Share

Bab 7

 

Aku pulang ke rumah dengan tubuh yang teramat lelah, hari sudah larut malam karena terjebak kemacetan, di dalam kamar kulihat Mas Andra sedang asyik bermain ponsel, sesekali ia tersenyum saat memandang benda pipih itu.

 

Apa dia gila? 

 

Saat aku masuk ia langsung menyembunyikan ponsel itu ke bawah bantal, dipikir aku akan merebut ponsel itu dan mengganggu kesenangannya gitu? ogah!

 

Silakan saja bersenang-senang Mas, ada saatnya kamu sengsara dan menyesal.

 

"Kamu kenapa pulang malem-malem?" Akhirnya ia bertanya juga.

 

Aku tak menjawab pura-pura sibuk menunduk melepaskan sepatu kerja.

 

"Oh ya, masalah mobil kamu yang hilang itu gimana kata polisi?" tanyanya sambil mendekat.

 

Aku memang berbohong dengan mengatakan sudah lapor polisi, jika duluan ia yang melapor maka rencanaku menjual mobil itu bisa ketahuan duluan 'kan?

 

"Nanti juga dikabarin kalau udah ketemu," jawabku datar.

 

"Ohh, aku minta maaf ya, Rah, semoga mobil itu cepet ketemu." Dari nada suara sepertinya ia memang menyesal, jelas saja menyesal ia kehilangan uang ratusan juta.

 

"Minta maaf aja ga cukup, kamu harus tetap ganti kalau engga ...." Ucapanku mengawang bingung harus memberi hukuman apa.

 

Ohh kenapa ga ambil mobil Dinda saja, mobil itu 'kan aku yang beli, itung-itung kasih pelajaran karena dia sudah berani menyindirku di sosmed, dia harus tahu kalau seorang Farah takkan diam saja saat diinjak-injak

 

"Kalau engga apa, Sayang?" Tiba-tiba ia mendadak mesra, padahal tadi judesnya minta ampun.

 

"Mobil Dinda aku ambil sebagai gantinya."

 

Ia melongo sambil menganga untung ga ada lalat yang lewat.

 

"Ja-jangan dong, Sayang, kasihan dia kalau kuliah naik apa."

 

Dih, giliran ada maunya baru bilang sayang, dasar matre! Ada uang Eneng disayang ga ada uang Eneng dicemberutin, jijay kamu Mas!

 

"Motor Ibu 'kan ada, pake aja itu," celetukku dengan ketus.

 

"Mana mau dia naik motor matic khas ibu-ibu, percaya sama aku dia bakalan ngamuk kalau mobil itu diambil."

 

Buodo amat mau ngamuk kek, mau kesurupan kek buka urusan gue!

 

"Ya terus gantinya apa? emang kamu sanggup gantinya?" tanyaku ngegas sampai wajah klemisnya kecipratan air liurku.

 

Ia mengusap wajahnya menggunakan telapak tangan.

 

"Duit dari mana aku, sudahlah kamu sabar dulu katanya 'kan polisi lagi nyari nanti juga ketemu," jawabnya sambil mengelapkan telapak tangan ke bantal.

 

Segitunya kamu jijik terhadap air liurku, Mas?

 

"Ya kalau ga ketemu?" tanyaku sambil melirik tajam.

 

"Pasti ketemu, kemarin ibu sudah ke Mbah Pono buat nanya-nanya katanya posisi mobil itu deket sama kita, percaya nanti juga ditemukan sama Polisi," ujarnya membuatku ingin tertawa.

 

Sampai kiamat pun Polisi ga akan menemukan mobil itu, ya karena aku ga melaporkan hahaha.

 

"Siapa Mbah Pono?" tanyaku penasaran dengan nama yang lumayan antik itu.

 

"Dia dukun yang terkenal di kampung ibu, di sana kalau ada yang sakit jarang ada yang ke dokter tapi datang ke Mbah Pono, sekali sembur sakitnya langsung sembuh."

 

Jujur, aku ingin ngakak sambil guling-guling mendengar jawaban konyolnya, tapi kutahan karena ingin terlihat seram di mata Mas Andra.

 

"Emang sakit apa sekali sembur langsung ilang?" tanyaku sambil nahan tawa.

 

"Ya banyak kaya bisul, koreng, bahkan sakit demam, bisa sembuh loh yang."

 

"Ya terus apa hubungannya sama mobil aku yang hilang?"

 

Ia berdecak kesal lalu memperbaiki posisi duduknya.

 

"Dia itu bisa ngelacak keberadaan mobilmu yang hilang, kata dia mobilnya udah deket sama kita, bentar lagi juga balik ke tangan kamu," ujar Mas Andra membuatku tak bisa menahan tawa.

 

Ya memang mobilnya ga kemana-mana orang mau aku jual, hari gini masih aja percaya sama dukun, sudah nipu berbuat syirik pula, ngeri kali dosamu Mas.

 

"Terus dia bilang ga mobilnya ada di mana? sekalian samperin gitu biar kelihatan lebih hebat," ujarku meragukan, walau ilmu agamaku minim tapi kalau menyangkut kesyrikan aku paling anti.

 

"Ya mana bisa gitu, dia ga bisa naik mobil jauh-jauh katanya suka mabuk, Mbah Pono itu cuma bisa nerawang aja dari kejauhan," ujarnya sambil mengembuskan napas, seketika bau jengkol menyeruak ke hidungku, ia pasti mampir ke rumah ibu tadi, wanita itu paling suka masak jengkol.

 

"Halaaah, ngapain sih ibu pergi ke dukun segala, itu perbuatan syirik, kamu juga ngapain percaya, mau solat dan ibadahmu ga diterima?" jawabku ngegas.

 

"Orang aku jarang solat kok." Lalu ia tertawa.

 

Bener-bener nih orang ga takut dosa, dulu aja waktu belum nikah salatnya berdiri di shaf terdepan, kadang juga mengumandangkan adzan walau suaranya pas-pasan.

 

"Aku kasih waktu seminggu, kalau mobil itu ga ketemu juga maka, mobil Dinda aku sita," ujarku tegas walau ingin tertawa.

 

"Iya iya, nanti juga ketemu ga bakal nyampe seminggu, percaya sama aku," jawabnya kepedean.

 

Duh jadi ga sabar pengen cepet-cepet Minggu depan dan sita mobil si anak manja, pasti dia nangis-nangis kejer, siapa suruh berani menyindirku.

 

"Oh ya tadi kamu berangkat ke mana?" tanyaku mengetes kejujurannya, bohong juga ga masalah, akan kutendang kamu secepatnya.

 

"Tadi tuh ketemu temen lama, terus mampir ke rumah ibu, abis aku kangen sama semur jengkol buatannya."

 

Ok kalau kamu ga mau jujur, akan kuselidiki semuanya mulai besok, dari mana ia mendapat uang untuk membangun mall itu, dan sejak kapan mendirikannya.

 

*

 

Pagi hari seperti biasa aku sibuk dengan segudang pekerjaan di kantor, berkas-berkas laporan sudah mulai menumpuk di atas meja, ternyata Clara bisa juga menggantikan posisi Maya.

 

"Permisi, Bu." Clara masuk ke ruangan ku sesudah mengetuk pintu.

 

"Iya ada apa Clara?"

 

Gadis itu langsung duduk di hadapanku sambil menyerahkan satu buah tespek, entah apa maksudnya.

 

"Bu, aku nemu benda ini di laci meja Maya, apa dia hamil di luar nikah ya secara dia itu kan belum punya suami?" cerocos Clara, ia memang terkenal cerewet di mata para karyawan lain.

 

Aku melirik benda kecil tipis itu, nampak dua garis merah membentang di sana, benda ini menunjukkan jika penggunaannya positif hamil.

 

Apa benar Maya sedang hamil? setahuku dia belum menikah? pantas saja kemarin dia mual-mual dan wajahnya pucat.

 

 

 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mario Seixas
Maya kah selingkuhan andra?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status