Share

Bab 2 Bertemu Dewi Penolong

last update Last Updated: 2024-11-16 22:58:43

Xuanqing geram, dia menggenggam erat pedang ditangannya. Senjata sihir itu sudah siap untuk menebas apapun dihadapannya.

"Hari ini kita lihat siapa yang akan mati," desis Xuanqing dengan seringainya.

Setelah itu dia berlari untuk menyerang si siluman, gelang logam ditangannya dengan cepat terlepas dan salah satu senjata sihir lainnya muncul, yakni rantai besi yang diselimuti sengatan listrik. Xuanqing dengan cepat menebas udara kosong didepannya, menciptakan percikan api yang segera menghantam siluman itu.

Siluman teratai hitam itu mundur beberapa langkah, serangan tidak langsung itu sudah bisa membuatnya terluka. Disaat itulah Xuanqing mulai mengangkat pergelangan tangannya, memutar dan dengan kecepatan kilat mengayunkan rantai besi miliknya.

Rantai itu membidik targetnya dengan tepat. Pergelangan tangan si siluman teratai hitam langsung terjerat dalam rantai besi. Membuat pergerakan siluman itu terbatas sebab diikat oleh Xuanqing.

"Jika untuk menghabisi satu siluman tingkat empat seperti mu, aku tak perlu menggunakan banyak tenaga!" Xuanqing menyeringai melihat lawannya yang cukup gentar saat ini.

"Bedebah sombong, kita lihat saja nanti," balas Siluman teratai hitam itu.

Dengan langkah yang gesit dia melakukan serangan-serangan, aliran api berserta asap hitam menyelimuti sekeliling mereka. Dari telapak tangan kanan siluman teratai hitam muncul gumpalan api lalu perlahan berubah menjadi runcing.

Tangan siluman itu tak lagi menengadah seperti tadi, gumpalan api runcing juga tak menghadap ke arah langit melainkan dada kiri Xuanqing. Siluman tingkat empat itu kini mengincar jantung Xuanqing.

"Lihat saja, apa kau bisa lolos dari bidikan kristal api milik ku!"

Siluman teratai hitam itu menggerakkan tangannya, mendorong gumpalan api runcing agar melesat ke arah dada kiri Xuanqing.

Ketika ujung kristal api tersebut hendak mengenai tubuh Xuanqing, Adipati muda itu mundur satu langkah. Dia lalu menangkisnya dengan menggunakan pedang. Kristal api itu kemudian kembali ke arah si siluman.

Xuanqing berhasil membalikkan serangan dengan mudah, seperti memantulkan cahaya dengan cermin. Kristal api yang seharusnya menusuk jantung Xuanqing justru mengenai siluman teratai hitam itu.

"Akh!"

Siluman teratai hitam tersungkur, darah segar mulai keluar dari tubuhnya. Sebagian juga keluar dari mulutnya, dia muntah darah.

Melihat lawannya mulai lemah, Xuanqing memanfaatkan keadaan. Sang Adipati menyimpan pedangnya, tapi di detik berikutnya dia mengeluarkan 'Pagoda Penahan Sembilan Siluman' untuk mengurung siluman tersebut.

"Aku sedang berbaik hati hari ini, nyawamu ku bebaskan. Tapi membusuk lah dalam pagoda selamanya!"

Xuanqing melempar pagoda miliknya ke atas langit sambil membaca mantra.

Pagoda Penahan Sembilan Siluman itu langsung terbuka lebar diatas langit. Cahaya yang cukup silau dan panas itu memayungi siluman teratai hitam. Xuanqing memfokuskan pikirannya, sambil terus membaca mantra dia menggerakkan tangan untuk melempar siluman teratai hitam ke arah pagoda yang mulai terbuka.

Tanpa perlu waktu lama pagoda itu menyedot si siluman dengan cepat, sehingga Xuanqing berhasil mengalahkan siluman tingkat empat itu dalam waktu yang singkat.

Saat siluman tersebut berhasil dikurung, cahaya dari pagoda mulai redup. Perlahan pagoda mulai turun dan terjatuh tepat di telapak tangan Xuanqing.

"Adipati!"

Satu panggilan dari Fen Rou membuat Xuanqing menolehkan kepalanya. Dibelakangnya sudah ada para pemburu siluman lain yang berangkat bersamanya ke Gunung Jiaguan hari ini.

"Anda baik-baik saja? Kami mendengar suara pertempuran dari arah sini," ucap Fen Rou dengan nada yang khawatir.

Xuanqing mengangguk, dia lebih dulu menyimpan kembali rantai besi miliknya menjadi gelang logam.

"Iya, hanya siluman tingkat empat. Dan dia sudah masuk ke dalam sini," balas Xuanqing sembari menunjukkan Pagoda Penahan Sembilan Siluman.

"Syukurlah kalau begitu." Fen Rou bernafas lega, begitu juga dengan pemburu siluman yang lain.

"Kenapa kalian di sini, apa perintah dari ku sudah dilaksanakan?" Tanya Xuanqing setelah dia memasukkan kembali pagoda ke dalam hanfu hitam miliknya.

Fen Rou mengangguk mengiyakan,"Sudah Adipati! Kami berhasil menyegel tempat ini. Jadi para siluman tidak akan bisa keluar dari area Gunung Jiaguan."

"Bagus, lalu bagaimana dengan para siluman jahat? Apa hanya siluman tingkat empat tadi saja yang ada di sini?" Cecar Xuanqing.

"Tidak, ada setidaknya dua siluman tadi. Tapi semuanya sudah dikalahkan," jawab Fen Rou sedikit membanggakan diri.

"Hmm baiklah, kita turun gunung sekarang juga!" Perintah Xuanqing mutlak.

Hal itu diangguki oleh yang lain, mereka semua akhirnya turun gunung saat menjelang senja. Sinar jingga mulai tersebar di langit Kekaisaran Sheng. Rombongan para pemburu siluman itu mulai menyiapkan keberangkatan untuk kembali ke Ibu Kota.

"Adipati, ada apa?" Tanya Fen Rou ketika menyadari Xuanqing tidak berjalan disampingnya.

Sang Adipati memang sengaja memisahkan diri, dia berjalan cukup pelan dibandingkan para anggota rombongan yang lain.

"Ada yang harus aku periksa, kalian tunggu lah disini sebentar!" Xuanqing segera berbalik.

Fen Rou juga tak sempat menghentikannya, tapi di detik yang sama sebuah cahaya melesat didepannya. Itu adalah jimat pengirim surat, ada pesan dari Kekaisaran.

"Adipati tunggu! ada surat dari Kekaisaran," seru Fen Rou.

Xuanqing menghela nafas berat, dia dengan terpaksa berbalik badan. Menunggu dengan malas Fen Rou membacakan surat dari Kekaisaran itu.

"Setelah perburuan siluman selesai, Adipati Muda dan rombongan harap untuk segera kembali dan menghadap Ibu Suri." Fen Rou membacakan isi dari surat yang dikirim melalui jimat tersebut.

Setelah surat berhasil dibaca, maka surat itu habis terbakar dengan cepat. Xuanqing mendecik sebal, dia menyilangkan tangan didepan dada.

"Kita akan kembali, tapi tunggu sebentar."

"Saya akan ikut dengan anda Adipati," ucap Fen Rou dengan sungguh-sungguh. Dia memang bertugas untuk memastikan keselamatan sang Adipati Muda.

"Tidak perlu, kau dan yang lain tunggu lah disini. Aku segera kembali," balas Xuanqing dengan cepat.

Tanpa perlu waktu lama Xuanqing segera berbalik arah, dia kembali menyusuri jalan setapak yang sempat dia lewati bersama para rombongan ketika turun gunung.

"Seperti ada yang terlewat tadi, aku harus memastikannya. Lagi pula untuk apa aku buru-buru kembali ke Ibu Kota?"

Xuanqing berbicara dengan dirinya sendiri. Jujur saja dia benar-benar muak dengan perintah Ibu Suri kali ini.

Mata Xuanqing terbelalak ketika melihat seorang perempuan muda tergeletak tak berdaya di bebatuan tepian Sungai Qilin. Sungai itu sudah Xuanqing lewati tadi saat turun gunung, dia merasa tidak melihat adanya perempuan di sana. Hanya saja perasaannya tidak nyaman, akhirnya dia memutuskan untuk memeriksa ulang.

Dengan cepat Xuanqing berlari mendekati si perempuan. Tangannya dengan lembut menarik perempuan tersebut dan melihat wajahnya.

"Nona, Nona muda! Nona bangunlah!" Seru Xuanqing berusaha menyadarkan perempuan itu. Di sekujur tubuhnya penuh dengan luka, ada beberapa bagian tubuh yang koyak. Xuanqing yakin perempuan ini habis diserang hewan buas penghuni Gunung Jiaguan.

"Dia tidak sadarkan diri, jadi seharusnya tidak masalah jika aku membawanya pulang dan menyelamatkannya."

Xuanqing kemudian menggendong tubuh perempuan muda itu. Jubah yang dia kenakan juga lebih dulu dilepas untuk menutupi tubuh perempuan yang dia gendong. Sang Adipati berjalan kaki untuk menyusul rombongan yang sudah bersiap kembali ke Ibu Kota.

"Adipati!" Seru Fen Rou ketika Ye Xuanqing mulai terlihat.

"Kosongkan kereta kuda, dan siapkan obat-obatan. Aku harus menyelamatkan nyawa seseorang!" Xuanqing berteriak keras, dia mengabaikan panggilan dari Fen Rou.

Para pemburu siluman yang merupakan anak buah Xuanqing pun gelagapan. Tapi mereka tetap melakukan perintah Xuanqing. Satu kereta kuda yang mereka bawa langsung disiapkan berserta obat-obatan dan juga keperluan lainnya untuk mengobati luka-luka.

"Adipati, siapa yang anda bawa?" Tanya Fen Rou ketika melihat Xuanqing membawa perempuan tadi ke kereta kuda dengan hati-hati.

Xuanqing menoleh dan tersenyum tipis, "Dia Dewi Penolong ku!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 114 Bahaya Paviliun Selatan

    “Tidak mungkin Jinsi, kita harus selesaikan masalah dengan Lu Sangyun juga. Kita tak bisa pergi ke istana sekarang.” Jing Qian jelas menolak. “Tapi kak—” “Dengar Jinsi, istana memang tengah dikepung bahaya. Tapi kau juga jangan lupa bahwa Hei Lian Hua dan Lu Sangyun ada di luar istana. Mereka jauh lebih kuat dan berbahaya ketimbang ibu suri yang diasingkan di istana itu,” jelas Jing Qian lagi. Perempuan siluman rubah ekor tujuh itu mendekat pada Jung Jinsi, mengusap pelan pundaknya dan menatap tenang wajah adiknya. “Begini saja, kau pergilah ke istana sekarang. Lalu aku akan pergi ke biro penangkap siluman untuk menemui Lu Sangyun.” Jing Qian akhirnya mengalah dan memberi jalan tengah terbaik. Untuk saat ini hal ini lah yang paling efektif. “Apa kakak yakin?” tanya Jung Jinsi yang jelas sangat khawatir. Jing Qian malah tertawa kecil mendengarnya, dia malah mencubit pelan ujung hidung Jung Jinsi dengan gemas. “Kau ini, apa kau lupa kalau aku siluman rubah ekor tujuh? aku cu

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 113 Menyelamatkan Darah Kaisar

    Ye Xuanqing berjalan merapatkan diri ke sisi tembok ruang bawah tanah begitu mendengar suara kaki mendekat ke arahnya. Sementara Fen Rou bersembunyi dibelakang tumpukan kayu bakar di ruangan itu sambil berjongkok dan mata yang awas.Melalui pandangan saja keduanya saling berkomunikasi, menunggu siapa yang muncul di ruang bawah tanah selain mereka.“Penjaga tidak mungkin turun ke mari sebelum aku keluar, aku sudah memerintahkan mereka untuk tetap berjaga di pintu masuk.” Ye Xuanqing membatin, menerka siapa yang sekiranya akan muncul dihadapannya.Obor di sisi kanan dan kiri pintu masuk ruang bawah tanah bergoyang pelan tertiup angin yang masuk. Fen Rou menyipitkan matanya, tangannya sudah menggengam erat Tombak Qiankun disisi tubuhnya. “Kalian juga mencari petunjuk segel darah disini rupanya.”Suara perempuan terdengar begitu jelas dari pintu masuk, kening Ye Xuanqing berkerut dalam. Sosok yang baru saja masuk masih belum terlihat wujudnya dan sang adipati masih menerka-nerka siapa so

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 112 Kekhawatiran sang Kepala Keluarga Ye

    Jung Jinsi dan Jing Qian berdiri menghadap sang Tuan Besar keluarga Ye, Ye Qingyu. Pria yang tak lagi muda itu berulagkali menghela nafas panjang. Sang Tuan Besar memang tengah duduk dengan the hiaju yang mengepul hangat dicangkirnya.“Jinsi, aku tahu niatmu baik. Tapi aku juga tidak mungkin mengizinkan mu pergi tanpa pengawasan disaat seperti ini.” Ye Qingyu berkata dengan tenang, namun jelas ada nada kekhawatiran yang dai sembunyikan.“Tuan Besar, apa anda lupa jika aku bukan manusia? Aku siluman rubah ekor sembilan, kekuatan ku cukup untuk melindungi diri,” jawab Jung Jinsi yang jelas keras kepala.“Aku tahu bagaimana kekuatan mu sebagai siluman, tapi aku mengatakan ini bukan bermaksud meremehkan kekuatan mu. Aku mengatakan ini karena aku tahu, akan jadi seperti apa putraku jika perempuan yang dia cintai pergi tanpa pengawasan di saat genting seperti in. lagi pula yang akan kau temui adalah siluman mimpi buruk Lu Sangyun.” Ye Qingyu menatap dalam-dalam ke arah Jung Jinsi dan Jing Q

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 111 Segel Darah

    Ye Xuanqing berjalan dengan langkah yang lebar-lebar saat dia meninggalkan paviliun angin timur, tempat ibu suri diasingkan. Begitu dia keluar, sang Adipati langsung menghela nafas panjang. Tampak sekali lelah setelah mengintrogasi Ibu Suri, Zhao Weini. "Bagaimana Adipati? anda dapatkan sesuatu?" tanya Ming Tian yang lekas berdiri dan menghampiri rekan kultivasinya. Ye Xuanqing diam sejenak, dia mengeraskan rahangnya. Menahan emosi yang membuncah dalam dadanya. "Wanita tua itu jelas masih memiliki rahasia lain dalam rencananya, dan kali ini masalahnya melebar ke mana-mana. Ibu Suri tidak hanya menargetkan Kaisar Zhao Yun Taek!" desis Ye Xuanqing. Kemudian sebuah cahaya muncul di udara dan mendekat ke arah sang Adipati Muda. Ye Xuanqing tahu kalau itu adalah jimat pengirim pesan yang ditujukan padanya. Tanpa banyak bicara Adipati itu langsung menengadahkan tangannya, bersiap menerima jimat tersebut. Ketika cahaya mengenai telapak tangan Ye Xuanqing, seketika ada gu

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 110 Interogasi Ibu Suri

    Gerbang istana dibuka perlahan, Ye Xuanqing bersama dengan Ming Tian dan Fen Rou masuk ke dalam istana sembari menunggang kuda. Barulah saat berada di halam istana, mereka turun dari kuda masing-masing dan menyerahkannya pada penjaga yang ada.Tugas utama sang adipati muda hari ini adalah melihat dan mengintrogasi sendiri Ibu Suri, Zhao Weini. Wanita tua itu sudah terlalu lama diam, dan kekaisaran perlu jawabannya untuk memeberikan hukuman dan menyelesaikan masalah dengan tuntas.“Kita langsung pergi ke paviliun angin timur, Ibu Suri diasingkan di sana saat ini adipati.” Ming Tian berujar pelan, dia memang tahu kondisi terkini dari sang pelaku utama kerusuhan di kekaisaran itu.Ye Xuanqing melirik sekilas ke arah Ming Tian yang memang berjalan dibelakangnya lalu mengangguk. “Ya, kita langsung pergi ke sana sekarang.”Namun baru saja hendak berbelok di koridor, sosok Putri Daiyan sudah muncul. Perempuan itu masih ditemani oleh dua pelayan muda dibelakangnya.“Adipati Ye!” panggil Zhao

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 109 Musuh yang mengetuk pintu

    Cahaya mentari menyelinap lewat celah kisi-kisi jendela, memantul lembut di atas lantai batu giok yang mengilap. Di paviliun utama, aroma teh qianye baru saja dituangkan oleh pelayan.Di kursi kehormatan duduk Ye Qingyu, pemilik wajah tenang namun berwibawa. Pakaiannya sederhana, namun dari cara duduk dan tatapan matanya, jelas bahwa ia adalah seorang yang terbiasa memimpin medan tempur.Di hadapannya duduk Mu Wangyan, Komisaris Perfektur Shinjing. Lelaki itu tampak santun, mengenakan jubah hitam bersulam perak khas pejabat tinggi. Matanya sempit, senyumnya tipis dan tidak pernah benar-benar sampai ke mata.“Sejak kapan komisaris perfektur, Kota Shinjing memiliki hubungan dengan Tuan Besar Ye?” Jung Jinsi yang duduk di sudur paviliun bertanya pada dirinya sambil menyuap buah kering pelan-pelan, seolah tak ikut dalam pembicaraan. Namun dari matanya yang terfokus dan telinganya yang tajam, ia sudah waspada sejak pria itu masuk. Ada semacam tirai tipis yang menghalangi dirinya, sehingga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status