Share

Kembali Mengetuk Pintu

Arav yang juga telah sampai di kediamannya? Tanpa membuang waktu langsung mengganti pakaiannya setelah mandi. Namun setelah ia melihat buku yang dipungutnya? Hatinya bertanya-tanya sambil berjalan pelan.

Dalam hatinya ia berniat untuk mengembalikan buku itu? Namun ia tidak tahu di mana alamat rumah pemilik buku itu. Tanpa pikir panjang ia kembali meletakan buku itu di atas meja kerjanya. Namun? Mata Arav kembali dipenuhi dengan rasa penasaran ketika ia melihat lembaran buku terbuka yang tertiup angin.

Seolah tidak ingin rasa penasaran itu menghantuinya! Ia langsung membaca buku itu dimulai dari lembaran terbuka yang ia lihat pertama kali.

“R.C.A.” Tulisan yang ia lihat di sampul buku itu.

“Sepertinya nama inisial yang punya,” ucap Arav sambil tersenyum.

Arav yang penasaran langsung membuka dan membaca isi diary itu.

“Waktu kian berjalan pergi, semakin lama semakin jauh? Seakan sangat lambat untuk bergerak. Namun? Tanpa sadar! Ternyata aku yang semakin ketinggalan. Aku dan diriku ini? Selalu sangat menongkat dagu di jendela ini. Waktu yang sedang berjalan tidak ku hiraukan. Aku menyangka ia sedang berjalan? Akan tetapi pada kenyataannya,  ia berlari begitu cepat. Tetapi yang pasti aku masih tetap di sini dengan menghitung hari. Tanpa aku sadari apa yang kucari selama ini belum juga kutemui.”

“Aku dan diriku terkadang pernah keliru? Ke mana arah tujuanku yang harus aku ambil. Sering lupa dalam sadarku, sering terlena dengan waktu. Seolah waktu tiada penghujungnya? Seolah malam pun tidak akan menjelma, Matahari seakan terus bersinar. Seketika aku terlupa dalam teriknya matahari yang bersinar.”

“Mungkin mendung akan datang? Lalu menjatuhkan airnya. Aku dan diriku selalu mencari bahagia dalam derita ini. Namun bila bahagia datang? Dan aku masih begini? Mungkin memang begini jalan ceritaku.”

“Hemm! Sangat menarik,” Ucap Arav.

“Gadis yang berbakat seperti ini pasti akan sangat rugi jika salah mengambil jalan? Harus ada orang yang membimbingnya,” lanjutnya tanpa ia sadari kata itu keluar dari mulutnya.

Saat ingin membaca halaman yang selanjutnya? Arav tiba-tiba memurungkan niatnya sambil menutup buku itu. Dalam benaknya sempat terlintas untuk menyimpan buku itu untuk sementara waktu, sambil tertawa sendiri? entah apa yang telah merasuki pikirannya? Setelah ia membayangkan apa yang akan terjadi untuk kedepannya jika sesuai dengan rencananya.

Sementara itu di lain tempat.

Setelah cukup lama berada dalam mobil? Kini keduanya telah bangun dan langsung keluar dari mobil dengan pelan.

Sesampainya di kamar? Riska langsung meletakkan tas di atas meja belajarnya sambil membaringkan diri di atas kasur tanpa mengganti seragamnya terlebih dahulu karena lupa. 

Sambil melihat langit-langit kamarnya itu? Riska yang saat itu merenungkan kejadian hari ini yang menimpa dirinya bertanya-tanya dalam kepalanya? “Kenapa semua ini seolah sudah pernah kualami.” Riska yang merasa Dejavu sembari mengangkat tangan kanannya di atas dahinya.

“Di mana sajak dan syair akan kutulis sore ini? Atau masihkah ia bersembunyi di antara hati yang sunyi ini ya.”

Riska kembali mengingat Diary nya, dan itu kembali membuat ia tidak karuan.

Tidak lama berlalu? Claisya datang menjumpai Riska. Ia berencana mengajak Riska untuk makan bersama? Tapi sepertinya ia akan memurungkan niatnya itu setelah melihat Riska yang tertidur lelap.

:Hemm! masih muda begini kok bawaannya galau mulu sih dek,” gumam Claisya sembari menatap wajah Riska yang tertidur dengan tatapan senang melihat adiknya itu.

Niat awal Claisya yang ingin menjahili Riska berganti setelah melihat keadaan itu. Dan akhirnya ia juga tertidur di samping Riska.

“Halo! Wah. sudah lama tidak mendengar kabar dari Pangeran kita? Lu sekarang di mana Rav? Anak-anak lagi menunggu kamu. Cuma kamu saja yang belum datang.”

Terdengar suara seseorang dari ponsel Arav.

“Nggak ada berubahnya ya kamu bro? Kapan berubahnya sih kamu,” jawab Arav

”Hahaa! ada angin apa ini? Jawaban kamu kok baik banget. Kalau begitu bagaimana! Pasti datang kan?”

“Maaf Sel! Sepertinya gw gak bakal bisa datang? Bilang sama yang lain gw minta maaf ya.”

Arav berusaha untuk menghindari acara itu.

“Yah! Begitu lagi kamu?”

Namun belum selesai temannya itu berbicara Arav langsung mematikan ponselnya.

Setelah ia menolak beberapa panggilan? Hatinya langsung hancur tidak karuan. Setelah ia menerima pesan yang masuk.

“Ailen juga di sini Rav? Dia yang meminta gw untuk hubungin lu! Katanya dia akan nyamperin lu kalo lu gak datang.”

DEG ...! Arav yang secara tiba-tiba merasa sesak seperti tidak mempercayai pesan dari temannya itu.

“Kenapa ...! kenapa bisa-bisanya harus kamu Ailen?” gumam Arav.

Arav bersandar di dinding kamarnya setelah ia kembali mengingat kenangan yang telah lama ia lupakan.

Kini perasaan Arav di penuhi rasa yang tidak karuan? Hatinya yang bertanya-tanya terasa sesak setelah mengingat hal yang sudah lama dia lupakan itu.

Ingatan yang telah ia kubur dalam-dalam kini kembali bagaikan ombak yang begitu deras. Arav yang awalnya terlihat kuat, namun tidak berdaya setelah mengingat semua ini.

Jiwa Arav yang kini terasa kosong mulai bertanya-tanya. Apa yang belum ia temui? Perasaannya yang terasa pudar? Kini di mana ia harus mencarinya. Kini hatinya yang kusut kembali melanda? Dalam kemelut dunia ini, Arav bertanya?

“Perasaan apakah ini? Ia yang kembali hadir? Kini aku merasa bagaikan tersingkir.”

Perasaan sepi yang sedang menguasai relung hati Arav? Kini sedang menyendiri dalam sepi. Sepi dalam keriuhan saat ia sedang mencari sebuah kepastian.

“Adakalanya begitu menyakitkan? Namun bukan seperti ini yang kuharapkan. Ailen! kamu memang ....”

Kehilangan! sepertinya bukan itu yang dirasakannya sekarang? Bagaikan mencari sesuatu. Tapi? Semakin Arav mencari? Semakin menjauh yang ia cari.

“Mengapa begini! Ailen? Setelah semua yang kamu lakukan ini. Pedih rasa hati ini bagaikan ditusuk duri.”

Cobaan yang kini datang mendera Arav? Beribu tanya di kepalanya tentang Ailen.

“Mengapa hanya melihat hari ini saja? Sehingga yang lalu hanyalah fatamorgana belaka. Setelah dengan semua ini?” ucap Arav tidak karuan.

Setelah Arav tersadar dari khayalan hati yang menyakitkan itu? Ia berusaha bangkit dari keterpurukan yang tidak berguna itu.

Alasan khusus mengapa Arav selama ini tidak pernah menerima ajakan teman-temannya untuk berkumpul bersama tidak lain adalah untuk melupakan Ailen? Karena jika ia ikut berkumpul pasti ada saja temannya yang mencoba membahas tentang Ailen. Itulah mengapa ia selalu beralasan jika diajak berkumpul.

Namun kini semakin Arav mencoba untuk melupakan Ailen! Malah semakin menambah rasa sesak di hatinya. Ia kembali mengingat masa saat terakhir ia bersama Ailen dulu.

“Aku bisa saja tersenyum ketika melihatmu dan juga bernapas lega ketika melihatmu bahagia.”

Arav mengingat kembali kata yang diucapkan Ailen dengan tersenyum pada dia sebelumnya.

Dalam diamnya Arav masih mengingat saat terakhir kalinya ia bertemu dengan Ailen.

“Namun aku hanya bisa bermimpi? Suatu saat nanti kita bisa bersama lagi? Kembali menuai benih-benih cinta yang sudah layu di antara kita,” ucap Ailen.

“Kok kamu berkata begitu Ailen? Apa maksudnya! Aku tidak paham. Ja-jangan bercanda Ailen?” tanya Arav penasaran.

“Arav! Maafkan aku. Sepertinya hanya sampai di sini kisah kita. Aku mohon lupakanlah semua yang sudah pernah kita jalani.” Ailen melepaskan tangannya sambil meninggalkan Arav yang dalam kebingungan.

Setelah menghela nafasnya? Walau Ailen merasa berat harus berkata, tetapi keadaan yang memaksa Ailen untuk berterus terang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status