Share

Bab 3

Author: ERIA YURIKA
last update Huling Na-update: 2022-11-27 21:19:40

“Aku ada urusan sebentar, tolong jangan melakukan sesuatu yang membahayakan dirimu sendiri!” ucapku.

Namun, sepertinya Nada benar-benar tak peduli. Jangankan menjawab, ia bahkan kembali memejamkan matanya.

Aku merasa lebih baik ia tak tahu masalah ini. biarlah dia berpikir kalau aku mendatangi ibu, karena hal lain. Dari pada anak nakal itu kembali membuatnya sakit hati, hingga memancingnya melakukan hal-hal yang mengerikan.

Aku buru-buru ke kantor polisi. Rupanya di sana bukan hanya Arnav yang ditangkap ada banyak remaja yang ikut diamankan. Aku menghampiri ibu yang terduduk lesu, bersama wali murid lain yang anaknya ikut diamankan di kantor polisi.

“Di mana anaknya, Bu?” tanyaku.

“Lagi di intogerasi, di dalam, hiks. Bagaimana ini Zayn, Arnav masih kecil. Masa depannya masih panjang. Kasihan dia kalau harus masuk penjara?”

“Memangnya Arnav habis melakukan apa sampai ditahan?”

Ibu hanya terdiam begitu juga dengan wanita yang sejak tadi berada di sampingnya. Sampai seorang polisi mendatangi kami.

“Anda walinya Arnav, mari ikut saya!”

Aku mengikuti langkah polisi itu.

“Arnav di dalam, putra Anda terlibat tawuran dan menyalahgunakan senjata tajam, sehingga melukai pelajar lain.”

Kau tahu saat itu rasanya hatiku hancur sekali. Semua ketakutan Nada benar-benar terjadi.

“Bagaimana mungkin anak saya terlibat tawuran? Mungkin, Bapak ini salah tangkap.”

“Kami sudah menyelidiki kasus ini, bahkan korbannya sendiri yang memberikan keterangan. Kalau Arnav dan Bian terlibat. Ada dua korban yang menderita luka tusvkan di bagian perut.”

Tuhan, tak cukupkah Engkau mengujiku dengan Nada yang nekat mengakhiri hidupnya? Kenapa sekarang Engkau bahkan membuat Arnav mengalami hukuman seperti ini?

“Putra Anda akan kami berikan pembinaan.”

“Bisa saya melihatnya, Pak? Saya perlu bicara.”

“Silahkan, 10 menit!”

Dari kejauhan aku bisa melihat Arnav dan sekitar 20 remaja lainnya sedang melakukan latihan fisik yang diarahkan langsung oleh polisi di sana. Tepat ketika anak itu melihat ke arahku. Ia bahkan tak kuasa lagi mendongakkan wajahnya. Sepanjang jalan ia menundukkan pandangan ke lantai. Bahkan saat kami telah saling berhadapan.

“Kenapa, Nav?”

“Maaf, Yah.”

“Mau jadi jagoan?” 

Aku sedikit meninggikan nada bicaraku. Namun  anak itu justru semakin menunduk.

“Nav salah, Yah.”

Kudongakkan wajah anak kecil itu dengan paksa. Sehingga kini, kami bisa saling menatap.

“Kamu lihat Bundamu! Dia begitu karena siapa? Apa yang akan kamu jelaskan padanya, hah?”

Arnav hanya terdiam, tetapi bisa kulihat mendung di wajahnya. Padahal, sejak tadi di antara anak-anak lain, hanya ia seorang yang tidak menangis.

“Bagaimana kabar, Bunda?”

“Untuk apa kamu peduli? jika dia tahu kelakuanmu, mungkin dia akan lebih nekat lagi.”

Arnav tertunduk lagi, tetapi aku bisa mendengar isaknya.

“Jangan biarkan Bunda tahu!” katanya.

“Kamu tahu enggak apa yang kamu lakukan ini kriminal, Arnav? Kami sekolahkan kamu itu supaya kamu ini jadi orang baik, punya masa depan. Bukan jadi preman kayak gini, kecewa Ayah sama kamu.”

Aku sedikit mendorong anak itu. Namun, dia tak merespons apa pun.

Harusnya dulu aku mendengarkanmu Nad, sekarang anak itu benar-benar berubah menjadi monster. Setelah dia hampir saja membuatku kehilanganmu, sekarang dia bahkan telah berani melukai orang lain.

Melihatku keluar dari ruangan, ibu buru-buru menyusul. Ia mulai bicara banyak hal, di saat aku tak ingin mendengar apa pun.

“Ini semua gara-gara Nada, harusnya dia bisa lebih tegas. Sekarang Arnav jadi salah pergaulan begini, coba dari awal dia enggak membiarkan anak itu berkeliaran. Enggak bakal cucuku masuk penjara, hiks.”

Aku terdiam sejenak. Menghentikan langkah lantas, menatap ibu yang sungguh tidak masuk akal.

“Bukankah Ibu yang selalu melarang Nada, untuk menasihati anak itu?”

“Kok kamu jadi nyalahin Ibu? Pasti, gara-gara Nada. Jelas-jelas Nada itu kalau mendidik anak selalu pakai cara kekerasan, sekarang apa jadinya. Sifat Arnav juga ikut keras. Anak-anak itu cuma bisa meniru. Jelas semua ini kelalaian istrimu.”

“Bisa kita pulang aja sekarang, aku antar Ibu ke rumah.”

“Memangnya kamu enggak pulang?”

“Aku ke rumah sakit?”

“Anak kamu lagi di kantor polisi, kamu malah sibuk sama wanita yang enggak punya iman itu, hah?”

“Terus Ibu mau aku bagaimana? Dia istriku, akulah yang bertanggung jawab kalau sampai sesuatu yang buruk terjadi padanya.”

“Jadi kamu enggak mau bertanggung jawab sama anakku?"

“Biarkan saja dia mempertanggung jawabkan dulu perbuatannya, anak itu memang harus tahu bagaimana rasanya dihukum.”

“Apa maksud kamu, Zayn? Dendanya enggak seberapa. Apa Nada yang melarang kamu membayar dendanya, hah? Sampai kamu tega sama anak sendiri. Dia masih sangat kecil buat merasakan hidup di penjara.”

Sungguh rasanya kepalaku ingin pecah. Kenapa semua hal harus terjadi bersamaan? Aku hanya satu orang, tetapi dituntut adil pada semuanya.

“Bu, tolong kali ini saja. Biarkan aku menyelesaikan masalah keluargaku sendiri!”

“Jadi, menurut kamu Ibu ini orang lain? bukan keluargamu? Oh, tega kamu bilang begitu.”

Astaghfirrullah, bukan begitu maksudku. Tolong mengerti aku sedikit! Istriku di rumah sakit, dia lebih butuh aku sekarang. Ayo pulang saja, jangan berdebat di sini!”

Aku sedikit menarik lengan ibu atau perdebatan ini mungkin akan berlangsung sampai siang. Mengabaikan keluhan ibu yang tak terima, karena memaksanya meninggalkan kantor polisi. Aku memilih fokus berkendara. Namun, nyatanya masalahku masih belum selesai.

Tiba di rumah, ibu bahkan tak mau turun dari mobil.

“Ibu mau ikut ke rumah sakit?” tanyaku.

“Kenapa memangnya, ibu mau bicara sama istrimu. Biar dia tahu diri.”

“Ibu mau bicara atau menegur Nada?”

“Memang istrimu butuh ditegur, Zayn!”

“Tolong, jangan begini! Ibu di rumah saja, lagi pula kondisi Nada belum stabil. Lebih baik bicaranya saat dia pulang saja, oke!”

“Enggak, kalau ditunda-tunda istrimu akan semaunya sendiri.”

“Ibu masih menyalahkan, Nada?”

“Lah, ya pasti salah dia. Dia ibunya.”

Aku meraup wajah kasar. Sungguh kenapa aku baru menyadari jika ibu begitu banyak bicara, berbeda sekali dengan Nada yang bahkan sangat sedikit bicara.

“Aku minta maaf, tapi aku enggak bisa bawa ibu. Tolonglah, tinggal sebentar di rumah! Aku akan kembali saat semua masalah sudah membaik.”

“Kamu pasti akan tinggal di rumah sakit, ‘kan? Terus ibu sendirian di rumah ini.”

“Hanya sampai Nada membaik, di sini aman kok. Ada satpam yang berjaga di depan gerbang perumahan. Ibu enggak perlu khawatir, selama kami tinggal di sini. Sekali pun enggak pernah ada tindak kriminal seperti pencurian atau yang lainnya. Tenanglah!”

“Ibu tetap enggak mau. Ibu mau ikut ke rumah sakit.”

“Bu, tolonglah aku hampir saja kehilangan Nada dan calon bayiku. Jadi bisakah kasih kami waktu berdua! Hanya sebentar saja.”

“Apa, jadi dia hamil? Keterlaluan. Bisa-bisanya seorang ibu malah membvnvh bayinya sendiri, perempuan macam apa yang kamu nikahi Zayn? Ibu enggak bisa biarin ini pokoknya Ibu ikut!”

“Enggak bisa. Gini aja, kalau begitu biar Zayn naik kendaraan lain. Maaf kali ini, aku enggak bisa mengikuti keinginan Ibu, permisi.”

Saat itu aku buru-buru keluar mobil dan melangkah cepat untuk mengambil kunci motor milik Nada dan mengendarainya menuju rumah sakit. 

Entah kenapa sejak tadi perasaanku mendadak tak enak, Nada tak bisa dihubungi. Aku hanya takut ia mengetahui kabar Arnav, lalu kembali berbuat nekat.

Setengah berlari aku menuju ruangan Nada. Namun begitu terbuka. Nada justru tak ada di sana. Ruangannya kosong.

“Ya Allah Nad, kamu ke mana Sayang? Kenapa pergi, di saat aku sangat membutuhkanmu?”

"Dia pasti kabur, karena takut ketahuan, karena anak yang dikandungannya bukan anakmu!"

Rupanya itu suara Ibu, nyatanya wanita ini nekat menyusulku.

Apakah benar, anak itu bukan milikku, Nad?

Jangan lupa klik subscribe ya, kalau udah 100 subs aku update bab baru. Tinggalkan komen dan love nya ya. Biar aku semangat lanjut bab berikutnya.

Happy Reading

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Dasar mertua sinting
goodnovel comment avatar
ani sainu
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Ida Nurjanah
Gemes ,kesel dan Benci ...ko ada ya Mertua Jahat bngt ky gini .
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 57

    Tak pernah terbayangkan aku akan sesakit ini mendengar kabar pernikahan Nada dengan Ali yang disampaikan langsung oleh Arnav. Putraku tak lagi menentang hubungan mereka. Aku tidak tahu, kapan tepatnya anak it berubah pikiran. Padahal, jelas saat ia datang untuk membantu acara tahlilan ibu, aku melihatnya begitu antusias menjodohkanku kembali dengan Bundanya.Bagaimana bisa ia berubah secepat itu?Ia bahkan mengatakan padaku, jika akan jadi pengantar pengantin, kala Bundanya menikah. Bahkan, yang lebih menyakitkan adalah ia mengatakan itu semua dengan bangga.Aku yang menghidupinya selama ini. Kenapa ia malah lebih percaya pada orang lain yang justru baru ia kenal.Sejujurnya aku masih tak percaya jika Nada benar-benar menikah. Jadi, hari di mana akadnya dilangsungkan aku mendatangi hotel tersebut. Sayangnya tak sembarangan orang bisa masuk ke acara pernikahannya. Penjagaannya cukup ketat. Aku bahkan harus check in hanya untuk mendapatkan in

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 56

    “Aku mengizinkannya Al, lakukan saja!”“Terima kasih Nad. Kalau, kamu masih bingung mau pilih yang mana. Besok staff yang menjual perhiasannya akan datang ke rumahmu. Pilih saja yang kamu suka.”“Bagaimana kalau seleraku enggak sesuai sama kamu?”“Aku yakin pilihanmu pasti yang terbaik.”“Baiklah. Aku akan pilih yang termurah kalau begitu.”“Nad, yang benar saja. Aku akan meminta staff untuk enggak mencantumkan harganya.”Aku sampai dibuat terkekeh dengan kepanikan Ali. Ada apa dengannya, padahal aku hanya bercanda.“Kenapa malah ketawa? Aku serius juga.”“Uangmu pasti banyak sekali Al, sampai-sampai membuangnya dengan begitu mudah.”“Siapa juga yang sedang membuang uang, jelas-jelas aku sedang membelikanmu mahar. Apa kamu akan membuang mahar setelah akad berlangsung? Enggak mungkin ‘kan.”

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 55

    Ali hanya tersenyum saja. Namun, aku bisa melihat ekspresi kelegaan di wajah Abah dan Ilyas.Ya Allah, jika Engkau berkenan menyatukan kami dalam ikatan suci pernikahan. Maka, jadikanlah pernikahan itu sebagai jalan untuk mencapai ridho-Mu.Setelah mendapatkan jawabannya Ali memilih untuk berpamitan.“Besok Ali ke sininya habis dzuhur, ya Bah.”“Oh, baik kami tunggu kedatangan Nak Ali dan keluarga.”Ali mengangguk lagi, sesekali ia tampak melirik padaku.“Kayaknya ada yang mau ngeduluin nih!” sindir Ilyas, begitu Ali sudah meninggalkan rumah dengan kendaraan roda empatnya.“Aku sekali aja belum, Mbak udah mau dua kali aja!” ucap Ali.“Apaan sih kamu, Dek!”“Enggak boleh ngomong gitu, Yas! Memangnya ada yang mau pernikahannya gagal!” ucap Abah.Memang Ilyas ini keterlaluan. Merusak mood saja. Dia pikir enak berpisah, setelah bertahun-tahun menj

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 54

    “Kamu tahu enggak sih yang kamu bicarain ini apa? Sudahlah Nav,Bunda enggak akan nikah kok. Asalkan kamu di samping Bunda, semua itu udah lebih dari cukup kok. Lagi pula sekarang Bunda sudah punya pekerjaan yang bisa diandalkan. Jadi, seenggaknya kalau suatu hari ayahmu berhenti memberikan uang untuk biaya Pendidikan kamu, kita sudah ada penghasilan lain.”“Nav serius, enggak apa kalau sekarang juga Bunda mau nikah sama Om Ali. Nav enggak akan menghalanginya lagi. Kalian tuh saling mencintai, tetapi Nav malah terus aja mencegah kalian Bersatu. Lagi pula Nav juga kayaknya butuh teman main, kayak Yusuf.”“Nav….”“Bun, sudah cukup Bunda nahan kesedihan sendirian. Nav pengen banget lihat Bunda ketawa terus kayak tadi, mungkin aja Om Alilah jawaban doa-doa Nav selama ini. Nav ‘kan juga minta supaya Bunda bahagia, tetapi Nav malah keliru dengan mendoakan supaya rujuk sama Ayah. Padahal, yang membuat Bunda ba

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 53

    “Enggak begitu kok, Sayang.”“Sekarang Nav, ngerti bedanya Om Ali sama Ayah.”“Sayang, kalau kamu enggak suka Bunda dekat samam Om Ali, lain kali Bunda akan jaga jarak. Oke? Cuma tadi itu kebetulan mobil pick up Bunda rusak. Om Ali cuma nawarin bantuan, ya udah makanya kami tadi di jalanan. Jangan salah paham dulu!”“Nav enggak tahu, kenapa hubungan orang dewasa seribet ini?”“Enggak ribet kok, nanti kalau Nav dewasa, juga pasti ngerti.”“Nav enggak mau nikah Bun, kalau ujungnya cerai.”“Enggak ada pasangan yang mau pernikahannya gagal di tengah jalan Nak, andai saja mengembalikan kepercayaan itu mudah. Bunda pasti sudah melakukannya buat kamu?”“Memangnya apa yang bikin Bunda sampai enggak mau balikkan sama Ayah? Bukannya aku sudah jelasin semuanya.”“Bunda takut kalau suatu hari sakit dan enggak bisa ngapa-ngapain kayak kemar

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 52

    “Jagung bakarnya datang!” ucap Zayn dengan sekantong besar di tangannya.“Zayn, aku ngantuk.”Saat itu Zayn dan Arnav yang tengah larut dalam tawa mendadak menatapku dengan aneh.“Kok ngantuk sih Bun, kita baru aja kumpul.”“Hari ini Bunda lagi kurang sehat, apa lagi besok harus kembali ke kota jadi enggak apa-apa ya, Bunda tidur duluan?”“Yah, enggak seru banget sih Bun?”Sata tu aku bisa melihat keduanya tampak kecewa. Namun, aku juga tak bisa membohongi perasaanku. Aku membenci Zayn. Meski, kini seseorang menjelaskan jika semua murni karena rasa terima kasih.Aku yang menyaksikan sendiri bagaimana ketika Zayn menatap Ochi dengan pandangan yang sama saat menatapku. Bagaimana ia bahkan tak membiarkan pria wanita itu pulang sendirian.Aku hanya tak sanggup membayangkan hari-hari selama aku tak ada di sampingya. Mungkin saja keduanya sering kali menghabiskan waktu denga

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status