Share

Red Clock
Red Clock
Penulis: mintag

1

Hari telah menjelang malam, kota-kota di London mulai gelap, lampu-lampu kota sudah menunjukkan kesombongan cahanya, suara-suara ramai terus mengusik pendengaran. Mahluk malam yang nyata berlalu lalang didunia bawah, tak sedikit dari mereka akan menuju ke kota untuk mendapatkan santapan malam dari manusia-manusia tolol. Seperti saat ini, sepasang iblis berkuku tajam tersenyum penuh melihat seorang gadis yang berada di dalam sel mereka. Baru 15 menit tadi mereka medapatkan gadis kumuh ini di pinggir jalam werlands, salah satu tempat kumuh yang paling terkenal di London.

“Hari ini kita akan makan enak Leli.” Si laki-laki terkikik puas, sedangkan si perempan –leli- tak kalah puas. Sejumput perasaan takut memenuhi benak gadis itu, ia merapatkan genggamannya disalah satu ujung bajunya, gemetar ketakutan, sesak dan penuh kepanikan. Jeruji itu terbuka, wajah menyeramkan dengan mulut yang penuh gerigi tajam yang panjang, mulai mendekat, tangan hitam yang penuh dengan cakar panjang mengoyang mulutnya dengan pelan. Teriakan pilu dan suara kulit terkoyak memenuhi ruangan gelap kumuh dengan darah yang telah menjadi genangan air kental. Lidah panjang mereka terulur menjilat setiap tetes darah di sekitarnya.

Si gadis tadi masih bernafas pilu, matanya melotot hampir keluar dengan mulut yang sudah terkoyak, jantungnya masih berdetak dan itu adalah cara iblis menyiksa mangsanya. Mereka kembali tertawa keras.

Sebuah  cahaya biru terang menggelegar di telinga mereka, kedua iblis itu menggeliat tidak senang. Dengan rakus mereka terus memakan gadis yang tak bernyawa dihadapannya, seakan itu adalah steak dengan bumbu terlezat dijagat raya.

“Terasa lezat Rotus?” sebuah suara ringan menghentikan kedaunya. Mereka terdiam ditempat dengan tubuh bergetar. Mereka berbalik dengan tangah yang penuh dengan isi perut.

“O-oh Tuanku yang terhormat.” Mereka tergagap. Orang itu mengagguk menegrti tangannya ia lipat kebelakang dan berjalan mondar mandir di hadapan kedua iblis itu seperti majikan yang menatap hina pelayannya.

“Kalian melanggar hukum.” Ucap orang itu. ketukan heels nya bergemuruh disetiap langkah tegas.

“Kami kelaparan nona.” Leli berbicara dengan nada tak senang.

“Kami selalu memberikan kalian makanan yang cukup, kalau kalian lupa.”

“Itu tidak enak, daging hewan sangat tidak enak-”

“Tapi mengenyangkan.” Orang itu menatap tajam keduanya, nadanya tajam. Kedua iblis itu tertawa remeh.

“Memangnya kau tau apa gadis kecil, dunia bawah bukan tempat bermain untuk mahluk kotor sepertimu. Hukum? Persetan dengan itu, kami mahluk immortal tidak tunduk pada hukum. Taat kepada mahluk fana sama saja menghina harga di-“

Sebuah tembakan meluncur menghancurkan salah satu kepala iblis. “Rotus!” Leli berteriak, melihat semuanya telah berubah menjadi debu. “Kau!” Leli bersiap menerjang orang didepannya tetapi peluru yang baru saja meluncur kalah cepat dan kembali menembus kepala Leli. Helaan nafas keluar dari mulut orang itu, bau menyengat disekitarnya membuatnya mendesah lelah.

“Claire! Seperti biasa kau berhasil mengejutkanku! Hebat! Dua iblis Frenge kau habisi malam ini. Walaupun mereka lemah, aku takjub kau hanya bisa membunuh mereka dengan waktu yang lama” Suara heboh baru saja menjadi malapetaka bagi Claire. Mata ungunya menatap pria tinggi dihadapannya. Pria dengan kaos oblong putih yang ketat, memperlihatkan tubuh gagahnya dengan otot bisep yang membuat wanita rela melakukan apapun demi pria dihadapannya. Mata biru seperti lautan dalam, rahang tegas, hidung mancung dengan bibir yang menyetarakan semua aset wajahnya dengan sempurna.

“Lebih baik kau diam Tn.Rowwel.”

“Claire aku akan mengajarimu bagaimana membunuh mahluk lemah seperti meraka dengan hanya waktu 20 detik. Bahkan tikus bisa membunuh mereka lebih cepat.”

“Cari tikus itu dan berikan dia misi.”

“Tikus tidak dapat bertarung dengan alat kita.

“Kalau begitu cari yang bisa.” Claire melangkah keluar dari rumah usang itu. tidak memperdulikan pria yang sibuk mengoceh dibelakangnya.

“Aku mencarinya dan tidak menemukannya. Mungkin kau bisa membantu?”

“Aku sibuk, urus saja sendiri.” Claire menutup tasnya dan kembali berjalan menuju kereta kuda hitam. Menaruh tasnya dan seorang pria berambut perak mendatanginya dengan senyum cerah. “Bagaimana Claire? Baik-baik saja?”

Claire mengangguk sebelum ia mendesah lelah. “Claire, karna kau tidak bisa menemukan tikus-tikus itu, kau harus menjadi penggantinya.” Ocehan itu memebuat Clire menggeram. Pria berambut perak disampinya hanya tertawa, ia berbalik melihat simata biru dengan rambut hitam yang sepadan dengan wajahnya yang tampan

“Dave jangan menggoda Claire, sebelum dia me-“

Suara retakan terdengar nyaring “-matahkan jari tanganmu”  Pria berambut perak itu meringis, mentap temannya tengah mengaduh sakit.

“Sven jangan hiraukan orang gila itu.” Claire menaiki kereta kuda hitam dihadapannya, melihat itu kedua lelaki tersebut mulai naik.

“Kau hampir mematahkan semua jari-jariku Clire.” Dave terpaut sedih, Claire tidak bergeming.

“Itu salahmu.” Sven menyenggol kaki Dave agar diam. Clire memperhatikan malam kota London yang ramai. Mobil, bis dan pejalan kaki focus pada urusan mereka. Tidak ada yang menatap kereta hitam yang kini mereka tempati, kecuali mahluk immortal dan kaum mereka sendiri. Hingga mata Clire tertuju pada lampu lalu lintas dan kereta kuda mereka terhenti. Dave merengut kesal. “Ayolah tidak ada yang melihat kita, jadi untuk apa menaati lampu lalu lintas itu.”

Claire mendelik kesal. “Kau kira polisi hanya manusia saja? Kita juga punya peraturan bodoh.”

“Logika saja Claire, selama ini tidak ada kecelakaan kendaraan immortal, jadi untuk apa peraturan itu.”

Sven melotot pada Dave, dan membuat pria itu menutup mulut. “Bicara lagi, akan kusumpal mulutmu dengan kotoran kuda.” Claire menggelengkan kepalanya. Dave diam, ia tahu ancaman Sven tidak pernah main-main, mengingat suatu hari dia meremehkan ancaman yang keluar dari bibir Sven, yang ingin memukulnya dengan batu bata, dan dia melakukannya. Dave bersumpah batu bata itu sampai membuat kepalanya berdarah. Rasanya ingin sekali membalas perlakuan kejam Sven tetapi ia tahu kalau pria perak itu akan membalasnya dengan sejuta serangan.

“Dave yang malang.” Gumam Claire. Dave melotot galak dan Claire yang menjulurkan lidah mengejek.

Sven memutar mata, lalu mendesah kesal. “Enough!” keduanya langsung berhenti lalu menatap satu sama lain, mereka diam. Claire memilih kembali memandangi luar jendela, mobil-mobil mewah memenuhi malam ini. Claire mendengar jika disekitar sini, pertujukkan opera telah berlangsung, tidak aneh jika seperti itu. sebuah mobil hitam mewah berada tepat disamping kereta gelap. Ya nama kereta ini adalah kereta gelap. Jangan Tanya Claire mengapa, karna gadis itu tidak tahu asal muasalnya. Sebuah mata biru terang menhujam mata Claire, gadis itu tersentak kaget, dibalik kaca hitam mobil, ia melihat jelas seorang pria menatapnya. Ia tersadar Tidak ada aura immortal dan manusia yang Claire rasakan disekitar mobil itu. Bahkan hanya ada mereka yang dikereta ini. Claire mempunyai penciuman tajam diantara mereka, dan ini aneh.

***

Author mempunyai teater kecil :

Claire : aku ketakutan sampai mati hanya untuk memegang pistol, tanganku bergetar T.T

Dave - Sven : -_- karakternya terasa aneh

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status