Share

Bab 8

Penulis: Ina Qirana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-29 12:47:28

 

 

"Anak-anak harus pada tahu nih kalau si  Maya hamil duluan," celetuk Clara, dia memang heboh kalau soal membicarakan kejelekan orang lain.

 

"Jangan umbar aib orang, kalau ga mau nanti aibmu diumbar juga sama Allah," jawabku sedikit tegas, dan ia terlihat menciut.

 

"Kamu tahu di mana alamat rumah Maya yang baru?" tanyaku, karena empat bulan yang lalu Maya bilang sudah pindah ke rumah yang lebih layak.

 

"Oh tahu kok, Bu, mau aku tulis alamatnya sekarang?" tawar gadis cerewet itu, aku mengangguk sambil menyerahkan satu buah kertas dan pulpen.

 

"Ini, Bu," ujarnya saat selesai menuliskan alamat rumah Maya.

 

Gadis itu berlalu dari ruanganku, dan setelahnya datang Om Juna, ia adalah kakak angkat ayahku, setelah ayah dan bunda tiada dialah sebagai gantinya, melindungiku layaknya Putri sendiri, tak hanya itu ia juga mengelola perusahaan ini saat aku masih kuliah.

 

"Assalamualaikum, Farah, kamu baik-baik aja?" tanya Om Juna lalu kami duduk berdampingan di sofa ruang kerja ini.

 

"Alhamdulillah baik, Om."

 

Ia nampak lebih segar mungkin penyakit komplikasi yang dideritanya selama ini sudah berangsur membaik.

 

"Oh ya gimana kabar perusahaan ini? kamu kesulitan ga?" tanya Om Juna

 

Sejujurnya aku baru satu tahun mengelola perusahaan warisan ini, karena sebelumnya perusahaan dikelola oleh ayah dan setelah ia wafat Om Juna yang memegang amanah besar ini, dan setelah aku lulus kuliah Om Juna memaksaku untuk menggantikan posisinya.

 

Padahal, waktu itu aku belum siap menanggung amanah dari ayah, masih suka hidup bebas dan menikmati harta ayah dengan cara foya-foya.

 

Beruntung Om Juna seseorang yang tidak tamak terhadap harta, sehingga ia mendidik dan membimbingku menjadi pribadi mandiri dan bertanggung jawab.

 

Kadang aku mengeluh tentang sulitnya mengatur perusahaan. Namun, ia selalu siaga memberiku kekuatan baik berupa nasihat ataupun solusi berupa dukungan.

 

Ia juga berpesan agar aku mengelola perusahaan ini walau dalam keadaan apapun dan jangan biarkan Mas Andra menguasainya, ternyata pesannya itu ada benarnya juga.

 

"Farah, kok bengong? ada masalah?" tanya Om Juna seolah tahu kegundahanku.

 

"Perusahaan baik, Om, Alhamdulillah berkembang pesat dan sekarang lagi buka cabang baru."

 

Ia mangut-mangut sambil mengucap Hamdallah.

 

"Lalu gimana dengan Andra?"

 

Aku terdiam ingin sekali mencurahkan semua masalah ini padanya. Namun, takut sekali jika masalah berat ini hanya akan menjadi beban dan memperparah penyakitnya.

 

"Kalau ada masalah bilang sama Om, jangan dipendem sendiri," ujar Om Juna lagi.

 

Aku menghirup napas sebelum memulai kata.

 

"Ternyata kecurigaan Om benar, Mas Andra ga tulus nikahi aku." 

 

Terpaksa kuceritakan, jika bukan padanya maka pada siapa lagi, hanya Om Juna keluargaku.

 

"Astaghfirullah, jadi dia nikahi kamu cuma karena ingin kaya gitu? apa dia selingkuh?" tanya Om Juna emosi.

 

Ya Tuhan jangan sampai ia terkena serangan jantung.

 

"Emmm ...." 

 

Bingung, haruskah kuceritakan semua?

 

"Ngomong aja, Farah, jangan dipendem sendiri Om ga apa-apa kok." Om Juna meyakinkan.

 

"Bukan hanya ingin kaya, tapi Mas Andra nikahi aku karena punya tujuan," ujarku sambil menatap matanya.

 

Ia terkejut lalu mengucapkan kalimat istighfar.

 

"Apa tujuannya?" tanya Om Juna sambil membetulkan posisi duduknya.

 

"Aku pernah dengar Mas Andra ngobrol dengan ibu dan adiknya, kalau tujuannya menikahiku karena ingin menguras hartaku sepuasnya."

 

"Astaghfirullah."

 

Om Juna beristighfar lagi, mungkin ia tak menyangka suamiku akan berlaku sekejam itu dalam menodai ikatan suci ini, jangankan Om Juna aku saja tak menyangka.

 

"Kenapa dia dan keluarganya berencana begitu? bukankah kamu selalu baik pada mereka?" 

 

Om Juna masih penasaran, beruntung tubuhnya tak apa-apa mendengar kabar tak enak ini.

 

"Katanya dulu keluarga Bahtiar merebut semuanya dari ayahnya, entah itu merebut harta atau apa karena aku ga nyimak lagi obrolannya."

 

"Apa?!"

 

Om Juna nampak terkejut, apakah ia tahu sesuatu?

 

"Apa Om tahu sesuatu?" tanyaku sambil menelisik wajahnya.

 

"Apa ayahnya Andra itu Muhtar Koswara nama panjangnya?" 

 

Aku tertegun mengapa Om Juna bisa tahu, bukankah waktu kami menikah ia tak hadir karena sedang dirawat di rumah sakit.

 

"Iya, Om, namanya Muhtar Koswara aku pernah lihat di kartu keluarga punya ibu mertua," jawabku, Om Juna terlihat memalingkan wajah dengan cemas.

 

"Emang kenapa, Om? Apa Mas Andra ingin balas dendam tentang kematian ayahnya? atau kakekku sudah mendzalimi mereka?" tanyaku penasaran.

 

Om Juna malah diam dan bungkam, pandangannya lurus ke depan disertai dengan raut wajah penuh kecemasan.

 

"Om, ada apa sih?" tanyaku lagi sambil mengguncang lengannya.

 

"Farah, kamu harus hati-hati sama Andra, kalau perlu pasang juga CCTV di seluruh ruangan rumahmu, atau nanti Om akan kirim orang untuk menjagamu di rumah," ujar Om Juna dengan cemas.

 

Aku mengerenyit merasa aneh dengan tingkahnya yang berlebihan, bukankah selama ini Mas Andra tak pernah meyakiti fisikku.

 

"Emang kenapa Om? Apa Mas Andra orang jahat?" tanyaku makin penasaran.

 

"Nanti akan Om ceritakan, tapi ga di sini nanti didengar oleh karyawan lain."

 

Huhh, Om Juna hampir membuatku mati penasaran, dia 'kan bisa menjelaskannya pelan-pelan.

 

"Besok atau nanti sore kamu mampir ke rumah Om saja, nanti tak ceritakan semuanya di sana."

 

Ya sudahlah jika itu yang terbaik menurutnya, setelah memantau data-data perusahaan, lelaki yang mengenakkan tongkat saat berjalan itu pamit untuk pulang.

 

Ia berpesan untuk tetap waspada dan hati-hati, dan juga harus ketat mengelola keuangan perusahaan ini, Om Juna curiga ada yang menggelapkan uang perusahaan.

 

Jika begini aku merasa bodoh dan tak becus, lama-lama bangkrut juga kalau aku yang kelola, semoga saja Om Juna cepat pulih sepenuhnya agar bisa membantuku di kantor.

 

*

 

Pulang dari kantor aku memutuskan mencari alamat rumah Maya, rasa penasaran ini yang membuatku tak bisa menahan diri untuk menemuinya, saking penasaran kenapa alat tes kehamilan ini ada di lacinya.

 

Ternyata rumahnya cukup jauh dari kantor, juga terletak di perumahan bagus, entah rumahnya itu masih nyicil atau sudah lunas.

 

Setelah yakin jika rumah yang berwarna krem bernomor 17 itu rumah Maya, aku memarkirkan mobil di hadapan pagar rumah minimalis tapi berlantai dua itu.

 

Hari sudah gelap karena adzan isya sudah berkumandang, tak lama ada yang menutup jendela rumah Maya, ia seorang lelaki dan setelah wajahnya sempura terlihat, betapa terkejutnya aku ternyata Mas Andra ada di dalam rumah itu, ia sedang celingukan ke kiri dan ke kanan lalu menutup rapat-rapat jendela itu.

 

Apa jangan-jangan? Lihat saja Mas aku akan melabrakmu sekarang juga!

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Tamat

    "Hay, Vin." Aku tersenyum padanya.Virni tersenyum manis padaku sementara Ervin terlihat canggung, padahal seharusnya biasa saja tidak perlu berekspresi seperti itu."Kamu mau ke mana, Rah?" Tanya Virni."Aku mau belanja kebutuhan, duluan ya." Aku tersenyum manis pada mereka."Oke."Beberapa langkah berjalan aku kembali menoleh ke belakang dan ternyata kebetulan sekali Ervin pun sedang menoleh ke belakang hingga kami saling bertatapan beberapa detik.Ah sudahlah, lupakan lelaki itu dan mulai hidup yang baru.*Sudah satu bulan aku tidak pernah bertemu dengan Ervin dan Virni, sengaja menyibukkan diri juga sengaja tidak membalas pesan darinya, aku ingin Ervin bahagia Aku juga berencana untuk tinggal di Amerika dalam waktu satu tahun, itu pun untuk kebutuhan perusahaan, perusahaan kami akan membuka cabang di sana.[Kenapa pesanku engga pernah dibalas? Aku punya salah]Pesan dari Ervin, dia tidak tahu saja jika aku sedang mendamaikan hati saat ini.[Maaf aku sibuk, Vin, ada apa emangnya]

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Bab 39

    Sontak saja Virni terlihat begitu bahagia mendengar perkataan Tante Alma, bahkan entah apa maksudnya ia meliriku sekilas setelah itu tersenyum-senyum melirik tante Alma."Boleh, Tante. Kapan mau datang? Nanti aku masakin makanan kesukaan Tante di rumah," sahut Virni."Gimana, Vin? Kapan mau ke rumah Virni?" Tante Alma bertanya pada putranya.Tetapi Ervin malah melirikku setelah itu melirik ibunya sambil menyuapkan makanan, aku tahu Ervin sungkan padaku atau tidak enak hati makanya ia menapku seperti itu."Emm, nanti aku pikirin lagi deh untuk sementara mau istirahat dulu di rumah," jawab Ervin."Iya, Tante, nanti saja nunggu Ervin benar-benar sembuh.""Ya sudah kalau begitu, kamu harus cepat sembuh, Vin," sahut Tante Alma.Di sini aku merasa seperti obat nyamuk, diacuhkan dan dianggap tidak ada, jika tahu akan begini lebih baik aku tadi memaksa untuk pulang."Tapi orang tuaku orang biasa-biasa aja, Tante, bukan orang kaya seperti keluarga Farah," sahut Virni lagi, perempuan itu pasti

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Bab 38

    Karena serangan dari ibunya Mas Andra bagian wajahku terdapat beberapa lebam terkena hantamannya ketika mengamuk usai persidangan Dinda kemarin.Belum lagi kepalaku masih sering berdenyut sakit lantaran dijambak dengan kuat, entah apa yang ada dalam pikiran ibunya Mas Andra, padahal sebelumnya ia sudah minta maaf atas perlakuan anaknya tetapi kenapa sekarang ia yang malah menyerangku.Saat ini Ervin sudah pulang ke rumah setelah beberapa minggu dirawat secara intensif di rumah sakit, tetapi ia mengatakan Satu bulan sekali harus kontrol dan juga meminum obat-obatan tertentu."Gimana keadaanmu sekarang, Vin?" Tanyaku, pulang dari kantor sengaja aku mampir ke rumahnya."Lebih baik, hanya saja aku bosan terus-menerus di rumah pengen kembali bekerja seperti biasanya."Ia memang diberikan jatah cuti satu bulan agar operasi cangkok jantungnya sukses seratus persen."Sabar dong, biar badan kamu pulih juga, kalau bosen bisa nonton TV, main HP, atau main game.""Engga ada yang asyik." Ia tersen

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Bab 37

    (POV DINDA)Menyesal, untuk saat ini kata-kata itu selalu terngiang di telinga, Aku menyesal karena telah ikut berambisi pada dendam ibu, dan yang paling menyakitkan adalah aku menyesal karena dengan mudahnya menyerahkan tubuh pada lelaki yang masih belum berstatus suamiku.Aku juga telah menyesal karena mencelakai Kak Farah, padahal selama ini ia sudah baik padaku memberikan barang-barang mahal bahkan juga memberikanku sebuah mobil walaupun pada akhirnya mobil itu diambil olehnya kembali, itu pun juga karena salahku semua orang akan melakukan hal yang sama jika ada di posisi Kak Farah.Bahkan aku mendengar jika pria yang menolong Kak Farah ketika diculik oleh orang suruhanku dalam keadaan sekarat karena membutuhkan donor jantung secepatnya, dan aku sama sekali tidak terima jika harus kakakku sendiri yang memberikan donor jantung pada lelaki ituItu artinya secara tidak langsung Kak Andra menebus semua kesalahanku dengan nyawanya, sekarang aku telah hancur oleh perbuatan sendiri karen

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Bab 36

    (POV MAYA)Perlahan-lahan Farah mengetahui rahasia besar Mas Andra dan keluarganya, yang ternyata mereka memiliki rencana busuk di balik pernikahan suci itu.Rupanya Farah bukan wanita bodoh yang bisa dibohongi seperti yang aku kira, padahal aku sudah membayangkan selama hidup dan memiliki anak-anak banyak akan menjalani kehidupan yang bergelimang harta yang bersumber dari Farah.Setelah Farah mengetahui rencana busuk Mas Andra dan keluarganya ia tidak lagi royal baik pada mas Andra ataupun pada keluarganya, perempuan itu seolah-olah menyelidiki semuanya secara diam-diam.Dan benar saja akhirnya pernikahanku pun terbongkar, Farah mengetahui jika aku istri pertamanya Mas Andra, ia nampak kecewa dan marah padaku yang merupakan salah satu karyawan terbaik di kantornya.Dunia ini terasa lebih hancur ketika Mas Andra meninggalkanku untuk selamanya, dalam keadaan aku hamil besar, ditambah Farah pun ternyata memecatku dari kantor lalu ibu mertua yang terlihat seperti membenciku seperti dulu.

  • Rencana Busuk Suamiku dan Keluarganya    Bab 35

    (POV MAYA)Aku menikah dengan mas Andra tanpa restu orang tua, sebenarnya kedua orang tuaku telah menjodohkan aku dengan seseorang yang lebih dari Mas Andra, dia adalah seorang dosen yang mengajar di beberapa kampus ternama.Namun, karena sebuah kesalahan atas nama cinta aku terpaksa harus memilih Mas Andra, berhubungan intim adalah hal lumrah bagiku dan Mas Andra ketika kami pacaran dulu, aku yang terlanjur cinta begitu mudahnya memberikan mahkota pada lelaki yang bukan bergelar suami.Hingga akhirnya aku hamil diluar nikah, jelas saja aku panik melihat hasil tes kehamilan yang kupegang menunjukkan garis dua, tetapi tidak dengan Mas Andra ia terlihat biasa saja karena dirinya berdalih akan bertanggung jawab atas perbuatan yang sudah ia lakukan.Sebenarnya dulu Mas Andra tidak pernah tahu jika kedua orang tuaku tidak merestui kami, aku menyembunyikan hal itu dari Mas Andra agar ia tidak meninggalkanku, kedua orang tuaku pun tidak pernah memperlihatkan ketidaksukaannya pada mas Andra k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status