Beranda / Urban / Rayuan Maut Para Tetanggaku / Bab 1. Tetanggaku bikin gagal fokus

Share

Rayuan Maut Para Tetanggaku
Rayuan Maut Para Tetanggaku
Penulis: Galaxybimasakti

Bab 1. Tetanggaku bikin gagal fokus

Penulis: Galaxybimasakti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-06 16:02:45

“Ahh … sial bodynya bagus banget,” geramku sambil terus mengurut pusakaku yang telah tegak sempurna.

Setelah pulang kerja tadi, tiba-tiba hujan turun cukup deras. Karena merasa bosan dan bingung harus melakukan apa, aku malah iseng membuka situs OF yang berisi konten-konten dewasa, sampai akhirnya aku menemukan salah satu akun seorang wanita yang sangat menggoda.

Setelah melihat aksi gila wanita dengan paras cantik, pinggang ramping, dan buah dada yang besar itu, seketika si Gatot langsung bangun. Mau tidak mau aku harus menuntaskan hasratku.

“Shh .. ahhh …”

Aku terus mendesah nikmat, membayangkan wanita yang sedang memainkan sebuah dildo besar di pusat kenikmatannya itu sedang bergoyang di atasku.

Merasa tidak nyaman karena celanaku masih menggantung di lutut, aku buru-buru melepasnya. Kemudian, aku kembali duduk di kasur, setengah berbaring. Tangan kanan memegang ponsel sementara tangan kiri kembali mengurut si Gatot.

Mataku sesekali terpejam merasakan sensasi nikmat ini. Andai saja wanita itu benar-benar sedang bergoyang di atasku, pasti aku bisa melihat langsung dada besarnya itu naik turun tepat di depan mataku.

“Ahh … sayang … enak kan?” tanya wanita itu di dalam video yang kutonton.

Refleks aku langsung mengangguk dan menjawab, “Iya … enak banget … uhh.”

Wanita itu tampak semakin melebarkan kakinya, memperlihatkan area nikmatnya yang telah basah dan bengkak hingga tampak memerah. 

Punggungnya bersandar pada sofa merah yang ada di belakangnya. Tubuhnya setengah tidur, replika kejantanan pria yang sedari tadi ia gesekkan ke pusat sensitifnya itu beralih ke mulutnya. Dengan tatapan sensual, dia mengulum benda panjang besar itu sambil terus mendesah nikmat.

Astaga …

Semua gerakannya benar-benar membuatku semakin gila.

Aku terus mengurut milikku yang terasa semakin keras dan berkedut. “Ahh … ini gila …”

“Sayang … aku mau di atas, boleh ya?” kata wanita itu di dalam video, seolah benar-benar tahu apa yang kuinginkan.

“Boleh … boleh sayang,” jawabku langsung, benar-benar seperti orang yang sudah kehilangan akal.

Aku langsung membenarkan posisiku, membayangkan wanita itu benar-benar naik ke tubuhku.

Sementara itu, aku melihat wanita itu memposisikan mainan itu di lantai dan dia mulai berjongkok di atas mainan itu. Tangan kirinya mengarahkan ujung mainan itu tepat ke lubang nikmatnya, lalu tubuhnya turun perlahan.

Seketika itu juga, aku merasa tubuhku ikut merinding dan bergetar, seolah milikku lah yang sedang memasuki lubang nikmat itu.

Aku menggenggam erat si Gatot, merasa itu seolah milik wanita itu lah yang sedang meremas milikku.

“Nghhh … besar sekali sayang …” lenguh wanita itu sambil memejamkan matanya.

Aku pun merasakan hal yang sama. 

“Shh … sial … ahh rasanya seperti asli,” gumamku sambil terus membayangkan setiap gerakan wanita itu.

Aku benar-benar merasa bahwa apa yang aku lihat di dalam video itu sedang terjadi padaku. Bahkan, suara hujan dan petir yang sedari tadi muncul dari balik dinding tipis apartemen murah ini sama sekali tidak mengganggu fokusku.

Wanita itu tampak mulai bergoyang naik turun. Benar-benar seperti yang kubayangkan jika dia ada di atasku. Dada besarnya bergelantungan, wajahnya sayu menahan nikmat, suaranya terus mendesah keenakan.

Sementara itu, aku terus mengocok batang kerasku. Sedikit lagi dia akan memuntahkan lahar panasnya.

“Ahh … enak banget sial …”

Milikku terasa semakin membesar dan berkedut, tubuhku mulai bergetar, sedikit lagi aku akan sampai.

“Shhh … dikit lagi …”

Ketika aku merasa puncak itu sudah di depan mata, tiba-tiba—

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu membuatku menghentikan aktivitasku sejenak. Namun, sesekali tanganku masih mengurut milikku.

“Ah siapa sih ganggu aja!” gerutuku, mencoba tak peduli dan kembali melanjutkan kegiatan nikmatku.

Namun, pintu kembali diketuk.

Tok! Tok! Tok!

Kali ini, orang itu malah lebih keras mengetuk pintu apartemenku.

“Argh! Kalau sampai gak penting awas aja!”

Buru-buru aku memakai kembali celana pendekku lalu segera keluar dari kamar. Namun, lagi-lagi orang itu mengetuk pintuku tidak sabaran.

“Iya .. iya tunggu sebentar!” kataku agak keras dengan napas masih tersengal dan keringat yang memenuhi dahiku.

Ketika aku membuka pintu apartemenku, mataku langsung menangkap seorang wanita cantik sedang berdiri di depan pintu.

Seketika aku membeku.

Wanita itu mengenakan tanktop putih yang ketat, memperlihatkan lekuk tubuhnya dan bentuk dada yang penuh, dan celana pendek denim yang sangat pendek, nyaris memperlihatkan lekuk pantatnya yang bulat. Kakinya panjang dan mulus, seolah baru saja dioles lotion, berkilau di bawah cahaya lampu koridor.

Aku menelan ludah, berusaha tetap tenang, tapi sulit sekali. Dia cantik, terlalu cantik, dan  tunggu …

Kenapa wanita ini terasa sangat mirip sekali dengan wanita di video yang baru saja membuatku hampir kehilangan akal?

Aku mengucek mataku sekilas, barangkali aku berhalusinasi, tapi hasilnya tetap sama!

Apa wanita ini memang wanita yang di video OF tadi?

Ketika aku masih bingung mencerna pikiranku, wanita itu tiba-tiba berkata, “Maaf ganggu malam-malam, Mas. Saya boleh minta tolong nggak ya?”

Matanya menatapku, tapi setelah itu dia melirik ke bawah, ke arah celanaku, lalu tersenyum aneh.

Aku langsung sadar, tonjolan di celana pendekku masih ada, jelas sekali, dan dia pasti melihatnya.

Sial!

Si Gatot masih bangun!

Benar-benar definisi gagah berotot, gak gampang tidur!

“Tu–tunggu sebentar!” kataku lalu buru-buru masuk dan menutup pintu apartemenku.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rayuan Maut Para Tetanggaku   Bab 51. Handuk Mbak Dini

    Tiba di apartemen, aku langsung mandi karena sudah hampir pukul tujuh malam. Air dingin menyegarkan tubuhku, tapi pikiranku masih tidak menentu. Aku ingin lepas dari ikatan Mbak Dini, tapi entah bagaimana caranya. Aku semakin malas setiap pulang dari kantor harus menemaninya.Awalnya, aku bersemangat merasa senang punya pekerjaan sampingan untuk mengirim uang lebih banyak ke Ibu. Tapi setelah tahu niat liciknya, aku merasa tertipu, seperti boneka di tangannya.Setelah mandi, aku bersiap menuju salon Mbak Dini seperti yang dia bilang tadi. Aku memesan ojek online karena taksi terlalu mahal untukku. Hingga tak berapa lama, ojek onlinenya datang akupun menuju salonnya Mbak Dini.Tak berapa lama, aku sampai di salonnya yang megah, dengan lampu-lampu terang dan dekorasi mewah. Saat hendak masuk, security di pintu sepertinya sudah mengenalku.“Mas Bima, ya? Sudah ditunggu Bu Dini di dalam,” katanya, tersenyum ramah.“Oh, iya, Pak. Terima kasih,” jawabku, mengangguk.Aku melangkah masuk, tap

  • Rayuan Maut Para Tetanggaku   Bab 50. Tertarik live streaming

    Aku lupa, besok Mbak Vania memintaku untuk melatihnya di gym. Nadira juga bilang akan ikut gym lagi. Jadi, besok aku harus melatih mereka berdua. Pikiranku langsung sibuk membayangkan bagaimana caranya mengatur waktu dan menjaga situasi agar tidak canggung, apalagi dengan Nadira.Saat sedang merevisi desain proyek di kantor, pikiranku melayang ke jalan hidupku. Selama ini, aku terlalu sibuk dengan urusan orang lain, Nadira yang ingin lepas dari ikatan Pak Purnomo, dan Mbak Dini dengan teror misteriusnya.Padahal, aku sendiri punya banyak masalah. Memang membantu orang lain itu pahalanya besar, tapi aku juga harus memikirkan keluargaku terlebih dahulu yaitu Ibu dan Alisa di kampung.Sebentar lagi, aku, Mbak Renata, Bu Sarah, dan Mbak Vania akan ditugaskan ke luar kota untuk proyek. Tapi entah kenapa, semangatku justru semakin meredup. Hari ini, kantor berjalan seperti biasa, tapi hidupku terasa monoton. Tidak ada yang membuatku bersemangat.Saat jam makan siang tiba, aku mengajak Ardi

  • Rayuan Maut Para Tetanggaku   Bab 49. Perekam video

    Aku mengerutkan kening, tidak mengerti maksudnya. Tapi kemudian, dia melanjutkan, “Nanti tinggal diedit, bagian mukaku di-blur, cuma si Nadira aja yang kelihatan.”Kini aku paham. Kemarahan membuncah di dadaku. Aku mengepalkan tangan, ingin langsung menghajarnya. Begitu dia menutup telepon, aku melayangkan tinju ke perutnya. Dia mengaduh kesakitan, memegang perutnya.“Woi, lu apa-apaan?!” bentaknya, wajahnya memerah.“Lu apain Nadira, hah?” sergahku, mencengkeram kedua tangannya ke belakang hingga dia meringis.Pintu lift terbuka di lantai dasar, tapi aku buru-buru menekan tombol untuk naik lagi, lalu turun, agar tidak ada orang lain yang masuk.“Jangan bohong, lu! Gua denger tadi apa yang lu bilang. Lu merekam Nadira, kan? Videonya mau lu jual buat kepentingan lu? Cepat hapus videonya!” ancamku.“Lu salah denger, mungkin!” elaknya, suaranya gemetar.“Lu kira gue tuli? Cepat hapus, atau tangan lu gue patahin!” kataku, mempererat cengkeramanku.“Iya, iya, gue hapus! Tapi lepasin dulu,

  • Rayuan Maut Para Tetanggaku   Bab 48. Pria asing di unitnya Nadira

    “Udah, Mbak. Sekali lagi, terima kasih,” jawabku tulus.Tak lama, ada balasan dari Alisa. [Makasih banyak, Aa. Ini sekarang juga aku ke konternya Teh Dewi.]Aku tersenyum, tapi di dalam hati, ada rasa sedih yang menggerogoti. Sekeras apa pun aku bekerja, aku belum bisa membuat keluargaku bahagia. Gajiku selalu habis untuk kebutuhan, dan hasilnya tetap begini.Tiba-tiba, ketukan keras di pintu memecah suasana. Kami berdua terkejut. Mbak Dini buru-buru berdiri dan membuka pintu, tapi tidak ada siapa-siapa di luar.Aku ikut melongok, dan di lantai, di depan pintu, ada kotak kecil.Mbak Dini mengambilnya, membukanya dengan hati-hati, lalu tiba-tiba menjerit, “Aaaaaah!” Kotak itu refleks dia lempar.Isinya bangkai cicak, tapi ada selembar kertas di dalamnya. Aku memungut kertas itu, dan di sana tertulis, 'Dini, kau tidak akan pernah bisa menghindar sebelum kamu mengabulkan keinginanku.'Aku menatap Mbak Dini, jantungku berdegup kencang. “Siapa yang ngirim ini?”Mbak Dini membaca kertas it

  • Rayuan Maut Para Tetanggaku   Bab 47. Apa harus percaya?

    Mbak Dini masuk kembali ke ruang tamu, membawa nampan berisi secangkir kopi dan tiga toples berisi camilan. Dia sudah berganti pakaian, kini mengenakan piyama pink yang sangat tipis dan mini. Bagian dadanya terlihat jelas, dan panjang bajunya hanya menutupi setengah pahanya. Aku berusaha menahan pandangan, merasa canggung sekaligus curiga.“Nih, diminum dulu,” katanya, meletakkan cangkir kopi di depanku. “Tenang aja, gak dikasih obat perangsang, kok.”Aku memandang cangkir itu dengan ragu. “Apa Mbak bisa jamin kalau minumannya gak pake obat perangsang?” tanyaku, nada suaraku penuh kecurigaan.Mbak Dini tersenyum kecil, seolah menganggapku berlebihan. “Kamu masih ragu? Tunggu sebentar.”Dia berbalik ke dapur, dan tak lama kemudian kembali dengan cangkir kopi lain. “Ini, aku buat satu lagi. Biar kopi itu aku minum,” katanya, meletakkan cangkir barunya di meja.Tapi aku masih tidak yakin. Bagaimana kalau kopi yang dia bawa itu yang mengandung obat? “Mbak minum aja kopi yang Mbak bawa tad

  • Rayuan Maut Para Tetanggaku   Bab 46. Godaan dan ujian

    “Tahu gak, kamu pria pertama yang menurutku paling seksi dan perkasa,” ujar Nadira dengan nada manja, matanya menatapku penuh godaan. Tangannya membelai dadaku, lalu naik perlahan ke daguku, membuatku semakin gelisah.Aku menelan ludah, berusaha tetap tenang. “Sebaiknya kamu kembali ke unitmu, Nad. Aku mau mandi dulu, sebentar lagi ke unitnya Mbak Dini.”Tapi Nadira justru tidak bergerak dari pangkuanku. Dia malah mendekat, membuatku semakin gerah. “Kamu kalau keringetan gini makin seksi,” katanya, tersenyum nakal. “Nanti weekend ajarin aku gym lagi, ya?”“Iya, iya, tapi aku mau mandi dulu. Nanti telat,” jawabku cepat, berusaha mengalihkan situasi.Akhirnya, Nadira turun dari pangkuanku. Aku menghela napas lega dan buru-buru berdiri. Tapi, sial, “si Gatot” malah bereaksi, membuatku panik karena begitu terlihat jelas seperti tenda. Aku langsung menutupinya dengan tangan, wajahku memanas. Nadira tertawa kecil, matanya berbinar penuh ejekan.“Tanggung banget, padahal aku bisa bantuin bia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status