Share

Bab 6

Penulis: Ina Qirana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-15 11:22:53

 

Semenjak pertemuan dengan Bu Pipit kemarin aku semakin keras berfikir, jangan sampai Mas Andra berulah lebih jauh dalam mendzalimiku.

 

"Permisi, Bu."

 

Tiba-tiba Sekretarisku Maya masuk ke ruangan ini, ia memang memiliki akses yang bebas untuk keluar masuk ruangan, bahkan sampai mengelola keuanganku.

 

"Iya May, ada apa?" tanyaku, gadis itu terlihat pucat.

 

"Bu, saya mau cuti seminggu aja, untuk mengistirahatkan badan saya lagi sakit," ujarnya sambil meringis, tak lama ia terlihat seperti sedang mual.

 

"Kamu sakit apa kok mual-mual begitu?" tanyaku sambil menelisik wajahnya.

 

Ada ketegangan di wajah Maya, ia seperti memendam sesuatu, aku merasa aneh karena tak biasanya ia begitu.

 

"Sakit ... sakit lambung, Bu, hoooeeekk."

 

Hampir saja gadis itu muntah di hadapanku, karena memiliki riwayat penyakit yang sama, tiba-tiba perutku pun ikutan mual melihatnya seperti itu.

 

"Ohhh, kaya orang hamil aja kamu mual-mual begitu, hehe," ujarku sambil terkekeh.

 

"Ohh, engga kok, Bu ga hamil." Tiba-tiba ia gelagapan dan tegang, padahal aku cuma bercanda.

 

"Mau cuti berapa hari, May?"

 

"Satu Minggu aja, Bu, aku mau istirahat total," jawabnya menahan rasa mual, karena tak tega maka aku izinkan saja dan mengalihkan tugasnya pada orang lain.

 

"Ya sudah kamu boleh libur dulu Minggu ini, dan ini aku udah transfer buat berobat kamu, semoga membantu ya."

 

Kuperlihatkan laporan M Banking ke hadapan wajahnya, ia tersenyum malu-malu tapi mau.

 

"Wahh terima kasih, satu juta banyak banget, Bu, biasanya juga saya berobat paling mahal 300 ribu," ujarnya semringah, tapi wajahnya sama masih pucat.

 

"Ya sama-sama, itung-itung buat beli makanan kamu selama seminggu, cari dokter yang bagus jangan asal."

 

Ia menganggukkan kepala. "Iya, Bu."

 

Maya sudah seperti saudara sendiri, aku tak segan jika membantunya dalam masalah keuangan, ia sudah bekerja satu tahun di kantor ini dan kinerjanya patut diacungi jempol.

 

"Oh ya, ini proposal pengeluaran dana lagi, tolong Ibu tanda tangan ya," ujarnya sambil mengeluarkan satu buah map, aku terima dan langsung membacanya.

 

"Kok pengeluaran lagi?" Aku tertegun melihat angka 500 juta yang tertera di kertas itu.

 

"Iya, Bu, itu permintaan cabang pabrik yang baru, memang masih membutuhkan banyak dana, itu ada kok rinciannya," ujarnya lagi, aku melihat rinciannya dengan seksama, semua data ini memang masuk akal karena pabrik baru tersebut masih banyak membutuhkan biaya.

 

"Oh ya sudah." 

 

Tanpa fikir panjang aku segera menggoreskan tinta di ujung kertas putih itu, sebagai tanda persetujuan, ia meraih map itu kemudian permisi untuk keluar.

 

"Maya, cutinya mulai besok ya, jadi hari ini semua pekerjaan harus di selesaikan semua," ujarku saat ia membuka pintu hendak keluar.

 

"Iya, Bu."

 

Hari ini Mas Andra datang ke  kantor. Namun, ia sama sekali tak menyapaku, aneh sekali harusnya aku yang marah karena ia yang bersalah, dunia kok jadi terbalik tapi tak apa aku tak masalah, karena mobil Honda Civic yang mau dicuri Mas Andra kemarin sudah dilirik oleh pembeli.

 

Ponselku berdenting saat dicek ternyata Mas Andra yang mengirimkan pesan.

 

[Aku akan pulang malam] pesannya ya terkesan cuek dan dingin, karena muak kuputuskan untuk membiarkan pesan itu tanpa membalasnya.

 

Saat aku tiba di parkiran nampak mobil Mas Andra sudah meluncur duluan, kata hati mengatakan jika aku harus membuntuti mobilnya sekarang, entah mengapa tiba-tiba saja timbul rasa curiga.

 

Entah mau pergi ke mana lelaki itu, karena sejak tadi ia belum juga sampai ke tempat tujuannya, membuat tubuhku lelah karena seharian begitu sibuk dengan segudang pekerjaan.

 

Setelah satu jam lebih berputar-putar akhirnya mobil Mas Andra berhenti di depan sebuah bangunan besar, entah apa tujuannya ke sini. Namun, pria itu langsung turun dari mobil dan menghampiri pekerja di sana, bisa dikatakan jika dia seorang mandor terlihat dari cara berpakaiannya yang berbeda dari pegawai lain.

 

Cukup lama sekali mereka berbincang dan berkeliling ke dalam dan belakang bangunan, setelah itu terlihat Mas Andra memasuki mobil dan melajukannya kembali, entah mau ke mana lagi lelaki itu pergi.

 

Karena penasaran dengan bangunan yang besar dan bertingkat itu, aku memutuskan untuk turun dan menemui lelaki yang tadi berbicara dengan Mas Andra.

 

"Permisi, Pak, maaf ganggu," ujarku ramah sambil menelungkupkan tangan di dada.

 

"Oh iya, engga ganggu kok, ada apa ya, Mbak?" tanya lelaki itu.

 

"Ini saya mau tanya, bangunan ini siapa yang mendirikan ya? terus tadi Pak Andra ngapain mampir ke sini?" tanyaku sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling.

 

"Maaf, Mbak ini siapanya Pa Andra ya?" lelaki itu malah balik bertanya.

 

"Oh saya temannya kok." Aku berusaha tersenyum walau sungkan

 

"Bangunan ini didirikan Pak Andra dia mau bikin mall di daerah sini, dan tadi beliau ke sini cuma mau ngecek pembangunannya sudah sampai mana," jawab lelaki itu membuatku bertanya-tanya

 

Sejak kapan ia punya rencana untuk membangun mall sebesar ini? terus kenapa sebagai istri aku tak diberi tahu? dan juga dari mana uangnya sehingga ia bisa membangun mall yang begitu besar?

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Tamat

    "Hay, Vin." Aku tersenyum padanya.Virni tersenyum manis padaku sementara Ervin terlihat canggung, padahal seharusnya biasa saja tidak perlu berekspresi seperti itu."Kamu mau ke mana, Rah?" Tanya Virni."Aku mau belanja kebutuhan, duluan ya." Aku tersenyum manis pada mereka."Oke."Beberapa langkah berjalan aku kembali menoleh ke belakang dan ternyata kebetulan sekali Ervin pun sedang menoleh ke belakang hingga kami saling bertatapan beberapa detik.Ah sudahlah, lupakan lelaki itu dan mulai hidup yang baru.*Sudah satu bulan aku tidak pernah bertemu dengan Ervin dan Virni, sengaja menyibukkan diri juga sengaja tidak membalas pesan darinya, aku ingin Ervin bahagia Aku juga berencana untuk tinggal di Amerika dalam waktu satu tahun, itu pun untuk kebutuhan perusahaan, perusahaan kami akan membuka cabang di sana.[Kenapa pesanku engga pernah dibalas? Aku punya salah]Pesan dari Ervin, dia tidak tahu saja jika aku sedang mendamaikan hati saat ini.[Maaf aku sibuk, Vin, ada apa emangnya]

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Bab 39

    Sontak saja Virni terlihat begitu bahagia mendengar perkataan Tante Alma, bahkan entah apa maksudnya ia meliriku sekilas setelah itu tersenyum-senyum melirik tante Alma."Boleh, Tante. Kapan mau datang? Nanti aku masakin makanan kesukaan Tante di rumah," sahut Virni."Gimana, Vin? Kapan mau ke rumah Virni?" Tante Alma bertanya pada putranya.Tetapi Ervin malah melirikku setelah itu melirik ibunya sambil menyuapkan makanan, aku tahu Ervin sungkan padaku atau tidak enak hati makanya ia menapku seperti itu."Emm, nanti aku pikirin lagi deh untuk sementara mau istirahat dulu di rumah," jawab Ervin."Iya, Tante, nanti saja nunggu Ervin benar-benar sembuh.""Ya sudah kalau begitu, kamu harus cepat sembuh, Vin," sahut Tante Alma.Di sini aku merasa seperti obat nyamuk, diacuhkan dan dianggap tidak ada, jika tahu akan begini lebih baik aku tadi memaksa untuk pulang."Tapi orang tuaku orang biasa-biasa aja, Tante, bukan orang kaya seperti keluarga Farah," sahut Virni lagi, perempuan itu pasti

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Bab 38

    Karena serangan dari ibunya Mas Andra bagian wajahku terdapat beberapa lebam terkena hantamannya ketika mengamuk usai persidangan Dinda kemarin.Belum lagi kepalaku masih sering berdenyut sakit lantaran dijambak dengan kuat, entah apa yang ada dalam pikiran ibunya Mas Andra, padahal sebelumnya ia sudah minta maaf atas perlakuan anaknya tetapi kenapa sekarang ia yang malah menyerangku.Saat ini Ervin sudah pulang ke rumah setelah beberapa minggu dirawat secara intensif di rumah sakit, tetapi ia mengatakan Satu bulan sekali harus kontrol dan juga meminum obat-obatan tertentu."Gimana keadaanmu sekarang, Vin?" Tanyaku, pulang dari kantor sengaja aku mampir ke rumahnya."Lebih baik, hanya saja aku bosan terus-menerus di rumah pengen kembali bekerja seperti biasanya."Ia memang diberikan jatah cuti satu bulan agar operasi cangkok jantungnya sukses seratus persen."Sabar dong, biar badan kamu pulih juga, kalau bosen bisa nonton TV, main HP, atau main game.""Engga ada yang asyik." Ia tersen

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Bab 37

    (POV DINDA)Menyesal, untuk saat ini kata-kata itu selalu terngiang di telinga, Aku menyesal karena telah ikut berambisi pada dendam ibu, dan yang paling menyakitkan adalah aku menyesal karena dengan mudahnya menyerahkan tubuh pada lelaki yang masih belum berstatus suamiku.Aku juga telah menyesal karena mencelakai Kak Farah, padahal selama ini ia sudah baik padaku memberikan barang-barang mahal bahkan juga memberikanku sebuah mobil walaupun pada akhirnya mobil itu diambil olehnya kembali, itu pun juga karena salahku semua orang akan melakukan hal yang sama jika ada di posisi Kak Farah.Bahkan aku mendengar jika pria yang menolong Kak Farah ketika diculik oleh orang suruhanku dalam keadaan sekarat karena membutuhkan donor jantung secepatnya, dan aku sama sekali tidak terima jika harus kakakku sendiri yang memberikan donor jantung pada lelaki ituItu artinya secara tidak langsung Kak Andra menebus semua kesalahanku dengan nyawanya, sekarang aku telah hancur oleh perbuatan sendiri karen

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Bab 36

    (POV MAYA)Perlahan-lahan Farah mengetahui rahasia besar Mas Andra dan keluarganya, yang ternyata mereka memiliki rencana busuk di balik pernikahan suci itu.Rupanya Farah bukan wanita bodoh yang bisa dibohongi seperti yang aku kira, padahal aku sudah membayangkan selama hidup dan memiliki anak-anak banyak akan menjalani kehidupan yang bergelimang harta yang bersumber dari Farah.Setelah Farah mengetahui rencana busuk Mas Andra dan keluarganya ia tidak lagi royal baik pada mas Andra ataupun pada keluarganya, perempuan itu seolah-olah menyelidiki semuanya secara diam-diam.Dan benar saja akhirnya pernikahanku pun terbongkar, Farah mengetahui jika aku istri pertamanya Mas Andra, ia nampak kecewa dan marah padaku yang merupakan salah satu karyawan terbaik di kantornya.Dunia ini terasa lebih hancur ketika Mas Andra meninggalkanku untuk selamanya, dalam keadaan aku hamil besar, ditambah Farah pun ternyata memecatku dari kantor lalu ibu mertua yang terlihat seperti membenciku seperti dulu.

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Bab 35

    (POV MAYA)Aku menikah dengan mas Andra tanpa restu orang tua, sebenarnya kedua orang tuaku telah menjodohkan aku dengan seseorang yang lebih dari Mas Andra, dia adalah seorang dosen yang mengajar di beberapa kampus ternama.Namun, karena sebuah kesalahan atas nama cinta aku terpaksa harus memilih Mas Andra, berhubungan intim adalah hal lumrah bagiku dan Mas Andra ketika kami pacaran dulu, aku yang terlanjur cinta begitu mudahnya memberikan mahkota pada lelaki yang bukan bergelar suami.Hingga akhirnya aku hamil diluar nikah, jelas saja aku panik melihat hasil tes kehamilan yang kupegang menunjukkan garis dua, tetapi tidak dengan Mas Andra ia terlihat biasa saja karena dirinya berdalih akan bertanggung jawab atas perbuatan yang sudah ia lakukan.Sebenarnya dulu Mas Andra tidak pernah tahu jika kedua orang tuaku tidak merestui kami, aku menyembunyikan hal itu dari Mas Andra agar ia tidak meninggalkanku, kedua orang tuaku pun tidak pernah memperlihatkan ketidaksukaannya pada mas Andra k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status