Ledakan !!!
Suara dentuman keras menggema di seluruh ruangan ketika tubuh Xian Rong terhempas jatuh ke atas tempat tidur. Desiran udara dan benturan kayu menandai kekacauan yang terjadi dalam sekejap mata. Brakkk… !! Cracckk !! suara tulang patah. Suara tulang patah terdengar tajam dan menyakitkan saat hidung Xian Rong menghantam keras permukaan ranjang mematahkannya seketika. Rasa sakitnya begitu mendadak dan membakar membuat matanya terpejam rapat saat ia mengerang keras. “Ah—!” Teriaknya melolong, tangan gemetar memegangi hidungnya darah hangat merembes dari sela-sela jari. Dunia di sekelilingnya mulai kabur seakan rasa sakit mengaburkan realita…. Dia berusaha bangun dengan limbung. Lian Qiyue memandanginya dengan sorot mengejek, mata gelapnya mengilat bagai kilat malam…. Hatinya dipenuhi dendam, namun wajahnya tetap tenang. ‘Kalian berdua telah menyebabkan kematian pemilik tubuh ini... ‘ ‘Maka tunduklah terimalah harga diri kalian yang hancur sebagai penghormatan terakhir.’ Sementara itu, Lian Ruo — dengan wajah yang lebam dan bengkak seperti babi panggang yang diguling di musim perayaan — bergegas bangkit. Kepanikannya terlihat nyata saat ia menghampiri Xian Rong yang tergeletak di sisi ranjang. “Yang Mulia, Anda baik-baik saja?” sapanya tergopoh gopoh. Pandangan mereka bertemu dua aliran darah dari wajah masing-masing membentuk pemandangan konyol nan ironis. Dua orang bangsawan, kini terlihat seperti badut yang gagal diselamatkan waktu …. berdiri konyol di depan calon korban mereka... atau mungkin… terbalik merekalah sang korban. “Brengsek!” Xian Rong memaki matanya memerah penuh amarah dan rasa malu. Dengan tangan bergetar karena marah ia menjulur dan mencengkeram leher Lian Qiyue. “Lian Qiyue! Apakah ini perbuatanmu?!” teriaknya murka. Tangannya kasar dan mencengkeram erat tapi gadis itu tidak menunjukkan rasa takut. Lian Qiyue menahan tangan Xian Rong ekspresinya kosong, polos, seperti orang yang sama sekali tidak menyadari apa yang terjadi. Bukankah dia adalah 'orang malang buta' dia mengambil peran itu saat ini. “Yang Mulia... saya tidak melakukan apa pun...” katanya dengan suara lirih namun di dalam batinnya ia mengejek, ‘kalau aku bisa aku akan menanamkan rasa sakit ini langsung ke jiwamu’.. Xian Rong mengertakkan gigi, napasnya memburu tetapi pada akhirnya ia hanya bisa melemparkan tubuh gadis itu ke samping dengan kasar. Ia tak bisa benar-benar menghukumnya... bukan karena belas kasihan, tapi karena ia tahu gadis itu kini hanyalah seorang buta yang tak berarti. “Sial!” makinya lagi frustrasi bercampur rasa kalah. Lian Qiyue terbatuk, tangannya mencengkeram lehernya yang memerah. Setiap helaan napas terasa seperti disayat pisau, namun ia tidak membiarkan penderitaan itu membungkamnya. “K-kamu juga merasa sial?” gumamnya pelan, seolah-olah heran... namun nadanya mengandung sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. Satu helai senyum sinis tergantung di sudut bibirnya. “Dulu aku pernah dengar kalau halaman ini berhantu…mungkin ternyata memang benar.” Sambung Lian Qiyue lirih nyaris berbisik. Lian Ruo tertegun wajahnya tegang. “Apa maksudmu dengan itu?” Lian Qiyue menunduk sejenak seperti sedang mengenang tapi dalam hatinya, ia sedang memainkan naskah pertunjukan ini dengan sangat teratur. ‘Jika aku tidak bisa membalas kalian sekarang, setidaknya biarkan rasa takut menghantui kalian terlebih dahulu’. “Aku tinggal di sini sejak kecil banyak kejadian aneh terjadi hal seperti ini, jatuh tanpa sebab itu sering terjadi.” jelas Lian Qiyue sambil menatap mereka dengan 'mata butanya '. Ia berhenti sejenak, menatap ke arah tempat Xian Rong jatuh tadi lalu kembali pada Lian Ruo. “Menurutku... Mungkin …aku jadi begini juga karena rumah ini berhantu.” lanjut Lian Qiyue. Mata Lian Qiyue memancarkan cahaya harapan yang dibuat-buat dan senyum lembut mengembang di wajahnya yang tenang. “Kakak, bisakah Kakak memohon pada Ayah agar aku dipindahkan ke tempat lain?” bujuknya sambil menatap kosong ke Lian Ruo. Ekspresi Lian Ruo berubah sedikit. Ia tahu halaman ini aneh ia sendiri merasa tak nyaman tiap kali masuk ke mari. Tapi... membantu Lian Qiyue? Memberikan kenyamanan pada musuhnya?.. itu suatu hal yang tak mungkin terjadi. Tentu tidak akan kulakukan permintaan Lian Qiyue ! Lebih baik aku hindari tempat ini sama sekali daripada membuatnya merasa nyaman. “Kakak akan coba bicarakan pada Ayah Tapi... kamu juga tahu watak Ayah, apakah berhasil atau tidak... itu tergantung beliau.” suara 'tulus' sang kakak baik hati... Suaranya lembut dan mengiba, namun Lian Qiyue hanya mencibir dalam hati. ‘Munafik. Kau hanya berpura-pura baik di depan Xian Rong’. “Ruo..., kenapa kamu masih peduli pada orang seperti dia?” Xian Rong sudah berdiri dengan susah payah wajahnya menyiratkan jijik yang tak tertutupi. “Ayo pergi dari sini!” tergopoh gopoh mereka berdua keluar... di sambut mata pelayan dengan penuh pertanyaan. Ia sudah tidak tahan harga dirinya tercabik oleh kejadian ini. Tulang hidungnya patah dan ia—Putra Mahkota Kerajaan Velora—jatuh di depan seorang gadis buta yang dianggap sampah. Begitu mereka pergi mata Lian Qiyue berubah dingin. Cahaya tajam memancar dari tatapannya, seakan dunia tak lagi cukup luas untuk menampung dendamnya. Karena aku telah menempati tubuh ini, maka aku adalah Lian Qiyue dari Kediaman Jenderal! Luka, penghinaan dan penderitaan yang kalian berikan — aku akan balas semuanya. Seratus kali lipat… !!! Hari ini, hanya awal dari semuanya. Penderitaan kecil ini... Baru bunga dari hutang yang akan dipanen. Dan satu hal harus diketahui semua orang — Lian Qiyue bukanlah seseorang yang bisa dipermainkan!“Cuma seratus koin emas, kau tak perlu menjual dirimu sendiri, bukan?” ujar Lian Qiyue, menahan dorongan untuk meledak kesal.Rong Tianye mengangguk malu-malu. “Menyebalkan sekali! Aku sudah jadi milikmu, kenapa masih bicara soal uang? Uang itu bisa merusak perasaan, kau tahu!”Melihat ekspresi Rong Tianye yang seperti itu, wajah Lian Qiyue berubah kaku. Ia benar-benar tak bisa membayangkan bahwa seorang pangeran terhormat bisa sebegitu tidak tahu malunya!Hanya demi seratus koin emas, pria itu bahkan rela bertingkah manja dan menggoda seperti anak kecil. Tampaknya, harapannya untuk mendapatkan koin emas itu benar-benar sirna.“Anggap saja aku sedang sial!” serunya dengan marah. Ia benar-benar telah tertipu oleh wajah pria itu!Tanpa berkata lebih lanjut, Lian Qiyue mengambil dua bola bulu dan berjalan menuju kerumunan. Ia benar-benar tidak ingin berbicara lagi dengan pria aneh itu. Jika terus bersama, ia khawatir tak bisa menahan diri untuk tidak mendorongnya jatuh dari lantai tiga
Namun, suara benda berat menghantam tanah yang dinanti-nanti tak pernah terdengar yang terdengar justru teriakan minta tolong. "Astaga! Kakak, tolong aku!" Suara panik itu penuh ketakutan dan gemetar—dan tak lain berasal dari Pangeran Kedua, Xian Liang! Barulah semua mata menoleh ke arah restoran di lantai 3 dan ketika melihat apa yang terjadi mereka membelalak penuh kebingungan. Xian Liang ternyata tergantung di pagar kayu yang patah antara lantai dua dan tiga tubuhnya terjepit dan tak bisa naik atau turun, hanya bisa meronta dengan panik sambil berteriak meminta pertolongan. "Pfft!" Seseorang menjadi yang pertama tertawa, dan segera saja kerumunan meledak dalam tawa lepas. “Hahaha.. ha ha ha ha…!” Ternyata, pakaian Xian Liang robek saat jatuh dan menyingkap bagian bokongnya yang pucat—menjadikannya bahan tertawaan! "Bokong Pangeran Kedua putih banget!" Suara pelan terdengar dari kerumunan dan semua orang tertawa semakin keras. "Ha ha ha ha ha! Hari ini kita bisa bilang pe
Melihat wajah dua bola bulu yang bersikeras ingin ikut, Lian Qiyue mengernyitkan alis cantiknya. “Kalian ini terlalu mencolok kalau kubawa keluar, semua orang pasti memperhatikan.” “Kalau ada yang tertarik dan langsung menculik kalian, aku belum tentu bisa melindungi,” gumamnya sambil menyentuh dagunya dengan ujung jari telunjuk.“Kami punya cara mengatasinya!” seru bola bulu hitam sambil melompat-lompat penuh semangat.“Betul . Betul… betul.. Sambung bola putih.Seketika, di bawah tatapan terkejut Lian Qiyue, kedua bola bulu—yang satu hitam, yang satu putih—mengecil dengan cepat. Mereka berubah menjadi dua manik mungil, lalu melompat ke rambut Lian Qiyue tampak seperti hiasan kepala biasa dan hampir tak bisa dikenali.Mulut Lian Qiyue membentuk huruf ‘O’. Ia benar-benar tidak tahu dua makhluk kecil itu punya kemampuan semacam ini.Dengan begini segalanya jadi jauh lebih praktis.“Tapi kalian tidak boleh berulah saat ikut denganku, hanya boleh bicara lewat telepati tidak boleh bers
Lian Qiyue memeriksa kondisi tubuhnya dengan cermat. Sejak usia lima tahun dia telah divonis tidak memiliki masa depan dalam dunia kultivasi karena dantiannya hancur total.Namun, setelah penyelidikan menyeluruh, dia menemukan bahwa dantiannya yang hancur ternyata telah diperbaiki pada suatu waktu yang tidak dia ketahui.Meskipun dia tidak memahami alasan di baliknya, kenyataan itu adalah berkah yang luar biasa baginya.Hanya dengan meningkatkan kultivasinya secepat mungkin dia bisa membalikkan keadaan yang pasif ini.Lian Qiyue yakin, setelah kejadian hari ini Lian Ruo dan Xian Rong tidak akan mencari masalah dengannya dalam waktu dekat.Namun, ketika dia bersiap untuk mulai berkultivasi tiba-tiba terdengar suara kekanak-kanakan di benaknya. “Xian Rong itu menjijikkan sekali!""Aku rasa Lian Ruo jauh lebih tak tahu malu!" Suara lain yang sedikit tajam segera menyusul.Suara-suara tak masuk akal itu membuat mata Lian Qiyue membelalak, tak ada siapa pun di ruangan itu selain dirinya.
Ledakan !!!Suara dentuman keras menggema di seluruh ruangan ketika tubuh Xian Rong terhempas jatuh ke atas tempat tidur. Desiran udara dan benturan kayu menandai kekacauan yang terjadi dalam sekejap mata.Brakkk… !!Cracckk !! suara tulang patah.Suara tulang patah terdengar tajam dan menyakitkan saat hidung Xian Rong menghantam keras permukaan ranjang mematahkannya seketika. Rasa sakitnya begitu mendadak dan membakar membuat matanya terpejam rapat saat ia mengerang keras.“Ah—!” Teriaknya melolong, tangan gemetar memegangi hidungnya darah hangat merembes dari sela-sela jari.Dunia di sekelilingnya mulai kabur seakan rasa sakit mengaburkan realita…. Dia berusaha bangun dengan limbung.Lian Qiyue memandanginya dengan sorot mengejek, mata gelapnya mengilat bagai kilat malam…. Hatinya dipenuhi dendam, namun wajahnya tetap tenang. ‘Kalian berdua telah menyebabkan kematian pemilik tubuh ini... ‘‘Maka tunduklah terimalah harga diri kalian yang hancur sebagai penghormatan terakhir.’Seme
Senyum dingin mengendap dalam hati Lian Qiyue, tetapi wajahnya tetap wanita buta yang lemah, suaranya terdengar lembut penuh kepasrahan “Kakak, aku…”Namun sebelum ia sempat melanjutkan Xian Rong menarik tangan Lian Ruo ke sisinya, senyum cabul melintas di wajahnya. Tangannya yang tak tahu malu menjalar ke tubuh Lian Ruo memperlihatkan rasa kepemilikan yang menjijikkan.“Ruo'er, syukurlah seandainya si sampah itu sudah mati. Untuk apa kamu masih peduli padanya.?” Seandainya Lian Ruo tidak memaksa ingin datang menjenguk ia bahkan tak akan mau melirik wanita buta menyedihkan dan menjjijikan ini.Ia, Putra Mahkota yang agung dari Kerajaan Velora harus menanggung hinaan karena memiliki tunangan seperti Lian Qiyue.Banyak bangsawan diam -diam menertawakannya menyebutnya pangeran malang yang tersangkut dengan beban tak berguna.Butuh waktu dan siasat agar pertunangan itu akhirnya dibatalkan. Namun betapa menyebalkan ketika kabar menyebar bahwa wanita itu mencoba bunuh diri dengan menelan
Sakit.... !!!!!!Ledakan rasa sakit membakar otaknya kepalanya seperti dipukul dengan gada besi, tubuhnya seakan dilindas puluhan kereta perang yang melaju tanpa ampun. Sakit luar biasa…..Setiap persendian terasa retak seperti diloloskan satu persatu dari sambungan dan kulitnya panas seperti tersiram logam cair. Sensasi itu menjalar cepat, membakar dari ujung kaki hingga ubun-ubun dan menenggelamkan dirinya dalam siksaan yang sulit dibayangkan.Kata “sakit’” tidak cukup mewakili apa dia rasakan…..Lian Qiyue menggeliat nafasnya berat seperti tercekik dalam kabut pekat. Ia membuka mata perlahan, kelopaknya terasa berat, bulu matanya lengket seolah telah lama tertutup. Cahaya yang masuk ke dalam pupilnya sempat menyilaukan, namun ia memaksa diri untuk melihat.Apa yang tampak di depannya membuat jantungnya mencelos.Langit-langit kayu, tirai ranjang yang usang, aroma jamu yang pahit dan bau darah menguar samar di udara. Tempat ini... sama sekali asing ia langsung terdorong untuk dudu