Share

Bab 7

Author: Ina Qirana
last update Last Updated: 2023-03-16 12:02:41

 

Aku pulang ke rumah dengan tubuh yang teramat lelah, hari sudah larut malam karena terjebak kemacetan, di dalam kamar kulihat Mas Andra sedang asyik bermain ponsel, sesekali ia tersenyum saat memandang benda pipih itu.

 

Apa dia gila? 

 

Saat aku masuk ia langsung menyembunyikan ponsel itu ke bawah bantal, dipikir aku akan merebut ponsel itu dan mengganggu kesenangannya gitu? ogah!

 

Silakan saja bersenang-senang Mas, ada saatnya kamu sengsara dan menyesal.

 

"Kamu kenapa pulang malem-malem?" Akhirnya ia bertanya juga.

 

Aku tak menjawab pura-pura sibuk menunduk melepaskan sepatu kerja.

 

"Oh ya, masalah mobil kamu yang hilang itu gimana kata polisi?" tanyanya sambil mendekat.

 

Aku memang berbohong dengan mengatakan sudah lapor polisi, jika duluan ia yang melapor maka rencanaku menjual mobil itu bisa ketahuan duluan 'kan?

 

"Nanti juga dikabarin kalau udah ketemu," jawabku datar.

 

"Ohh, aku minta maaf ya, Rah, semoga mobil itu cepet ketemu." Dari nada suara sepertinya ia memang menyesal, jelas saja menyesal ia kehilangan uang ratusan juta.

 

"Minta maaf aja ga cukup, kamu harus tetap ganti kalau engga ...." Ucapanku mengawang bingung harus memberi hukuman apa.

 

Ohh kenapa ga ambil mobil Dinda saja, mobil itu 'kan aku yang beli, itung-itung kasih pelajaran karena dia sudah berani menyindirku di sosmed, dia harus tahu kalau seorang Farah takkan diam saja saat diinjak-injak

 

"Kalau engga apa, Sayang?" Tiba-tiba ia mendadak mesra, padahal tadi judesnya minta ampun.

 

"Mobil Dinda aku ambil sebagai gantinya."

 

Ia melongo sambil menganga untung ga ada lalat yang lewat.

 

"Ja-jangan dong, Sayang, kasihan dia kalau kuliah naik apa."

 

Dih, giliran ada maunya baru bilang sayang, dasar matre! Ada uang Eneng disayang ga ada uang Eneng dicemberutin, jijay kamu Mas!

 

"Motor Ibu 'kan ada, pake aja itu," celetukku dengan ketus.

 

"Mana mau dia naik motor matic khas ibu-ibu, percaya sama aku dia bakalan ngamuk kalau mobil itu diambil."

 

Buodo amat mau ngamuk kek, mau kesurupan kek buka urusan gue!

 

"Ya terus gantinya apa? emang kamu sanggup gantinya?" tanyaku ngegas sampai wajah klemisnya kecipratan air liurku.

 

Ia mengusap wajahnya menggunakan telapak tangan.

 

"Duit dari mana aku, sudahlah kamu sabar dulu katanya 'kan polisi lagi nyari nanti juga ketemu," jawabnya sambil mengelapkan telapak tangan ke bantal.

 

Segitunya kamu jijik terhadap air liurku, Mas?

 

"Ya kalau ga ketemu?" tanyaku sambil melirik tajam.

 

"Pasti ketemu, kemarin ibu sudah ke Mbah Pono buat nanya-nanya katanya posisi mobil itu deket sama kita, percaya nanti juga ditemukan sama Polisi," ujarnya membuatku ingin tertawa.

 

Sampai kiamat pun Polisi ga akan menemukan mobil itu, ya karena aku ga melaporkan hahaha.

 

"Siapa Mbah Pono?" tanyaku penasaran dengan nama yang lumayan antik itu.

 

"Dia dukun yang terkenal di kampung ibu, di sana kalau ada yang sakit jarang ada yang ke dokter tapi datang ke Mbah Pono, sekali sembur sakitnya langsung sembuh."

 

Jujur, aku ingin ngakak sambil guling-guling mendengar jawaban konyolnya, tapi kutahan karena ingin terlihat seram di mata Mas Andra.

 

"Emang sakit apa sekali sembur langsung ilang?" tanyaku sambil nahan tawa.

 

"Ya banyak kaya bisul, koreng, bahkan sakit demam, bisa sembuh loh yang."

 

"Ya terus apa hubungannya sama mobil aku yang hilang?"

 

Ia berdecak kesal lalu memperbaiki posisi duduknya.

 

"Dia itu bisa ngelacak keberadaan mobilmu yang hilang, kata dia mobilnya udah deket sama kita, bentar lagi juga balik ke tangan kamu," ujar Mas Andra membuatku tak bisa menahan tawa.

 

Ya memang mobilnya ga kemana-mana orang mau aku jual, hari gini masih aja percaya sama dukun, sudah nipu berbuat syirik pula, ngeri kali dosamu Mas.

 

"Terus dia bilang ga mobilnya ada di mana? sekalian samperin gitu biar kelihatan lebih hebat," ujarku meragukan, walau ilmu agamaku minim tapi kalau menyangkut kesyrikan aku paling anti.

 

"Ya mana bisa gitu, dia ga bisa naik mobil jauh-jauh katanya suka mabuk, Mbah Pono itu cuma bisa nerawang aja dari kejauhan," ujarnya sambil mengembuskan napas, seketika bau jengkol menyeruak ke hidungku, ia pasti mampir ke rumah ibu tadi, wanita itu paling suka masak jengkol.

 

"Halaaah, ngapain sih ibu pergi ke dukun segala, itu perbuatan syirik, kamu juga ngapain percaya, mau solat dan ibadahmu ga diterima?" jawabku ngegas.

 

"Orang aku jarang solat kok." Lalu ia tertawa.

 

Bener-bener nih orang ga takut dosa, dulu aja waktu belum nikah salatnya berdiri di shaf terdepan, kadang juga mengumandangkan adzan walau suaranya pas-pasan.

 

"Aku kasih waktu seminggu, kalau mobil itu ga ketemu juga maka, mobil Dinda aku sita," ujarku tegas walau ingin tertawa.

 

"Iya iya, nanti juga ketemu ga bakal nyampe seminggu, percaya sama aku," jawabnya kepedean.

 

Duh jadi ga sabar pengen cepet-cepet Minggu depan dan sita mobil si anak manja, pasti dia nangis-nangis kejer, siapa suruh berani menyindirku.

 

"Oh ya tadi kamu berangkat ke mana?" tanyaku mengetes kejujurannya, bohong juga ga masalah, akan kutendang kamu secepatnya.

 

"Tadi tuh ketemu temen lama, terus mampir ke rumah ibu, abis aku kangen sama semur jengkol buatannya."

 

Ok kalau kamu ga mau jujur, akan kuselidiki semuanya mulai besok, dari mana ia mendapat uang untuk membangun mall itu, dan sejak kapan mendirikannya.

 

*

 

Pagi hari seperti biasa aku sibuk dengan segudang pekerjaan di kantor, berkas-berkas laporan sudah mulai menumpuk di atas meja, ternyata Clara bisa juga menggantikan posisi Maya.

 

"Permisi, Bu." Clara masuk ke ruangan ku sesudah mengetuk pintu.

 

"Iya ada apa Clara?"

 

Gadis itu langsung duduk di hadapanku sambil menyerahkan satu buah tespek, entah apa maksudnya.

 

"Bu, aku nemu benda ini di laci meja Maya, apa dia hamil di luar nikah ya secara dia itu kan belum punya suami?" cerocos Clara, ia memang terkenal cerewet di mata para karyawan lain.

 

Aku melirik benda kecil tipis itu, nampak dua garis merah membentang di sana, benda ini menunjukkan jika penggunaannya positif hamil.

 

Apa benar Maya sedang hamil? setahuku dia belum menikah? pantas saja kemarin dia mual-mual dan wajahnya pucat.

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mario Seixas
Maya kah selingkuhan andra?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Tamat

    "Hay, Vin." Aku tersenyum padanya.Virni tersenyum manis padaku sementara Ervin terlihat canggung, padahal seharusnya biasa saja tidak perlu berekspresi seperti itu."Kamu mau ke mana, Rah?" Tanya Virni."Aku mau belanja kebutuhan, duluan ya." Aku tersenyum manis pada mereka."Oke."Beberapa langkah berjalan aku kembali menoleh ke belakang dan ternyata kebetulan sekali Ervin pun sedang menoleh ke belakang hingga kami saling bertatapan beberapa detik.Ah sudahlah, lupakan lelaki itu dan mulai hidup yang baru.*Sudah satu bulan aku tidak pernah bertemu dengan Ervin dan Virni, sengaja menyibukkan diri juga sengaja tidak membalas pesan darinya, aku ingin Ervin bahagia Aku juga berencana untuk tinggal di Amerika dalam waktu satu tahun, itu pun untuk kebutuhan perusahaan, perusahaan kami akan membuka cabang di sana.[Kenapa pesanku engga pernah dibalas? Aku punya salah]Pesan dari Ervin, dia tidak tahu saja jika aku sedang mendamaikan hati saat ini.[Maaf aku sibuk, Vin, ada apa emangnya]

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Bab 39

    Sontak saja Virni terlihat begitu bahagia mendengar perkataan Tante Alma, bahkan entah apa maksudnya ia meliriku sekilas setelah itu tersenyum-senyum melirik tante Alma."Boleh, Tante. Kapan mau datang? Nanti aku masakin makanan kesukaan Tante di rumah," sahut Virni."Gimana, Vin? Kapan mau ke rumah Virni?" Tante Alma bertanya pada putranya.Tetapi Ervin malah melirikku setelah itu melirik ibunya sambil menyuapkan makanan, aku tahu Ervin sungkan padaku atau tidak enak hati makanya ia menapku seperti itu."Emm, nanti aku pikirin lagi deh untuk sementara mau istirahat dulu di rumah," jawab Ervin."Iya, Tante, nanti saja nunggu Ervin benar-benar sembuh.""Ya sudah kalau begitu, kamu harus cepat sembuh, Vin," sahut Tante Alma.Di sini aku merasa seperti obat nyamuk, diacuhkan dan dianggap tidak ada, jika tahu akan begini lebih baik aku tadi memaksa untuk pulang."Tapi orang tuaku orang biasa-biasa aja, Tante, bukan orang kaya seperti keluarga Farah," sahut Virni lagi, perempuan itu pasti

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Bab 38

    Karena serangan dari ibunya Mas Andra bagian wajahku terdapat beberapa lebam terkena hantamannya ketika mengamuk usai persidangan Dinda kemarin.Belum lagi kepalaku masih sering berdenyut sakit lantaran dijambak dengan kuat, entah apa yang ada dalam pikiran ibunya Mas Andra, padahal sebelumnya ia sudah minta maaf atas perlakuan anaknya tetapi kenapa sekarang ia yang malah menyerangku.Saat ini Ervin sudah pulang ke rumah setelah beberapa minggu dirawat secara intensif di rumah sakit, tetapi ia mengatakan Satu bulan sekali harus kontrol dan juga meminum obat-obatan tertentu."Gimana keadaanmu sekarang, Vin?" Tanyaku, pulang dari kantor sengaja aku mampir ke rumahnya."Lebih baik, hanya saja aku bosan terus-menerus di rumah pengen kembali bekerja seperti biasanya."Ia memang diberikan jatah cuti satu bulan agar operasi cangkok jantungnya sukses seratus persen."Sabar dong, biar badan kamu pulih juga, kalau bosen bisa nonton TV, main HP, atau main game.""Engga ada yang asyik." Ia tersen

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Bab 37

    (POV DINDA)Menyesal, untuk saat ini kata-kata itu selalu terngiang di telinga, Aku menyesal karena telah ikut berambisi pada dendam ibu, dan yang paling menyakitkan adalah aku menyesal karena dengan mudahnya menyerahkan tubuh pada lelaki yang masih belum berstatus suamiku.Aku juga telah menyesal karena mencelakai Kak Farah, padahal selama ini ia sudah baik padaku memberikan barang-barang mahal bahkan juga memberikanku sebuah mobil walaupun pada akhirnya mobil itu diambil olehnya kembali, itu pun juga karena salahku semua orang akan melakukan hal yang sama jika ada di posisi Kak Farah.Bahkan aku mendengar jika pria yang menolong Kak Farah ketika diculik oleh orang suruhanku dalam keadaan sekarat karena membutuhkan donor jantung secepatnya, dan aku sama sekali tidak terima jika harus kakakku sendiri yang memberikan donor jantung pada lelaki ituItu artinya secara tidak langsung Kak Andra menebus semua kesalahanku dengan nyawanya, sekarang aku telah hancur oleh perbuatan sendiri karen

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Bab 36

    (POV MAYA)Perlahan-lahan Farah mengetahui rahasia besar Mas Andra dan keluarganya, yang ternyata mereka memiliki rencana busuk di balik pernikahan suci itu.Rupanya Farah bukan wanita bodoh yang bisa dibohongi seperti yang aku kira, padahal aku sudah membayangkan selama hidup dan memiliki anak-anak banyak akan menjalani kehidupan yang bergelimang harta yang bersumber dari Farah.Setelah Farah mengetahui rencana busuk Mas Andra dan keluarganya ia tidak lagi royal baik pada mas Andra ataupun pada keluarganya, perempuan itu seolah-olah menyelidiki semuanya secara diam-diam.Dan benar saja akhirnya pernikahanku pun terbongkar, Farah mengetahui jika aku istri pertamanya Mas Andra, ia nampak kecewa dan marah padaku yang merupakan salah satu karyawan terbaik di kantornya.Dunia ini terasa lebih hancur ketika Mas Andra meninggalkanku untuk selamanya, dalam keadaan aku hamil besar, ditambah Farah pun ternyata memecatku dari kantor lalu ibu mertua yang terlihat seperti membenciku seperti dulu.

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Bab 35

    (POV MAYA)Aku menikah dengan mas Andra tanpa restu orang tua, sebenarnya kedua orang tuaku telah menjodohkan aku dengan seseorang yang lebih dari Mas Andra, dia adalah seorang dosen yang mengajar di beberapa kampus ternama.Namun, karena sebuah kesalahan atas nama cinta aku terpaksa harus memilih Mas Andra, berhubungan intim adalah hal lumrah bagiku dan Mas Andra ketika kami pacaran dulu, aku yang terlanjur cinta begitu mudahnya memberikan mahkota pada lelaki yang bukan bergelar suami.Hingga akhirnya aku hamil diluar nikah, jelas saja aku panik melihat hasil tes kehamilan yang kupegang menunjukkan garis dua, tetapi tidak dengan Mas Andra ia terlihat biasa saja karena dirinya berdalih akan bertanggung jawab atas perbuatan yang sudah ia lakukan.Sebenarnya dulu Mas Andra tidak pernah tahu jika kedua orang tuaku tidak merestui kami, aku menyembunyikan hal itu dari Mas Andra agar ia tidak meninggalkanku, kedua orang tuaku pun tidak pernah memperlihatkan ketidaksukaannya pada mas Andra k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status