Share

Bab 2 : Drama Antara Dua Istri

Tak ada jawaban dari Dihan. Inda sudah menduga bahwa sang suami tidak akan mampu membalas permintaan darinya. 

"Cih. Kamu bahkan tidak bisa menjawabku," ucap Inda, menelan saliva pahitnya, kemudian berlalu di hadapannya.

Namun perkataan yang dikeluarkan sang suami selanjutnya sukses menghentikan langkah Inda.

"Maaf Inda, aku tidak bisa. Aku dan Mega sudah nikah siri, karena ada janin di dalam perutnya. Selain itu, Ayah dan Ibuku juga mendukung karena mereka menginginkan cucu. Apakah kamu ingin mengecewakan mereka?"

Pengakuan yang keluar dari mulut Dihan membuat Inda meringis. Seolah kehamilan madunya tidak cukup untuk menancapkan duri di hatinya, tapi mertua yang selama ini selalu berhubungan baik dengannya juga mengkhianatinya.

Sementara Dihan tidak sepenuhnya membeberkan fakta yang terjadi sesungguhnya. Malam itu, tepatnya 6 bulan yang lalu, Dihan mabuk-mabukkan di sebuah kelab akibat tekanan yang diberikan selama ini oleh orangtuanya. Berada di bawah pengaruh alkohol, pria itu berujung kepada cinta satu malam dengan seorang wanita yang tidak kalah cantiknya dengan sang istri.

Pada saat itu, Mega hanyalah kupu-kupu malam yang biasa menemani pelanggan minum. Namun, takdir mempertemukan mereka kembali ketika Mega bekerja sebagai bawahan Dihan di kantornya.

"Karena itu, Mas lebih memilih membuat anak dengan wanita lain?! Mas kan bisa bicara dengan Inda! Kita bisa berusaha lebih keras, Mas! Mas juga tahu aku tidak mandul," Inda kini sudah tidak tahan, amarahnya benar-benar meledak.

Tak terpengaruh oleh bentakan sang Istri, Dihan menghentak balik, "Terserah kamu mau bilang apa! Aku lelah berdebat terus denganmu!"

"Aku juga sudah muak lihat tingkah Mas sekarang!"

Inda langsung berbalik pergi dari dapur. Tak sengaja ia berpapasan dengan madunya di depan pintu. Mega menundukkan kepalanya.

"Mengapa kau di sini? Kau pasti menguping pembicaraanku dan suamiku, kan?" ucap Inda dengan menekan kata 'suamiku'.

"Ti-tidak Kak, aku kebetulan mau masuk."

Inda mendengus kesal. "Tak usah panggil kak. Aku tidak sudi jadi kakak madumu!" balas Inda. Dirinya pun bergegas, ingin segera melepaskan air mata yang sudah tak terbendung sedari tadi.

Karena terburu-buru, tak sengaja Inda menabrak ringan pundak Mega. Belum sempat Inda masuk ke kamarnya, Inda mendengar suara rintihan Mega dari arah belakang. Spontan Inda menoleh.

"Ada apa ini? Astaga Mega, kamu tidak apa-apa?" tanya Dihan yang muncul dari balik tembok dapur. Sorot matanya terlihat panik.

Inda mengepalkan kedua tangan menahan gundahan di dadanya. Hatinya retak melihat adegan tersebut. Saat hati Inda terluka karena kelakukan suaminya, malah dia sekali pun tidak bertanya pada Inda.

"Aku baik-baik saja, Mas. Tapi, aku tidak yakin dengan anak kita," lirih Mega.

Dihan pun menatap tajam ke arah istri pertamanya. "Kamu apakan dia?! Kenapa bisa terjatuh?!"

"Aku- aku hanya berjalan melaluinya, Mas! Aku tidak melakukan apa-apa!" balasnya, mencoba meyakinkan sang suami yang kini semakin menatapnya dengan benci.

Seolah tidak peduli dengan jawaban Inda, Dihan mengelaknya dengan keras. "Tidak melakukan apa-apa, katamu? Kamu habis keluar dari dapur, Mega langsung terjatuh! Mega sedang mengandung, Inda! Apa jangan-jangan kamu sengaja agar Mega keguguran?!" 

Tangis yang sudah susah payah Inda tahan, kini tak kuasa membanjiri di kedua pipi mulusnya. Baru saja Dihan mengaku bahwa Inda masih berstatus istrinya, tapi sang suami justru menuduhnya dengan keras.

Manik hitam milik Inda kini terpaksa menyaksikan Dihan menggendong istri mudanya tergegas keluar dari rumah. Kekhawatiran muncul di ekspresi sang suami, sementara istri pertamanya dibiarkan terpaku di tempat, menangis, menangis dan terus menangis sambil memukul dadanya yang sesak.

🌺🌺🌺

Mega mengusap perutnya dengan wajah masam. Sang suami yang menyadarinya sontak meremas tangan Mega.

“Jangan khawatir, Sayang. Anak kita akan baik-baik saja,” ucap Dihan menenangkan.

Mega mengangguk patuh. Ia tersenyum seraya menyandarkan kepala ke dada bidang Dihan. Mega sangat menyukai kelembutan Dihan padanya. Senyum pun tak pernah luput dari garis wajah milik Dihan. 

Sampainya di rumah sakit terdekat, Dihan pelan-pelan menuntun Mega turun dari mobil untuk mencari sang dokter.

“Dok, tolong periksa kondisi kandungan istri saya. Tadi dia terjatuh, saya khawatir terjadi sesuatu dengan janin di dalam perutnya.” ucap Dihan.

“Baik, silakan ditunggu. Akan saya periksa ya.”

Setelah selesai melakukan berbagai macam check-up, dokter wanita itu menghampiri Dihan untuk menyampaikan kabar tentang Mega dan janinnya. “Pak Dihan, istri bapak hanya mengalami shock. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, janin dalam perut Ibu Mega sangat sehat. Hanya saja, lebih hati-hati lain kali, ya.”

Dihan menghela napas lega. Untung saja, kalau sampai keguguran dipastikan dia tidak akan memaafkan istri pertamanya yang kini sedang mempercantik kuku di rumah.

Inda nggak mau membuang waktu lama-lama cuma untuk menangisi pria brengsek seperti Dihan yang sudah berzina. Lebih baik ia merubah penampilan dari cepolan ekor kuda, sekarang tergerai indah di punggung mulusnya. Kaos rumahan besar juga sudah Inda minta asisten rumah tangga buang ke tong sampah.

🌺🌺🌺

Dihan dan istri keduanya yang baru masuk tersita dengan makan malam di meja. Tak disangka kalau Inda akan mempersiapkan makanan untuk mereka. Dihan tersenyum bahagia karena berpikir Inda sudah iklas menerima Mega sebagai adik madunya. Hati Dihan terenyuh, rasa bersalah kini menerpanya.

“Yuk, makan dulu, Meg.” Mega mengiyakan ajakan Dihan.

Dihan sudah makan begitu lahap. Kalau soal masak, memang Inda selalu jago dan tidak pernah mengecewakan perutnya. Selain itu, Inda juga pintar dalam hal buat kue dan hidangan pencuci mulut. Mega yang melihatnya pun mulai turut serta menggerakan tangan.

“Uhuk! Uhuk!” Mega terbatuk tiba-tiba.

Dihan bangun mengambil air putih lalu menyodorkan kepada Mega. “Aku tahu masakan Inda enak tapi pelan-pelan juga makannya, Meg. Tidak ada yang rebut kok.”

“Mas, ini yang Mas sebut enak?” tanya Mega sambil mengibas wajahnya yang seperti kepiting rebus.

Dihan kebingungan. “Kenapa Meg?”

“Mas makan saja sendiri. Masa ada cuka sama bon cabe seabrek!” kesal Mega.

Kening Dihan semakin berkerut, lalu mengambil sendoknya dan cobain nasi mangkuk milik Mega. Tak sampai 1 detik, Dihan langsung muntah ke tempat sampah terdekat. Ternyata benar rasanya sangat asam dan pedas.

“Mas, Kakak sepertinya benci sekali padaku. Padahal aku sudah sopan dan hormat dengan dia.”

Tanpa basa-basi lagi, Dihan beranjak keluar dari ruang makan, menaiki tangga ke kamar Inda. Lalu memutar kenop pintu itu.

“Inda!”

Wanita berpakaian dress hitam ketat itu terlonjat kaget mendengar teriakan sang suami. “Ck! Apa si Mas kok teriak-teriak segala.”

Mata Dihan lekas mengamati istri pertama dari atas sampai mata kaki. “Kamu ... kenapa kamu pakai baju gini malam-malam? Mau ke mana?”

“Loh, memangnya Mas peduli?”

Bella Angeline

Semoga kalian suka ya! Bagi yang belum kenal, perkenalkan aku Mochi alias Bella Angeline. Bisa nemu cerita lain Mochi : W*****d : coffeebean888 KBM : Mochi88 Happy Reading Guys! Regars, Mochi

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status