Nadira semakin agresif, dia menghimpit tubuhku ke pintu dan terus menciumku semakin brutal. Tubuh kami menempel ketat, hingga aku bisa merasakan kehangatannya, lekuk tubuhnya dan dadanya yang kenyal menekan dadaku.Tangannya turun, menyusuri lenganku, lalu ke pinggangku, gerakannya lincah dan penuh nafsu Aku mencoba berpikir jernih, tapi tubuhku seolah punya kehendak sendiri. Jantungku berdegup kencang, dan panas yang tadi sempat reda kini membakar lagi.“Hmpp … Nadira, tunggu—” kataku terbata, mencoba menarik napas di sela-sela ciumannya, tapi suaraku tenggelam dalam desahannya yang lembut.“Mas Bima … santai saja, aku tahu kamu juga menginginkannya, bukan,” bisiknya di telingaku, suaranya serak, menggoda, persis seperti di video-video itu. Dia menggigit pelan daun telingaku, membuat bulu kudukku berdiri.Aku menelan ludah, pikiranku kacau. Aku tahu yang aku lakukan ini salah, harusnya aku bisa menolaknya dengan tegas. Dia tetanggaku, jika ini terjadi akan menjadi masalah.Tapi tu
Terakhir Diperbarui : 2025-08-08 Baca selengkapnya