"Mau lari ke mana!?" Violet sudah berada di depan Lily sambil membentangkan sayapnya. Lily sontak saja kaget, dia segera berhenti lalu melompat menjauh, namun reaksi Violet lebih cepat.
Bruk dush dush dushh..
Violet sudah berada di arah lompatan rubah itu dan langsung menendang Lily. Ratu rubah itu terpental hingga menabrak beberapa pohon yang langsung tumbang.
"Bodoh! Kau salah memilih lawan! Yahh ada bagusnya juga, makhluk legendaris akan berkurang jumlahnya karenamu." Violet walau mempunyai sayap, tapi dia berjalan kali mendekati Lily.
"Hahaha dasar naga mainan vampir! Energi sihir Ratu es tadi sungguh nikmat, selanjutnya dirimu yang akan aku serap!" Seluruh tubuhnya diselimuti api, namun sekarang apinya membentuk tubuh rubah.
Cresssh... Violet sudah berada di depannya, tangannya menusuk perut Lily dengan tatapan tajam menyala.
"Kau
"Leluhur siapa yang kau maksud hah!?" Demon itu melepaskan tangannya dari Zhar, namun tubuh Zhar seperti tertekan oleh sesuatu dan menjadi bola kecil lalu menghilang. Zhar hanya bisa berteriak kesakitan sebelum keberadaannya benar-benar lenyap. "Kau apakan dia?" tanyaku. "Al sudahlah, ayo pulang!" Erin menarik tanganku. "Woi! Buka gerbang teleportasi menuju ruang tahta!" perintah Erin kepada demon itu, dengan segera ia ulurkan tangannya ke depan. Lorong hitam besar muncul di depan kami dan perlahan menutupi kami semua, setelah itu kami berpindah tempat. Ruangan yang sangat luas, dengan ada 7 singgasana yang sudah diduduki oleh para Ratu. Erin segera duduk di singgasana yang kosong dan tersisa satu di tengah. Singgasana yang berbeda dan ada 2 orang berpakaian hitam tertutup di samping singgasana itu. Para pasukan serigala tadi segera berlutut, aku yang bingung mau ngapain jadi ikutan berlutut. Sebelum aku berlutut,
"Nay, Erin kenapa kalian di sini?" Aku mendekati Nay dan Erin yang berada di lantai 2 rumah Danirmala. "Kamu bermain dengan mereka sampai melupakanku!" ucap Erin ketus. "Hahaha maaf, kalian semua cantik sekali jadi mana bisa aku menahannya," "Sayang, ayo ikut aku!" Nay menarik tanganku, lalu berteleport ke suatu ruangan. Ruangan yang berbeda dengan hotel yang ada di pohon Nay maupun asrama akademi, ruangan ini terlihat lebih sederhana. Udara yang aku rasakan lebih hangat dibandingkan udara gunung yang dingin dan juga ada aroma khas. "Mmm bau ini, laut?" "Iya, ini pulau pribadi milik kami," jawab Nay sambil membuka korden beserta jendela. Ada kolam di depan kamar yang dihadapkan langsung dengan pantai pasir putih dan air laut yang jernih. Karena bulan sedang bersinar terang, terlihat banyak sekali pulau karang di depan sana dengan jarak hanya beberapa puluh meter s
"Lia!?" "Mesumm!" Lia malah menampar pipiku. "Oh sakit ya? Maaf maaf," lanjutnya sambil mengusap-usap pipiku yang memerah karena ditamparnya. "Dasar ini anak!" Aku sentil dia tepat di dahinya. "Kenapa kamu ada di sini? Bukannya kamu menikah dengan bangsawan?" "Sayang, kemarilah berendam, akan aku jelaskan!" teriak Noe yang sedang berendam di kolam. "Pantas saja sampai melupakan aku, ternyata Ratu negeri ini yang jadi saingan!" Lia membuka ikatan kimonoku lalu menarikku masuk ke dalam kolam. "Hahaha jadi kamu akan menyerah?" Noe "Tentu tidak!" Lia langsung duduk di pangkuanku. "Jadi sekarang jelaskan kepadaku!" "Lihatlah apakah ada yang berbeda dari Lia?" ucap Noe. "Untuk penampilan sih tambah cantik." Aku pegangi mukanya dan aku panda
Setelah kedatangan Lia, kami di pulau pribadi beberapa hari. Karena aku jenuh, aku meminta mereka untuk jalan-jalan ke tempat lain. Aku diajak mereka semua untuk berkunjung ke kota Cryostar yang ada di dalam pegunungan Smabor. Kota para dwarf dan juga kota bawah tanah dan tambang terbesar di dunia ini. Kami berteleport di samping pegunungan Smabor, terlihat ada gerbang yang sangat besar dan juga rel kereta api. "Keretanya digerakkan secara manual, karena tidak ada minyak bumi maupun batubara di dunia ini," ujar Nay seakan membaca pikiranku. "Ada listrik kan? Ada sihir juga, kenapa tidak digunakan?" "Kau kira kita tau cara bikinnya!" Noe ketus. "Tidak ada yang bisa membuatnya, ada sihir Alkimia namun sangat susah di pelajari karena harus tau bahan, proses dan cara kerja benda yang akan dibuat," Nay "Kalian bahas apaan? Violet, Nay, gantian lah! Kalian memeluk lengan Al t
Kami di arahkan menuju ruangan yang letaknya di bagian atas gua, ruangan yang lebih hangat dibandingkan dengan tempat awal. Atap ruangan ini berbentuk kerucut dan ada lubang di ujung atasnya. Mirip dengan joglo yang ada di ranting atas pohon Danirmala, di sini juga ada meja bundar yang lebar namun terbuat dari kristal. "Kok udaranya hangat? Bukankah ini di dataran sangat tinggi, sebelumnya aku lihat bahkan ada salju di pucuk gunung," tanyaku. "Ohh, ini memang di atas gunung, tapi di balik dinding ini ada magma." Jade menjawab sambil menunjuk ke dinding di sekitar. "Ini gunung berapi!? Kalau meletus bagaimana?" "Gunung yang sudah tidak aktif, itu di dinding juga ada penghalangmu yang menyelimuti," Erin. "Penghalangku!?" Karena penasaran, aku berjalan mendekati dinding. "Violet, hancurkan dinding ini!" perintahku kepada Violet, semuanya kaget
Keesokan harinya, aku bangun kesiangan lagi namun masih ada Noe, Violet dan Nay di sisiku. Kemarin setelah Selen pergi, aku bertanya kepada mereka semua dan tidak mendapatkan jawaban apapun. "Tumben yang bangun orangnya duluan, biasanya itunya duluan." Noe bangun dan segera berdiri sambil melepaskan kimononya. Dia berjalan ke arah kolam namun segera aku cegat. "Kenapa!? Sama Violet atau Nay saja sana!" Noe ketus tapi tidak berusaha melawan. "Kalau mau galak ya galak saja, tidak usah ikutan tsundere jadi-jadian," "Biarin, weekk!" Noe menjulurkan lidahnya dan langsung aku lumat. .... "Oiii Oyen, yuhuu kau di mana? Keluarlah!" Selen berteriak di tengah hutan yang sangat lebat. Hutan di benua Kalenex yang terkenal dengan hutan rimba dan dihuni oleh monster-monster mengerikan. Selen melompat dari batang pohon satu ke yang lainnya sambil melihat k
Kami sedang menuju ke tempat para Tribal yang berada di benua Kalenex. Sejauh mata memandang, hanya ada hutan yang sangat lebat dengan beberapa sungai besar. Aku, Noe dan Lia naik di atas punggung Violet dalam wujud naganya, sedangkan Noa ada di lehernya sambil berpegangan di tanduk milik Violet. Erin, Nia dan Nay terbang di samping kami, Nay karena dia Roh pohon jadi dengan mudah mengubah tubuhnya sesuai keinginan. "Kok tidak terasa hembusan angin?" tanyaku karena tidak merasakan hembusan angin, padahal kami terbang dengan kecepatan yang cukup tinggi. "Ada sihir angin milikku dan juga pelindungmu yang menyelimuti kita," jawab Noe yang berada di depanku, sedangkan Lia ada di belakangku sambil memeluk tubuhku. "Tinggi banget." Lia menelukku erat karena takut akan ketinggian. "Lia, jangan banyak gerak! Aku juga takut ketinggian." Aku reflek memeluk Noe karena sedikit terhuyung ke samping.
Ternyata, kami sudah disambut oleh kepala suku beserta ratusan warganya. Mereka berada di depan rumah masing-masing, tapi ada juga yang berada di jembatan. Pakaian yang dikenakan mereka berupa anyaman dengan motif yang berwarna kuning, merah dan dominan hitam. Mereka juga memakai ikat kepala yang dihiasi oleh bulu burung rangkong."Selamat datang di desa kami Yang Mulia!" Seorang pria memakai ikat kepala yang lebih meriah daripada yang lainnya, dia berlutut dan diikuti oleh warga yang lainnya. Rasdh namanya, pria yang seumuran paman Bob."Bagus sekali sambutanmu Rasdh," puji Noe."Terima kasih banyak atas pujiannya Yang Mulia dan juga selamat atas kebangkitan kembali Paduka Al,""Selamat atas kebangkitan kembali Paduka!" semua orang mengulangi kalimat yang diucapkan oleh Rasdh."Terima kasih banyak," jawabku."Silahkan menuju ke ruang aula." Rasdh