Share

Sifat Yang Tersembunyi

Jika memang cinta sulit membedakan antara yang benar dan yang salah? Jadi! Kenapa Ailen melarikan diri dan tidak berani menghadapi ini semua. Itu adalah pertanyaan yang selalu membayangi pikiran Arav.

”Cinta sungguh memerlukan keberanian untuk menghadapi rumor dan gosip. Jadi ...? kenapa kamu lari dari semua ini Ailen” gumam Arav dengan hati yang kecewa.

Setelah selesai merenung? Arav akhirnya memutuskan untuk menemui Ailen dengan harapan agar semua bisa menjadi lebih jelas.

Tidak lama berlalu! Arav sampai juga di pertemuan itu. Tempat teman-temannya biasa untuk berkumpul bersama.

“Nah ...! itu dia akhirnya datang juga,” ucap salah satu teman Arav.

Suasana yang menjadi terasa ramai setelah kedatangan Arav pun akhirnya menjadi pecah setelah sekian lama dia tidak menghadiri perkumpulan itu.

“Wah ...! akhirnya pangeran yang kita tunggu-tunggu datang juga. Ayo duduk sini Rav.” sapa Ansel dengan gembira. Teman yang menghubungi Arav sebelumnya.

Tanpa berkata apa-apa? Arav pun duduk di sebelah Ansel dan tanpa sadar dia duduk berhadapan langsung dengan Ailen.

Hati Arav menjadi sesak begitu dia melihat langsung perubahan yang terlihat dari Ailen. Perasaan yang campur aduk? Seakan Arav tidak percaya dengan apa yang dia lihat di hadapannya itu.

“Hai Arav? Apa kabar?” sapa Ailen dengan tersenyum.

Arav yang hanya diam sambil memandangi Ailen tidak menjawab. Dia berharap kekecewaannya selama ini bisa dia lampiaskan pada Ailen dengan bertemu seperti ini. Dia tidak tahu apakah harus senang atau sedih saat ini.

Melihat suasana yang seperti mencekam di meja itu? Ansel dan beberapa teman lainnya mencoba beralasan memberikan waktu untuk mereka berdua.

“Sepertinya ada yang memanggil saya.”

“Ah kenapa minumanku tidak ditaruh gula sih! Aku harus menemui pelayan di sini.”

“Aku tinggal dulu ya Rav! Aku juga sempat kaget tadi, semoga berhasil.” bisik Ansel sambil menepuk pundak Arav untuk memberi semangat.

Setelah berbagai alasan itu, kini tinggal mereka berdua yang berada di meja itu.

“Lama tidak bertemu Rav? Kata anak-anak kamu sangat susah untuk diajak seperti ini. Tapi hari ini tumben kamu ....”

“CUKUP AILEN,” tegas Arav dengan sedikit nada tinggi.

Seketika Ailen terdiam melihat Arav yang begitu di hadapannya.

“Maaf Rav? Aku ingin menemuimu bukan untuk melihat keadaanmu yang menyedihkan ini? Ada hal yang ingin aku sampaikan pada ....”

“Sudah bertahun-tahun Len! Aku selalu mencari kabar ke mana-mana. Siang dan malam aku bahkan tidak bisa tidur! Apa kamu tahu itu semua,” potong Arav dengan sedikit nada yang bergetar.

Namun tidak ada tanggapan yang serius dari Ailen. Tentu hal ini semakin membuat rasa kecewa semakin bertambah.

“Hah ...! bodohnya aku yang jauh-jauh datang hanya untuk mendengar ocehanmu itu Rav,” sahut Ailen sambil memainkan ujung rambut nya dengan jarinya.

Ailen hanya bersikap tenang sambil tersenyum memandangi Arav, seperti tidak ada masalah di antara mereka. Itu semakin membuat kecewa yang tidak terbendung lagi.

Bagaimana tidak? Cinta Arav yang begitu besar pada Ailen yang membuat Arav berharap penuh, kini hancur berkeping-keping begitu Ailen secara sepihak memutuskan hubungan tanpa alasan yang jelas.

“Apa kamu tahu Len? Kamu yang dulunya selalu berada di sampingku, yang selalu ada saat aku butuh kan. Namun kini ...?” ucap Arav sambil menahan emosinya.

“Itu maksudmu Rav! Tapi maaf rav? Kamu jangan salah sangka, aku sudah melupakan semua dan tidak ingin mengingat itu lagi,” balas Ailen sambil menyilangkan kedua tangannya.

“Semua hanya masa lalu Rav? Aku harap kamu jangan membawa perasaan itu lagi,” lanjutnya sambil memegang gelas, lalu meminumnya.

Seolah Ailen merasa tidak bersalah dengan semua ini.

“A-apa kamu bilang Ailen?” sahut Arav sambil menggenggam kedua tangannya.

“Ini alasan kamu ingin menemuiku? Licin sekali lidahmu itu sekarang,” lanjutnya.

“Arav! Apa kamu tahu? Tentang sebuah cinta yang disebut MELEPASKAN,” tandas Ailen.

“Apa kamu masih ingat tentang apa yang kamu katakan dulu? Mencintai orang bukan mencari yang berpandangan sama? Tapi belajarlah untuk menghargai pandangan. Aku masih memegang kata itu sampai sekarang Rav,” lanjut Ailen dengan sedikit nada tegas.

“CUKUP! Hati yang pernah terluka masih bisa mencintai SIAPA,” balas Arav sambil berdiri.

 “Aku mau menemuimu untuk meminta penjelasan darimu. Namun? Apa yang kudapat sekarang, sepertinya sudah cukup menjelaskan semuanya,” lanjut Arav sambil melangkahkan kakinya.

Namun langkahnya berhenti setelah Ailen mengatakan sesuatu.

“RISKA CLAUDYA AYUNIARA.”

“Aku dengar dia gadis yang cantik dan menarik? Sampai-sampai kamu rela menjadi guru di sekolahnya. Apakah dia akan jadi KORBANMU selanjutnya? Sungguh malang nasib gadis itu,” sindir Ailen.

“Da-dari mana kamu tahu? Ailen. Itu semua tidak seperti yang kamu pikirkan,” pungkas Arav sambil mendekati Ailen.

“Hemm ...! sepertinya benar. Aku hanya ingin memastikan sesuatu saja. Tidak perlu kamu tahu dari mana. Yang jelas? AKU KECEWA DENGAN KAMU ARAV," tegas Ailen sambil mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Arav yang sedang kebingungan.

“Tu-tunggu Ailen?” Arav memegang tangan Ailen berusaha menghentikannya.

“A-apa maksudmu? Kita tidak ada hubungan apa-apa lagi? Aku harap kamu jangan mengganggu hidupku lagi Ailen. Aku mohon berhentilah sekarang,” lanjutnya dengan serius sambil menatap mata Ailen dengan tangannya yang bergetar menahan emosi.

“Lepaskan tangan kotormu itu Arav. Ingat? Jangan merasa hanya kamu yang benar Rav! Dan aku yang bersalah. Mungkin kamu lupa? Tapi, sampai detik ini aku masih mengingat ITU,” sela Ailen setelah melepaskan genggaman tangan Arav ia pun langsung pergi meninggalkan tempat itu.

Hati Arav yang teriris dan seluruh tubuhnya bergetar lemas mendengar jawaban Ailen yang seperti itu. Bahkan dia tidak menyangka melihat Ailen yang tidak ada keraguan di wajahnya mengatakan itu.

Arav mengira dengan bertemu begitu? Dia mendapat pengakuan dan penjelasan dari Ailen. Tetapi kenyataannya tidak seperti harapannya.

“Hei Arav! Aku memperhatikan kalian dari tadi? Sepertinya kali ini cukup serius,” sapa Ansel sambil mengajaknya duduk.

“Ansel! Aku bingung? Apa yang harus kulakukan ke depannya. Aku tidak ingin ada korban lagi? Kamu tahu kan! Sifat asli Ailen,” tutur Arav dengan lemas sambil memegang kepalanya.

“Hei kawan? Aku juga tahu dia. Tapi ingat Rav? Cuma kamu yang bisa menahan dia. Aku kira dia menghilang ke luar negeri karena sudah menyesali perbuatannya,” sela Ansel sambil menepuk pundaknya untuk menyemangati Arav.

“Tidak semudah itu Ansel? Kamu Cuma tidak tahu saja masalah sebenarnya. Dan? Dari mana dia tahu tentang Riska.”

“RISKA? Siapa dia,” tanya Ansel penasaran.

“Nanti juga lo tahu,” jawab Arav.

Ansel yang sudah tahu mereka berdua sejak dulu? Bahkan sejak dari kecil, sebab mereka dibesarkan di daerah yang sama sehingga membuat mereka bertiga berteman dengan baik dan mengetahui sifat dari masing-masing.

“Satu yang kupinta darimu Rav? Mungkin ini yang terakhirnya. Lebih baik kamu jauhi gadis itu walaupun gw gak tahu siapa dia. Tapi ingat Rav? Jangan membuat gadis itu jadi KORBAN SELANJUTNYA,” pinta Ansel.

DEG! Hati Arav berdetak kencang setelah mendengar Ansel?  Ia baru ingat sesuatu dan itu membuatnya semakin berada dalam kebingungan yang tidak pasti. Ia ingat kenapa Ailen bersikap seperti itu. Sebab semua kejadian sebelumnya adalah disebabkan dari kecemburuan Ailen yang buta.

“Ailen! aku harap kamu jangan mengulangi tindakan bodohmu itu,” ucap Arav dalam hati.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Niisya
korban disini maksudnya apa sih?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status