Share

BAB 5

Dean terlihat menghela napas.

“Tidak apa. Tidak perlu dilakukan lagi,” ujarnya kemudian.

“Apakah dana itu keperluan untuk sistem perlindungan Light-mu?” tanya Matteo. “Karena nominal per transfer-nya sama sekali tidak kecil. Aku hanya terpikirkan ke arah itu. Benar kan?”

“Bukan apa-apa. Aku hanya membantu teman, tak perlu dipikirkan,” jawab Dean lalu mengalihkan fokusnya pada singa yang terlihat bermanja-manja padanya.

“Bagaimana Botswana? Apa semuanya baik?” Matteo lalu mengalihkan topik saat mendapati Dean yang enggan melanjutkan pembahasan sebelumnya.

Sebagai salah satu sahabat Dean sejak belasan tahun lalu, ia sangat memahami gestur Dean dan hampir jarang salah dalam mengartikan mood atau pikiran karibnya itu.

Dengan sangat pengertian, ia memberi jalan pada mereka berdua untuk membahas hal lainnya.

“Baik. Sangat baik,” jawab Dean tanpa mengalihkan fokus dari singa kesayangannya itu. “Kami bahkan menemukan sumber baru untuk segera digarap.”

Matteo melebarkan matanya. “Wah, selamat Mr. Dubois!”

Dean hanya tersenyum kecil menanggapi. “Thanks.”

“Seperti namanya, Starlight Corp semakin menjadi bintang dan satu-satunya yang bersinar di bidang ini!” Matteo tertawa senang.

Bagaimanapun, hal-hal baik yang terjadi pada Dean tentu saja membuat dirinya juga sangat senang. Dirinya pun adalah seseorang yang menjadi bagian dari yang ia sebut tadi, Starlight Corp.

Tidak banyak yang tahu, pemilik sesungguhnya entitas besar Starlight Corp adalah pria elemen sahabat Matteo itu.

Pria yang terlihat sangat bersahaja dan bahkan hidup di manapun ia suka.

Dean mempercayakan segala sesuatu kepada para sahabatnya untuk menjalankan perusahaan tambang raksasa miliknya itu. Sahabat-sahabat yang saling bertemu saat Dean memulai perjalanan hidupnya sebagai seorang elemen.

Matteo, adalah salah satunya.

Pria berdarah asli Afrika itu telah mengenal Dean belasan tahun lalu dan berjuang bersama. Namun Matteo selalu menolak menjadi Direktur atau bahkan General Manager sekalipun, di salah satu anak perusahaan Starlight Corp di Nairobi, ibukota Kenya.

Matteo selalu beralasan, dia cukup damai hanya sebagai Manajer, agar waktunya masih tersisa banyak untuk istri dan ketiga anak-anaknya.

Meskipun demikian, Matteo menjadi orang yang paling dihormati oleh Direktur di perusahaan tempatnya bekerja. Bagi jajaran atas perusahaan, tidak ada yang tidak mengetahui, bahwa Matteo adalah tangan kanan Dean, bos besar mereka.

“Berapa lama kau akan tinggal di sini?” tanya Matteo. “Kunjungilah kami di Nairobi, Dean. Latisha menanyakanmu,” ujarnya lagi.

“Ya. Nanti aku akan mampir dan mengunjungi mereka.”

Kedua pria itu lalu terdiam lagi beberapa saat lamanya.

Mereka bukannya tidak saling rindu. Mereka memang baru bertemu beberapa bulan lalu, saat Dean selesai dengan urusannya di Botswana.

Dean saat itu datang ke Nairobi mengecek beberapa hal di kantor yang juga anak perusahaannya di Nairobi. Tentu saja mereka bertemu di sana.

Namun Dean hanya tinggal seminggu di Nairobi setelah melakukan pemantauan dan pembinaan di Mathare dan Kibera.

Mathare dan Kibera adalah daerah paling kumuh di kota Nairobi yang terkenal dengan tingkat kejahatan yang tinggi karena pendapatan penduduknya yang sangat rendah.

Kedua tempat tersebut menjadi perhatian khusus Dean dalam menyalurkan Corporate Social Responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) Starlight Corp. Matteo sebagai ketua tim yang ditunjuk dalam pelaksanaannya.  

Setelah dirasa cukup pemantauan tersebut, Dean kemudian pamit pada Matteo dan mengatakan akan ke Marseille dan Botswana kembali.

Sekarang, di sinilah mereka berdua.

Di padang sabana cantik yang merupakan kawasan taman nasional yang terletak di County Kajiado, Kenya.

“Apa kau berniat membeli kawasan ini?”

“Kau bercanda? Ini Cagar Buruan, Matt. Sekalipun aku ingin, tapi ini adalah Taman Nasional.” Dean terkekeh.

“Lalu apa yang menahanmu di sini?” pancing Matteo.   

Dean terdiam beberapa detik.

“Amboseli ini indah,” jawabnya kemudian.

“Apa sungguh lebih indah dari your Light?”

Dean terdiam lagi. Tangannya mengusap surai lebat singa jantan yang masih berbaring santai dengan mata terpejam di sisi Dean.

Matteo memang mengetahui tentang Dean yang memiliki kemampuan spesial sebagai seorang elemen. Ia juga mengetahui tentang dunia elemen dan tentang wanita yang muncul dalam mimpi Dean enam belas tahun lalu. Tepatnya, saat Dean berusia 14 tahun.

Matteo juga mendengar tentang ramalan elemen kuno dan tahu bahwa wanita yang ada dalam mimpi  yang kemudian dipanggil oleh sahabatnya sebagai ‘Light’ itu, telah ditemukan dan dijaga Dean untuk sekian waktu saat di Indonesia.

“Aku dengar beberapa pihak mencoba peruntungan dengan datang ke sana mencari Dewi Light-mu. Apa kau tahu?” Matteo kembali berkata.

Terlihat sedikit keterkejutan pada Dean, namun ia segera meredamnya dan terlihat tenang kembali. “Pihak mana?”

Matteo tertawa kecil. “Kau benar-benar tenggelam dengan kesibukanmu ya? Sampai-sampai berita ini tidak sampai padamu. Atau kau memang tidak mencari tahu?”

Dean menoleh pada Matteo. “Ceritakan. Pihak mana? Dari mana mereka?”

Meskipun Matteo ‘hanya’ seorang manajer, namun ia adalah sahabat Dean. Dean seorang pria yang sangat murah hati yang senantiasa memberikan sejumlah uang --tentu saja nominal itu cukup besar-- untuk Matteo.

Ketika Matteo menolaknya, Dean menyebutkan itu hadiah untuk anak-anak Matteo. Matteo tak bisa menolak.

Namun sebagai ganti, ia memanfaatkan sedikit uang itu untuk memiliki banyak informasi mengenai hal-hal yang terjadi dalam dunia elemen. Ia ingin tahu segala perkembangan tentang dunia dimana sahabatnya itu berkecimpung di dalamnya.

Terutama jika kabar berita itu mengenai wanita yang dianggap Dean penting.   

Matteo mendengkus ringan. “Kau terlihat seperti tidak terlalu peduli, tapi kau jelas-jelas khawatir,” cemoohnya.

“Hm.”

Matteo pun lalu menjelaskan. “Tidak terlalu banyak. Mereka hanya dari beberapa kelompok yang ingin mencoba menemui Ratu dan mencoba membawanya.”

Dean tersenyum miring. “Mereka terlalu naif.”

“Yeah. Tapi obsesi untuk menjadi penguasa dan pemimpin masa depan memang godaan yang sangat besar. Siapa yang tidak ingin?” Matteo terkekeh kecil. “Aku bukan seorang elemen, tapi jika aku salah satu dari kalian, mungkin aku akan mencobanya.”

“Hey! Easy, boy!” seru Matteo tatkala singa di samping Dean menegakkan kepala dan menggeram padanya setelah ia mengatakan kalimat sebelumnya. “Aku hanya bercanda!”

Giliran Dean terkekeh ringan. “Sam tahu, soal Ratu bukan untuk bercanda.”

Matteo melirik sekilas pada Dean lalu beralih pada singa bersurai hitam itu.

Dulu sekali, Dean menyelamatkan singa itu dari para pemburu ilegal di satu hutan belantara, Afrika Utara. Sam kecil lalu dibawa Dean ke tempat ini dan dilepaskan di sini.

Sesekali Dean memang mengunjungi Sam untuk menengok perkembangan Sam.

Dalam diam dan dengan perbedaan bahasa, kedua makhluk itu betul-betul terlihat saling memahami.

“Ya-ya-ya! Aku tidak akan bercanda hal konyol seperti itu lagi, Sam! Tenanglah.” Matteo menenangkan Sam.

Singa itu mengibaskan kepalanya, mendengus, lalu merunduk dan memejamkan mata lagi. Sementara Dean menepuk-tepuk tubuh berbaring singa itu.

Matteo menggeleng kepala tak berdaya. “Sam memang penggemar beratmu ya. Ia bahkan tahu, tak boleh ada yang main-main dengan Light-mu.”

Ia kemudian melanjutkan. “Tapi serius. Jika aku salah satu seperti kamu, aku pun akan bergabung dan mengabdikan diri pada Sang Ratu. Ramalan kuno elemen tidak main-main. Dunia ini sudah kacau, entah apa yang akan terjadi kelak ratusan atau bahkan puluhan tahun kemudian.”

“Pemimpin elemen masa depan, memang harus hadir dan memimpin para elemen, agar bumi ini selamat dari ketamakan dan keserakahan elemen aliran hitam…” tandas Matteo.

Dean menghela napas perlahan. Kepalanya kini tertunduk dengan kelopak mata menurun.

Entah apa yang kini tengah dipikirkan pria tampan itu.

“Kau mengkhawatirkannya?” tanya Matteo sambil menelisik pria yang duduk bersebelahan dengannya itu.

Dean menjawab dengan gelengan kecil. Tanpa mengangkat kepala, ia menambahkan. “Dia dilindungi oleh dua Penjaga Inti dan seorang utusan Realm telah bersamanya. Tidak ada yang perlu ku khawatirkan.”

“Kau benar. Sang Ratu telah dijaga oleh seorang Penjaga Inti berlevel Dua Menengah dan seorang Realm berlevel Dua Tertinggi. Belum lagi Penjaga Inti satunya, yang menjadi pasangannya. Dia seorang di ambang Level Satu. Siapa yang akan mampu mengganggu mereka? Benar kan?” Matteo melirik Dean.

“Hm.”

“Tapi mengapa aku melihat itu sebagai ‘tidak benar’?” cetus Matteo. “Aku melihat kau mengkhawatirkannya, Sobat.”

“Aku bukan--”

“Agar hati dan pikiranmu tenang, tengoklah dia. Pastikan dia dalam kondisi aman dengan mata kepalamu sendiri, tidak bertanya-tanya dan mengkhawatirkan kekasihmu dari jauh seperti ini.”

“Dia istri seseorang, Matt. Bukan kekasihku.”

“Sorry kelupaan,” kekeh Matteo. “Aku masih ngerasa dia kekasihmu, setelah belasan tahun mendengar tentang dia darimu dan kau hidup melajang karena dirinya.”

Dean bergeming.

“Pulanglah,” ujar Matteo lagi sembari menepuk pundak sahabatnya. “Bagaimanapun di sana adalah negara asalmu. Ayah kandungmu berdarah sana dan keluarga angkatmu juga di sana. Apa kau tak ingin menengok keluarga angkatmu?”

Dean terdiam lagi.

Kepalanya terangkat. Tatapan mata itu kini terlempar pada hamparan sabana yang begitu luas dan hijau di sepanjang garis pandang.

Angin semilir di padang sabana kemudian berembus mengitari pria bermanik hazel yang lekat memandang pada titik bias.

Keheningan yang begitu pekat lalu menyelimuti di sekeliling pria dengan singa jantan bersurai hitam di sisi kirinya dan pria berkulit gelap di sisi kanannya.

Iris mata hazel milik pria tampan itu bersorot redup dengan pendar tatapan yang sarat namun tak terbaca.

Mungkin, ia memang harus kembali.

* * *

Komen (6)
goodnovel comment avatar
widia windari
makasih thor s2nya aliya yg dtunggu2 akhirnya tayang,,,
goodnovel comment avatar
Fifi123
pulang aja om,, bantuin jaga aliya
goodnovel comment avatar
Joy
iyaa pulang dean, biar ngumpul lagi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status