Share

Ratu Baru Duda Anak Satu
Ratu Baru Duda Anak Satu
Author: Bella Angeline

Bab 1 : New Wife

"Apa-apaan ini!"

Manik hitam seorang wanita yang baru saja kembali dari pasar melebar sempurna ketika menyaksikan adegan yang terjadi tepat di hadapannya. Dihan, sang suami yang telah menikah dengan Inda selama enam tahun, sedang bercumbu mesra dengan wanita yang tak dikenalnya.

Dengan segera, tangan Inda mengambil sayur dari kantong plastik lalu melempar ke dua orang yang sedang sibuk dengan cumbuannya.

"Apa yang kalian lakukan?!" tanya Inda dengan intonasi tinggi, menuntut sebuah penjelasan dari suaminya. 

Mendengar jeritan sang istri, Dihan terkejut sambil menyentuh pundak wanita berambut panjang yang sedang memasang wajah kesakitan. 

"Inda, kamu melukainya. Minta maaf," Bukannya menghiraukan pertanyaan Inda, pria itu justru membela wanita lain.

"Tidak apa-apa, Mas. Pasti Kak Inda tidak sengaja." Wanita itu akhirnya bersuara, sambil berjalan ke arah Inda dan memegang lengannya.

Merasa diremehkan, Inda menepis tangan sang wanita dan mengalihkan pandangan ke suaminya. "Dia siapa, Mas?!" 

Inda semakin meninggikan suaranya, tak tahan dengan sang suami yang tetap tak bergeming. Dirinya juga tak peduli dengan wanita di sampingnya yang menatapnya dengan sinis.

"Dia istriku, namanya Mega. Kuharap kamu bisa menuntunnya menjadi istri yang istiqomah sepertimu, Inda." 

Jawaban dari Dihan membuat Inda hanya bisa tertawa kosong. "Istri? Maksud Mas, dia maduku?" 

Dihan mengangguk, tak menunjukkan rasa bersalah dalam ekspresi dan ucapannya. "Aku harap kamu bisa mengerti, Inda. Ayah dan Bunda sudah meminta cucu terus ke aku. Dan kebetulan, Mega sudah hamil 2 bulan." 

Bagai tersambar petir, hati Inda terasa perih begitu mendengar penuturan dari sang suami. Seolah dimadu tidak cukup, pria itu berani-beraninya mengatakan bahwa wanita yang dibawanya sudah mengandung?

"Bagaimana bisa Mas mengkhianati pernikahan ini?" tanya Inda, wanita itu kini tak mampu menahan tangis. Pernikahan dan kesetiaannya selama enam tahun justru dibalas dengan kabar kehamilan wanita lain. 

"Aku tidak punya pilihan, Inda. Semua sudah terjadi," jawab Dihan enteng, bahkan tak peduli dengan tubuh sang istri yang kini bergetar hebat karena tangisannya. 

"Tak punya pilihan? Omong kosong! Pasti kamu dan jalang ini memang sudah merencanakan semua dari lama, kan?" 

Plak! 

Tamparan di pipi kanan Inda membuat wanita itu terkejut. Enam tahun pernikahan yang dijalin keduanya, pertengkaran memang sering terjadi, tapi tak pernah sekalipun sang suami main tangan. 

"Jaga mulutmu, Inda. Kamu itu istri pertama, sikap dan perilakumu harusnya menjadikan contoh yang baik." 

Menyaksikan rahang Dihan yang mengeras karena perbuatan istrinya, wanita yang bernama Mega itu menghampirinya, menggaet lengan Dihan sambil berusaha membujuknya. "Sudah Mas, jangan seperti ini. Malu kalau didengar tetangga." 

"Dasar wanita licik! Aku tahu kamu pasti senang melihat pertengkaran ini! " batin Inda. Bisa-bisanya wanita yang merebut suaminya itu mencoba bersikap manis di depan sang suami, padahal jelas sebelumnya wanita itu menampilkan senyum puas ketika Dihan menamparnya.

Dihan akhirnya menuruti pintaan istri keduanya. Pria itu kini menyentuh kedua bahu Inda perlahan, mencoba membangunkan sang istri dari posisinya. "Maafkan aku, Sayang. Aku tadi terlalu emosi. Tapi aku juga ingin kamu mengerti." 

"Apa yang aku harus mengerti, Mas? Wanita mana yang akan tersenyum menyambut orang ketiga dalam sebuah rumah tangga? Apa Mas pikir aku tidak punya perasaan?" ujar Inda. Wanita itu masih tidak mengerti, mengapa sang suami bisa mengkhianatinya begitu saja, bahkan lebih membela istri keduanya.

Belum sempat suaminya menjawab, Inda bergegas lari ke kamar, menangisi semuanya. Sakit, pedih, marah, kecewa berkecamuk menjadi satu di dalam hatinya.

Wanita itu berpikir, bahwa tega sekali suami yang dia selalu cintai, hargai, homati, bahkan kagumi justru menikah lagi, menghancurkan segalanya. Tak pernah sekali pun Inda mencurigai Dihan, bahkan ketika dia 6 bulan terakhir ini  pria itu sering pergi dinas. Inda kini benar-benar merasa bodoh, setia menunggu kabar dari sang suami setiap hari, merindukan kepulangan sosok itu. 

Sayang, balasan dari kesetiaannya adalah sebuah pengkhianatan. Sang suami memilih untuk bermain, berselingkuh di belakang Inda, dan parahnya menghamili wanita lain, seolah enam tahun adalah waktu yang sangat singkat untuk menjalin hubungan serius.

Runtuh sudah impian, cinta, semangat, dan kepercayaan Inda kepadanya. Bahkan, kedua manusia itu menikah tanpa sepengetahuan Inda sebagai istri pertama. 

"Ya Allah, apa ini hukumanku karena tidak bisa memberikan keturunan?" batin Inda. Air mata semakin memenuhi wajahnya, tak mampu menerima kabar tiba-tiba yang datang kepadanya. Dia merasa seakan ribuan duri menancap tiada henti di hati.

Entah berapa lama wanita itu menangis hingga akhirnya dia terbangun dalam keadaan meringkuk di atas ranjang, menenggelamkan kepala di antara lutut. Seluruh badannya seolah remuk saat digerakkan.

Manik hitam Inda sontak menyapu ke kasur, mencari sosok sang suami yang dia pikir akan berusaha menghiburnya. Tak menemukan seorang pun, Inda kembali merasakan perih di hatinya. Percuma wanita itu berharap, ternyata Dihan memang lebih mengutamakan wanita yang merusak rumah tangganya itu.

Pikiran Inda kini membayangkan sang suami yang sedang bergumul mesra bersama perempuan lain. Di saat sang istri terpuruk, Dihan justru mencari kepuasan dari Mega. Meski Mega kini telah menjadi istri Dihan, Inda tidak rela untuk mengakui Mega sebagai adik madunya.

Mencoba menghilangkan pikirannya yang berkecamuk, Inda menepuk kedua pipinya. Wanita itu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekaligus membasuh wajahnya. 

Seusai berbenah, Inda berusaha untuk menenangkan diri. Tiba-tiba suara dehaman muncul di balik punggungnya.

"Sayang," panggil Dihan yang muncul dari kamar tamu.

Seakan semalam tidak terjadi apa-apa, suaminya memeluk Inda dari belakang. Namun, wanita itu tak bergeming. Untuk apa memanggilnya sayang? Jelas dia sudah memiliki wanita lain. 

"Inda sayangku. Mana sarapanku, hm?" tanya Dihan, masih berusaha untuk memeluk, bahkan mencium leher jenjang milik istri pertamanya. Dulu, Inda merasa bersyukur karena memiliki suami yang menyayanginya, bahkan berbuat romantis ketika terbangun di pagi hari. Namun, hal itu kini membuatnya jijik. Inda memilih untuk diam, sebelum melepaskan diri dari sentuhan suami.

"Inda Sayang, Mega semalam kelelahan. Tidak bisakah kamu membuat sarapan untuk kami?" rayu Dihan pelan, namun ucapannya itu justru membuat amarah Inda semakin memuncak. mendengarkannya. 

"Kelelahan? Jadi mereka sungguh bergumul bahkan ketika aku ada di rumah yang sama?" Pikiran Inda yang sebelumnya sudah mulai tenang, kini dipenuhi dengan emosi. Dia sudah tak ingin mendengar nama Mega keluar dari mulut sang suami.

"Suruh saja istri tercinta milikmu itu!" teriak Inda dengan ketus. 

"Kamu kan juga istriku, Inda. Apa salahnya sih?" 

Inda hanya bisa tertawa getir melihat keegoisan dari suaminya. "Kalau Mas menganggap aku istrimu. Ceraikan dia sekarang juga. Gimana? Apa Mas berani?" 

 

Bella Angeline

Bersambung .... Terima kasih yang sudah membaca! Sampai jumpa lagi 😘

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status