Share

Ratu Bumi : Kebangkitan Sang Raja
Ratu Bumi : Kebangkitan Sang Raja
Penulis: Bintang

Prolog

Buku ini adalah Season 2 dari Istri Ku Sang Ratu Bumi. Disarankan untuk membaca buku pertama. Buku ini akan sedikit sulit dipahami jika dibaca secara terpisah, karena merupakan sekuel dari buku pertama tersebut.

Happy Reading, GoodReaders!

=== * * * ===

Langit mulai temaram dengan bias kemerahan di atas tanah bak lautan darah. Cakrawala seakan menghitam menyambut kegelapan yang menutupi kedamaian di atas bumi.

Udara betul-betul mencekam diselimuti atmosfer pembinasaan.

Gelimpangan tubuh-tubuh dengan jiwa yang telah tak berada di tempatnya, mengelana memenuhi perjalanan selanjutnya. Namun ratusan raga-raga yang tersisa masih saling menghunus, menembak energi dan saling membantai.

Di satu titik area pertempuran penuh darah itu, seorang pria dengan baju zirahnya berdiri seakan membatu.

“Ti-tidak…” Gemetar suara Elang menatap pemandangan di depannya, hanya berjarak dua langkah lagi saja.

Seluruh pemandangan yang sebelumnya begitu jelas terbentang dalam tangkapan mata, kini seakan berhenti dan mengabur.

Tangan kanan Elang yang terulur ke depan bergetar hebat.

“A--li--ya….”

Napasnya telah terhenti sekian saat lalu, dengan pandangan yang menjadi buram dan nyawa yang serasa di ujung lidah menatap seorang wanita di depannya.

Seorang wanita yang berbalut pakaian serba putih berdiri terbungkuk di hadapannya. Wajah yang tak terkira terlihat pias serta warna merah yang mulai merubah pakaian putih yang ia kenakan, merembes di bagian depan hingga ke area perut.

Tangan kanannya menggenggam gagang panjang di dada kiri yang menembus hingga ke punggungnya.

BRUKK!

Tubuh wanita itu ambruk ke sisi dengan posisi jemari yang kaku mencengkeram tombak yang telah menembus dadanya.

Tanpa mengerjap, bulu mata lentik itu bergetar dengan sudut mata yang bergenang dan titik-titik bening mengalir. Jatuh menetes bumi yang telah pekat dengan darah.

Bibir teramat pucat itu bergerak perlahan, dengan kedua manik obsidian miliknya menatap lekat pria yang ia cintai yang mematung bersimpuh di depannya dengan tangan gemetar hebat telah merengkuh tubuhnya.

“A-A--li--ya…”

Bibir pucat pias milik wanita itu kembali bergerak-gerak. Meski tak berhasil mengeluarkan suara, namun pesan itu tersampaikan.

Elang mendengarnya dengan jelas dalam pikirannya. Telepati dari sang wanita dalam dekapan eratnya.

‘Elang… maafkan aku…’

“Ti-tidak… Li-liebling… Ku mohon… Aliya…”

“TIDAAAAKKKKK!!!!!”

* * *

“Hahh!!!” Elang terengah. Dadanya naik turun dengan cepat. Ia tersengal hebat dalam posisi duduk di atas ranjang besar miliknya.

Tangan kanannya yang gemetar mengusap wajahnya dengan kasar, lalu berpindah meremas rambutnya sekilas.

Ia sedikit membungkuk dan menangkup wajah dengan kedua telapak tangannya. Pundaknya masih tampak naik turun dengan sedikit getaran di seluruh tubuh.

Vas bunga di pojok ruang dan beberapa benda-benda kecil lain dalam kamar itu terlihat ikut bergetar, namun tidak sampai terjatuh oleh getaran energi tanpa sengaja yang keluar dari tubuh Elang yang terlihat luar biasa gelisah.

Ia mengusap wajahnya sekali lagi, lalu menarik napas dalam-dalam untuk menetralisir dirinya.

Selang detik berikutnya, ia melompat turun dan berlari cepat keluar kamar.

“Liebling!!” serunya memanggil.

Kepalanya dengan resah menoleh ke kanan dan ke kiri mencari.

“Liebling!!”

Kaki panjangnya mengantar ia ke area pantri.

Tak mendapatkan sosok yang ia cari-cari, ia pun berlari ke pintu kaca besar yang menghubungkan area makan dan halaman belakang.

“Liebling!!” serunya lagi kian gelisah.

Tak lama, matanya lalu menangkap sosok wanita yang tengah memegang selang dan menyiram tanaman di seberang area kolam renang.

“Liebling!!” panggilnya dengan mempercepat langkah kakinya menuju wanita itu yang menoleh lalu tersenyum manis padanya.

“Ah… Elang kau sudah ba--”

Grep!

Kalimat Aliya terhenti saat Elang menubruk serta memeluknya demikian erat.

“Kenapa, Liebe? Ada apa?” tanya Aliya bingung.

Elang bahkan membuat perisai di sekeliling mereka hanya agar air yang keluar dari selang yang tadi spontan terlepas dari tangan Aliya, tidak menyemprot dan membasahi tubuh mereka berdua.

“Ada apa?” Kening Aliya berkerut.

Sang suami tak kunjung menjawab. Aliya bahkan berpikir bahwa ia telah berhalusinasi, saat sebelumnya merasakan getaran yang berasal dari tubuh suaminya itu.

Namun kini, ia tak menemukan lagi jejak getaran itu.

“Liebe, kenapa?” tanya Aliya mengulang dengan suara lembutnya. Tangannya merengkuh balik dan mengusap punggung suaminya itu dengan perlahan.

Perlahan indra pendengaran Aliya menangkap jawaban dari suara lirih sang suami di samping telinga kirinya.

“Tidak.. aku hanya sangat rindu… Sangat rindu…”

“Elang?”

“Aku mencintaimu, Liebling. Aku mencintaimu.”

“Ah.. ya. Aku juga mencintaimu, Liebe.” Meski tidak tahu apa yang terjadi, Aliya hanya mempererat rengkuhannya pada Elang.

Bibirnya tersungging senyuman lebar.

Ia tahu, suaminya seorang yang sangat manis dan romantis. Tapi tak ia sangka, Elang begitu menggemaskan seperti ini.

Bahkan Elang masih saja begitu merindukannya meski mereka baru berpisah sekian jam, padahal mereka berada di bawah atap yang sama.

Aliya tak menangkap kegelisahan apapun yang terlahir dari tubuh maupun pikiran sang suami.

Ia tak pula mendengar hal aneh dalam pikiran Elang yang saat itu telah begitu lihai menutupi apa yang ia rasakan sejak terbangun dari tidur siangnya tadi.

“Ich liebe dich, Liebe…”

Lalu kalimat itu meluncur ringan dari bibir Aliya begitu saja, seperti biasa.

* * *

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Puri
ini udah ditungguin lama, baru tau udah muncul sesion 2nya
goodnovel comment avatar
Jie Roe
nungguin lama lamjutan aliya dan elang ini nih,,,,
goodnovel comment avatar
Fifi123
wah lsg mimpi buruk elang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status