersadar kembali. Meski jatuh dari lantai tiga, Rong Tianye tampak tenang seolah tak terjadi apa-apa. Ia menyadari, telah meremehkan pria ini. Dengan jari-jarinya yang lentik, Lian Qiyue menengadahkan telapak tangannya, wajahnya memancarkan senyum licik yang cerah, "Tuan Muda, karena bantalku menyelamatkanmu, bukankah seharusnya kau memberikan kompensasi? Seratus koin emas cukup, kan?" Mendengar permintaan itu, secercah kecerdikan pun muncul di mata Rong Tianye, meski wajah tampannya tetap serius, "Nona, tolong bantu aku sedikit." Lian Qiyue mengerutkan alisnya. Membantu? Pria ini butuh bantuan apa darinya? Namun belum sempat ia bertanya, ia melihat Rong Tianye dengan santainya berbaring di tanah dan berkata sambil tersenyum: "Nona bisa jatuh sekarang dan aku akan menjadi bantalmu dengan begitu kita impas." Ujung bibir Lian Qiyue langsung berkedut. Siapa yang waras akan dengan sengaja melompat dari lantai tiga hanya untuk membuat ‘imbang’ utang budi seperti itu? Pria ini… dari luar tampak anggun dan gagah, tapi ternyata… tak tahu malu juga! "Kau ini pangeran….!! masa mau lari dari tanggung jawab sekecil ini?" Lian Qiyue menatap tajam ke arah Rong Tianye, awalnya ia berpikir bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan beberapa koin emas darinya. Namun ternyata pria ini begitu pelit sampai bisa memutar ide segila itu demi menghindari membayar. Benar-benar… tak tahu malu! “Aku bukan tipe pria yang melarikan diri dari kewajiban!" sahut Rong Tianye dengan tegas. Wajah Lian Qiyue melunak sedikit, tetapi kalimat berikutnya dari Rong Tianye membuatnya hampir melompat karena kesal. "Tapi… aku juga tidak punya harta berharga saat ini." Rong Tianye berpura-pura berpikir serius, lalu melanjutkan, "Bagaimana kalau… aku saja yang kau ambil?" "Wajahku ini, masih lumayan menarik, kan?" Lian Qiyue hanya bisa merasakan pelipisnya berdenyut. Pria ini—yang kini menundukkan kepala dengan ekspresi malu-malu, persis seperti gadis yang menanti perjodohan—sebenarnya sedang merencanakan apa? ---“Cuma seratus koin emas, kau tak perlu menjual dirimu sendiri, bukan?” ujar Lian Qiyue, menahan dorongan untuk meledak kesal.Rong Tianye mengangguk malu-malu. “Menyebalkan sekali! Aku sudah jadi milikmu, kenapa masih bicara soal uang? Uang itu bisa merusak perasaan, kau tahu!”Melihat ekspresi Rong Tianye yang seperti itu, wajah Lian Qiyue berubah kaku. Ia benar-benar tak bisa membayangkan bahwa seorang pangeran terhormat bisa sebegitu tidak tahu malunya!Hanya demi seratus koin emas, pria itu bahkan rela bertingkah manja dan menggoda seperti anak kecil. Tampaknya, harapannya untuk mendapatkan koin emas itu benar-benar sirna.“Anggap saja aku sedang sial!” serunya dengan marah. Ia benar-benar telah tertipu oleh wajah pria itu!Tanpa berkata lebih lanjut, Lian Qiyue mengambil dua bola bulu dan berjalan menuju kerumunan. Ia benar-benar tidak ingin berbicara lagi dengan pria aneh itu. Jika terus bersama, ia khawatir tak bisa menahan diri untuk tidak mendorongnya jatuh dari lantai tiga
Namun, suara benda berat menghantam tanah yang dinanti-nanti tak pernah terdengar yang terdengar justru teriakan minta tolong. "Astaga! Kakak, tolong aku!" Suara panik itu penuh ketakutan dan gemetar—dan tak lain berasal dari Pangeran Kedua, Xian Liang! Barulah semua mata menoleh ke arah restoran di lantai 3 dan ketika melihat apa yang terjadi mereka membelalak penuh kebingungan. Xian Liang ternyata tergantung di pagar kayu yang patah antara lantai dua dan tiga tubuhnya terjepit dan tak bisa naik atau turun, hanya bisa meronta dengan panik sambil berteriak meminta pertolongan. "Pfft!" Seseorang menjadi yang pertama tertawa, dan segera saja kerumunan meledak dalam tawa lepas. “Hahaha.. ha ha ha ha…!” Ternyata, pakaian Xian Liang robek saat jatuh dan menyingkap bagian bokongnya yang pucat—menjadikannya bahan tertawaan! "Bokong Pangeran Kedua putih banget!" Suara pelan terdengar dari kerumunan dan semua orang tertawa semakin keras. "Ha ha ha ha ha! Hari ini kita bisa bilang pe
Melihat wajah dua bola bulu yang bersikeras ingin ikut, Lian Qiyue mengernyitkan alis cantiknya. “Kalian ini terlalu mencolok kalau kubawa keluar, semua orang pasti memperhatikan.” “Kalau ada yang tertarik dan langsung menculik kalian, aku belum tentu bisa melindungi,” gumamnya sambil menyentuh dagunya dengan ujung jari telunjuk.“Kami punya cara mengatasinya!” seru bola bulu hitam sambil melompat-lompat penuh semangat.“Betul . Betul… betul.. Sambung bola putih.Seketika, di bawah tatapan terkejut Lian Qiyue, kedua bola bulu—yang satu hitam, yang satu putih—mengecil dengan cepat. Mereka berubah menjadi dua manik mungil, lalu melompat ke rambut Lian Qiyue tampak seperti hiasan kepala biasa dan hampir tak bisa dikenali.Mulut Lian Qiyue membentuk huruf ‘O’. Ia benar-benar tidak tahu dua makhluk kecil itu punya kemampuan semacam ini.Dengan begini segalanya jadi jauh lebih praktis.“Tapi kalian tidak boleh berulah saat ikut denganku, hanya boleh bicara lewat telepati tidak boleh bers
Lian Qiyue memeriksa kondisi tubuhnya dengan cermat. Sejak usia lima tahun dia telah divonis tidak memiliki masa depan dalam dunia kultivasi karena dantiannya hancur total.Namun, setelah penyelidikan menyeluruh, dia menemukan bahwa dantiannya yang hancur ternyata telah diperbaiki pada suatu waktu yang tidak dia ketahui.Meskipun dia tidak memahami alasan di baliknya, kenyataan itu adalah berkah yang luar biasa baginya.Hanya dengan meningkatkan kultivasinya secepat mungkin dia bisa membalikkan keadaan yang pasif ini.Lian Qiyue yakin, setelah kejadian hari ini Lian Ruo dan Xian Rong tidak akan mencari masalah dengannya dalam waktu dekat.Namun, ketika dia bersiap untuk mulai berkultivasi tiba-tiba terdengar suara kekanak-kanakan di benaknya. “Xian Rong itu menjijikkan sekali!""Aku rasa Lian Ruo jauh lebih tak tahu malu!" Suara lain yang sedikit tajam segera menyusul.Suara-suara tak masuk akal itu membuat mata Lian Qiyue membelalak, tak ada siapa pun di ruangan itu selain dirinya.
Ledakan !!!Suara dentuman keras menggema di seluruh ruangan ketika tubuh Xian Rong terhempas jatuh ke atas tempat tidur. Desiran udara dan benturan kayu menandai kekacauan yang terjadi dalam sekejap mata.Brakkk… !!Cracckk !! suara tulang patah.Suara tulang patah terdengar tajam dan menyakitkan saat hidung Xian Rong menghantam keras permukaan ranjang mematahkannya seketika. Rasa sakitnya begitu mendadak dan membakar membuat matanya terpejam rapat saat ia mengerang keras.“Ah—!” Teriaknya melolong, tangan gemetar memegangi hidungnya darah hangat merembes dari sela-sela jari.Dunia di sekelilingnya mulai kabur seakan rasa sakit mengaburkan realita…. Dia berusaha bangun dengan limbung.Lian Qiyue memandanginya dengan sorot mengejek, mata gelapnya mengilat bagai kilat malam…. Hatinya dipenuhi dendam, namun wajahnya tetap tenang. ‘Kalian berdua telah menyebabkan kematian pemilik tubuh ini... ‘‘Maka tunduklah terimalah harga diri kalian yang hancur sebagai penghormatan terakhir.’Seme
Senyum dingin mengendap dalam hati Lian Qiyue, tetapi wajahnya tetap wanita buta yang lemah, suaranya terdengar lembut penuh kepasrahan “Kakak, aku…”Namun sebelum ia sempat melanjutkan Xian Rong menarik tangan Lian Ruo ke sisinya, senyum cabul melintas di wajahnya. Tangannya yang tak tahu malu menjalar ke tubuh Lian Ruo memperlihatkan rasa kepemilikan yang menjijikkan.“Ruo'er, syukurlah seandainya si sampah itu sudah mati. Untuk apa kamu masih peduli padanya.?” Seandainya Lian Ruo tidak memaksa ingin datang menjenguk ia bahkan tak akan mau melirik wanita buta menyedihkan dan menjjijikan ini.Ia, Putra Mahkota yang agung dari Kerajaan Velora harus menanggung hinaan karena memiliki tunangan seperti Lian Qiyue.Banyak bangsawan diam -diam menertawakannya menyebutnya pangeran malang yang tersangkut dengan beban tak berguna.Butuh waktu dan siasat agar pertunangan itu akhirnya dibatalkan. Namun betapa menyebalkan ketika kabar menyebar bahwa wanita itu mencoba bunuh diri dengan menelan
Sakit.... !!!!!!Ledakan rasa sakit membakar otaknya kepalanya seperti dipukul dengan gada besi, tubuhnya seakan dilindas puluhan kereta perang yang melaju tanpa ampun. Sakit luar biasa…..Setiap persendian terasa retak seperti diloloskan satu persatu dari sambungan dan kulitnya panas seperti tersiram logam cair. Sensasi itu menjalar cepat, membakar dari ujung kaki hingga ubun-ubun dan menenggelamkan dirinya dalam siksaan yang sulit dibayangkan.Kata “sakit’” tidak cukup mewakili apa dia rasakan…..Lian Qiyue menggeliat nafasnya berat seperti tercekik dalam kabut pekat. Ia membuka mata perlahan, kelopaknya terasa berat, bulu matanya lengket seolah telah lama tertutup. Cahaya yang masuk ke dalam pupilnya sempat menyilaukan, namun ia memaksa diri untuk melihat.Apa yang tampak di depannya membuat jantungnya mencelos.Langit-langit kayu, tirai ranjang yang usang, aroma jamu yang pahit dan bau darah menguar samar di udara. Tempat ini... sama sekali asing ia langsung terdorong untuk dudu