Share

Part 2

Penulis: CutelFishy
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-01 15:25:34

"Eum.. Namanya bagus. Sekeren orangnya menurutku." Deira mengedipkan matanya pada Daninda.

 

"Walau pun nama dan orangnya ketjeh belum tentu sifatnya juga baguskan," timpal Daninda mengingat bagaimana cara pria itu melihatnya, sinis.

 

"Yee, kamu kan belum kenal dia. Jangan menilai orang lain sebelum kamu mengenalinya lebih jauh. Kadang yang kita anggap baik aja ternyata jahat."

 

"Udah ah, ngapain kita ngomongin dia sih. Kenal juga nggak. Aku kan ke sini mau curhat sama kamu!" Daninda mendesah lalu menyenderkan punggungnya ke sofa dan menegakkan kepalanya ke atas menatap langit-langit ruang TV. "Aku lelah, De. Kalau kayak gini terus. Apa Damar nggak peka ya? Apa dia nggak tau apa yang aku rasain sekarang?" keluhnya.

 

Deira melihat sahabatnya yang sedang galau. Ini bukanlah sifat Daninda. Biasanya wanita itu ceria dan juga gila sepertinya. Itulah yang membuat persahabatan mereka langgeng sampai saat ini. "Lebih baik kamu tegur Damar. Kenapa dia begitu,"

 

Daninda menarik napas panjang. "Damar selalu menyimpan masalahnya sendiri. Dia bukan tipe cowok yang ingin berbagi masalah. Selama aku pacaran dan menikah dengannya. Dia nggak pernah cerita kalau lagi punya masalah. Apalagi dipaksa, Damar pasti marah." Ia menceritakan seraya matanya memandangi langit rumah Deira.

 

"Kamu masih cinta Damar, kan?" tanya Deira. Bukannya menjawab, Daninda malah merubah posisi duduknya menjadi tegak. Ia mengambil cup kopi miliknya lalu di sesapnya. "Dan, kamu masih cinta, kan? ulangnya dengan pertanyaan yang sama.

 

"Masih." Daninda mengucapkannya singkat setelah menaruh cup kopinya di meja. Entah kenapa hati ragu akan kata yang keluar dari bibirnya itu.

 

"Syukurlah, berarti tinggal kamu pupuk lagi."

 

"Memangnya taneman," balas Daninda berdecak.

 

"Ninda, kamu jangan egois dalam mengambil keputusan. Berumah tangga itu komitmen seumur hidup apalagi kalau udah ada anak. Sebisa mungkin kamu harus mempertahankannya. Kecuali kalau memang kamu udah nggak kuat lagi dan kamu tau risikonya. Apalagi kalau dia ngekhianatin kamu, selingkuh gitu. Silahkan aja.."

 

"Memang menasihati orang lain itu mudah ya," sindir Daninda. "Tapi kamu akan berubah pemikiran setelah kamu yang terkena masalah itu, De." Suasana berubah serius. "Aku akan bertahan demi Rania."

 

"Tapi cobalah  bicara sama Damar. Jangan diam kayak gini seolah-olah nggak ada masalah. Kamu bisa ngebatin, Dan." Deira mencoba memberikan solusi.

 

"Gimana mau bicara dianya aja jarang pulang. Punya ponsel kayak di zaman purba nggak pernah dipake. Aku bingung sama orang kayak gitu kok betah ya. Aku aja nggak chat sehari sama kamu, uring-uringan."

 

Deira tertawa mendengarnya. "Sama aku juga. Kalau Kusuma malah rajin banget telepon. Tapi lebih banyak telepon sama si kembar sih, hampir tiap jam kalau lagi nggak tugas."

 

Daninda tersenyum. Dalam hatinya mengatakan jika Deira lebih beruntung mempunyai suami seperti Kusuma. Iri, tentu saja. Damar tidak seperti Kusuma. Damar menelepon Fahrania seingatnya saja. Putrinya kurang kasih sayang seorang ayah. Mereka mengobrol sampai lupa waktu. Dan Fahrania senang ada teman bermain dengan si kembar Bani dan Hana. Di rumah ia hanya seorang diri, kesepian.

 

***

 

Pukul 01.00 WIB Daninda merasakan ada yang memeluknya dari belakang. Menciumi telinganya dengan intens. Ia tahu jika itu adalah Damar. Pria itu membalikkan tubuhnya. Menatapnya berbeda terdapat nafsu dari pancarannya itu. Daninda membalasnya dengan tatapan kosong. Tanpa bicara Damar menyambar bibirnya dengan cepat. Dan mereka melakukan layaknya suami istri.

 

Daninda  menatap  kosong langit kamarnya. Disebelahnya Damar telah terlelap tapi dirinya masih terjaga. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Tidak ada gairah lagi dalam hubungan itu. Daninda tidak merasakannya yang ada hanya nafsu belaka. Ia memiringkan tubuhnya. Tangannya terulur membelai pipi Damar. Pria inilah yang dulu meyakinkan dirinya untuk menikah. Pria inilah yang membuatnya jatuh cinta. Tapi sekarang?

Hatinya bertanya-tanya, kenapa seperti ini?Apa benar cinta itu telah hilang darinya?

Pertanyaan-pertanyaan itu melintas begitu saja di pikirannya. Sampai ia tidak bisa tidur hingga pagi.

 

Ketika Damar bangun. Daninda menutup matanya. Berpura-pura tidur. Keningnya di cium pria itu. Merasakan ranjangnya kosong. Wanita itu membuka matanya kembali. Hatinya mencelus. Pria itu tidak mengatakan apa-apa. Batinnya bergejolak. Ia tidak mau seperti ini. Harus bicara, mungkin inilah waktu yang tepat. Mendengar pintu kamar mandi terbuka. Daninda bangun. "Mas," panggilnya.

 

"Eoh, kamu sudah bangun?" Damar berdiri hanya mengenakan handuk di pinggul saja.

 

"Aku ingin bicara."

 

"Tentang apa?" Damar membuka lemari pakaian. 

 

"Tentang kita," jawab Daninda.

 

"Kenapa kita?" Damar malah berbalik tanya. Sembari memilih pakaian yang akan dikenakannya.

 

"Nggak," Daninda mengurungkan niatnya. Lidahnya terasa kelu untuk mengatakan semuanya. "Tolonglah, luangkan waktumu untuk Rania. Dia ingin jalan-jalan sama Papanya."

 

"Aku kan kerja, Ninda. Aku lakuin ini juga buat keluarga kita. Buat kamu dan Rania," ucap Damar membela diri.

 

"Tapi apa nggak ada liburnya?" keluhnya. Damar mulai mengenakan kemejanya. "Dan sekarang kamu mau pergi lagi?"

 

"Aku pergi untuk kerja." Damar mulai sedikit emosi. Daninda masih duduk di ranjang hanya berbalut selimut. Ia tidak bisa berkata-kata lagi. Perasaannya kecewa luar biasa. Yang ia perjuangkan adalah hak Fahrania. Putrinya membutuhkan figur seorang ayah.

 

"Dan sekarang kamu mau pergi kerja lagi?" sindir Daninda.

 

"Iya, aku harus menggantikan temanku."  Daninda tersenyum kecut. Demi teman ia rela mengorbankan waktunya bersama keluarga. Demi Fahrania, Damar tidak melakukan apa-apa.

 

"Aku  pergi  dulu,"  ucapnya selesai berpakaian. Ia menghampiri untuk mencium pipi Daninda. "Kamu istirahat aja. Aku sarapan diluar."

 

Selepas Damar pergi, ia menangis. Hatinya sakit sekali, sebagai seorang ibu dirinya tidak bisa berbuat apa-apa untuk putrinya. Tidak apa-apa jika Damar bersikap dingin padanya. Tapi jangan pada Fahrania. Air matanya semakin mengalir deras.

 

Flasback  

"Aku hamil," ucapnya senang. 

Damar  terkejut  mendengarnya. "Kamu beneran hamil??" Sang istri mengangguk pasti. "Argh!! Aku jadi Papa!!" teriaknya senang. Ia merengkuh Daninda dalam pelukannya.  

Hal yang tidak terduga. Mereka baru saja menikah 2 bulan dan sekarang Daninda hamil. Memang mereka tidak menunda untuk memiliki momongan. Tapi tidak percaya akan secepat ini. 

Bulan demi bulan Damar dan Daninda menanti kelahiran anak pertamanya. Mereka sengaja tidak melakukan USG. Ingin memberi kejutan. Tepat tanggal 10 Februari, putri pertama mereka lahir ke dunia. Fahrania Ayu Pradikta, nama untuk anak perempuan mereka.  

Dari sanalah sikap Damar berubah. Pria itu tidak begitu excited setelah anaknya lahir. Dan Daninda tahu jika suaminya menginginkan seorang putra bukan putri. Setelah tahu barang-barang yang dibeli Damar yang tersimpan rapi di gudang. Ia tidak tahu kapan Damar membelinya. Semuanya pernak-pernik untuk anak laki-laki.  

Pria itu mungkin kecewa. Anak yang ia idam-idam adalah anak laki-laki bukan anak perempuan. Daninda menutupi perasaannya. Kehadiran Fahrania semangat hidup baginya.  

Daninda lebih banyak mengurus Fahrania daripada Damar. Seharusnya mereka berdua. Suaminya lebih sering bekerja daripada diam di rumah. Kasih sayang pada Fahrania pun hanya sekedarnya menurut Daninda. Meskipun Damar tidak menunjukkannya. Tapi Daninda bisa merasakan ketulusan seseorang terutama ayah pada anaknya.  

Flasback Off  

 

Empat tahun ini Daninda bertahan demi Fahrania. Nyatanya Damar tidak merubah sikapnya pada Fahrania. Malah semakin menjadi. Pria itu hanya menyapa dan mencium sesekali. Dimana figur seorang ayahnya? Itulah yang menjadi pertanyaan Daninda. Padahal Fahrania adalah darah dagingnya sendiri. Ia merahasiakan ini dari siapa pun termasuk sahabatnya Deira. Daninda ingin sekali memberikan Damar anak laki-laki. Tapi sampai detik ini dirinya belum hamil juga. Mungkin Damar kecewa dengan dirinya.

 

***

 

Di tempat lain sepasang suami-istri sedang membuat sarapan bersama. Deira membuat roti isi dan Kusuma membuat susu untuk anak kembar mereka. Kehidupan rumah tangga Deira lebih beruntung daripada Daninda.

 

"Mas," agak ragu sebenarnya Deira menanyakan tentang Damar.

 

"Eum," Kusuma sedang mengaduk susu di gelas si kembar. Putra-putri mereka berusia 5 tahun. Hana Wijaya dan Bani Wijaya.

 

"Di kantor Mas Damar kayak gimana?" tanya Deira tidak berani melihat wajah Kusuma. Ia memfokuskan diri membuat roti isi. Wanita itu tahu jika Kusuma dan Damar adalah sahabat. Seperti dirinya dan Daninda.

 

"Kenapa memangnya?" Kusuma menaruh sendok di atas meja. "Apa Ninda dan Damar punya masalah?"

 

"Nggak sih, ya aku cuma nanya aja." Deira menjadi gugup.

 

"Jangan bohong sama aku, De. Aku udah tau kamu." Kusuma memicingkan matanya. Ia melihat istrinya mendesah. Deira memandangi rotinya yang sudah jadi.

 

"Ninda cerita sama aku kalau Mas Damar berubah."

 

"Dalam hal apa?"

 

"Sikapnya, dan juga jarang pulang."

 

Kusuma tertegun. "Kalau itu aku juga nggak tau." Deira bisa menangkap ada sesuatu yang disembunyikan dari raut wajah suaminya.

 

"Bener kamu nggak tau?" tanya Deira mendesaknya.

 

"Iya, aku bangunkan si kembar dulu ya," ucap Kusuma seraya mengalihkan pembicaraan dan meninggalkannya dapur. Pria itu menuju kamar anak-anak mereka.

 

"Eum, sepertinya memang ada yang nggak beres sama mereka berdua!" Tunjuk Deira ke arah punggung Kusuma. "Aku bakal cari tau sendiri kalau begitu! Demi Daninda!" tekadnya penuh semangat. Deira tidak mau ada yang menyakiti sahabatnya. Terlebih itu suaminya Daninda. Ia akan menjadi tameng paling depan untuk melindungi Daninda. Deira sangat sayang pada Daninda. Sejak sekolah dasar mereka selalu bersama.  

       

 

Sorry typo & absurd

 

Thankyuuu^^ 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Replacement Of Heart (INDONESIA)    THE END

    Di bawah hangatnya sinar matahari. Wanita itu sesaat memejamkan mata. Dengan perlahan membuka matanya, memandangi gundukan tanah yang atasnya dipenuhi bunga. Ia tidak tega dan air matanya lolos begitu saja. Menangis tersedu-sedu. Ini adalah hal yang sungguh menyakitkan dalam hidupnya. Ia berusaha untuk tegar tapi nyatanya tidak bisa.Tiba-tiba Daniel merangkul bahu dan mengusapnya lembut. Berusaha menenangkan hati istrinya yang sedih. Iapun merasa sangat kehilangan. Kenapa begitu cepat meninggalkan mereka disaat si kembar baru berusia 6 bulan."Sekarang Mango tidak sakit lagi, dia tenang disana," ucap Daniel. Daninda tidak bisa berhenti menangis. Air matanya bagaikan pancuran."Aku.. Aku belum ngebahagiain Mango Daniel," ucapnya disela isakannya."Mango sudah bahagia tinggal bersama kita. Apalagi saat kamu sudah tidak takut padanya. Dan kamu menyayanginya." Daniel tidak meragukan kasih sayang istrinya pada Mango. Daninda masih belum bisa m

  • Replacement Of Heart (INDONESIA)    Part 36

    Sinar mentari menerpa jendela dan membangunkan Daninda dari tidurnya. Ia merenggangkan tubuhnya dan duduk sambil menarik napas. Wanita itu bangkit dari ranjang dan merasa agak mual. Ia mengambil segelas air minum. Kemudian mandi.Daniel sedang duduk di meja makan. Ia tampak amat mengantuk. Pria itu mengenakan celana panjang berwarna hitam dan kemeja putih. Daninda yang melihatnya prihatin sambil menuruni tangga dengan hati-hati. Tidak kerasa kandungannya sudah 39 minggu. Semalam perutnya kontraksi. Daniel begadang menungguinya takut jika istrinya akan melahirkan. Hati pria itu dipenuhi rasa was-was. Ini pengalaman pertama kali baginya.Daninda mencium pipinya disambut senyuman hangat. "Kamu ngantuk ya?""Sedikit," sejujurnya ia memilih tidur jika tidak ada rapat penting."Nggak usah kerja aja ya," pinta Daninda yang duduk di sampingnya. Daniel sudah menyewa pembantu sejak Daninda hamil. Ia tidak mau Daninda kelelahan mengurus rumah dan jug

  • Replacement Of Heart (INDONESIA)    Part 35

    Pesta ulang tahun Daninda cukup meriah meskipun dihadiri keluarga besar mereka saja. Ia terlihat cantik dengan balutan gaun berwarna putih bercorak bunga hijau. Gaun panjang berbentuk V dibagian dada, yang mengembang dibagian bawahnya. Dengan tali kecil di kedua pundak memamerkan bahunya yang mulus dan putih.Make up-nya dibuat simpel begitu pun dengan rambut yang hanya digelung rapi. Daniel belum melihat penampilannya dengan gaun tersebut."Dan, kamu cantik banget." Deira berbinar-binar memandangi gaun yang melekat pada tubuh Daninda dari bawah sampai ke atas.Sapuanblush onmenyamarkan pipinya yang merona. Memang wanita yang sedang hamil lebih memancarkan aura kecantikannya. Daninda mengakui itu. Ia hampir terpana sendiri saat melihat dirinya di depan cermin. Tangannya mengelus sayang perutnya dengan gerakkan lembut. Gaun itu menutupi perutnya yang mulai membuncit.Saat pintu terbuka, Daniel tertegun di

  • Replacement Of Heart (INDONESIA)    Part 34

    Daninda masih memikirkan pesta ulang tahunnya. Seperti anak kecil saja, desahnya. Ia tidak bisa memejamkan matanya. Daniel yang berbaring disebelahnya merasakan jika istrinya sedang risau. Ia membalikkan tubuhnya agar menghadap Daninda."Kenapa lagi, eum?" tanya Daniel melihat wajah Daninda.Ia menengok, "batalkan aja acaranya ya."Daniel menautkan kedua alisnya. "Kenapa?""Rasanya konyol, Daniel. Aku udah dua puluh sembilan tahun. Masa iya pake dirayain, aku malu," rengeknya seperti anak kecil."Kamu tidak sayang dengan biaya yang aku keluarkan? Ya walaupun aku tidak masalah untuk membatalkannya. Kalau itu keinginanmu." Daniel memberikan pendapatnya. "Mommy dan Daddy mau datang."Daninda menghembuskan napasnya, "kamu ini ya buat aku galau aja! Ya udah jangan dibatalin." Plin-plan.Bibir Daniel menyunggingkan sebuah senyuman. "Aku hanya ingin membuatmu bahagia dengan caraku," ucap Daniel seraya menc

  • Replacement Of Heart (INDONESIA)    Part 33

    Hari demi hari rumah tangga Daninda semakin adem ayem. Tidak ada lagi percekcokan diantara mereka. Siapa yang tidak bahagia, memiliki suami yang pengertian. Daniel kini lebih sering menjelaskan ke mana dirinya akan pergi dan dengan siapa. Setiap 1 jam sekali pasti pria itu menelepon. Daninda sampai pusing sendiri. Daniel terlalu berlebihan. Jika tidak diangkat, Daniel akan ngambek. Contohnya pagi ini, Daniel izin untuk main golf beserta teman bisnisnya. Dan ia menjabarkan siapa nama teman-temannya itu sekaligus usianya. Daninda hanya mendengarkan dan mengiyakan. Kadang-kadang suaminya seperti anak kecil permintaannya harus dituruti. Sebenarnya ia ragu saat Daniel ingin main golf. Disana banyakcaddycantik-cantik. Bagaimana jika Daniel tergoda?"Di sana jangan ngegodainCaddyya?" Daninda memperingatkan sambil mempersiapkan apa yang akan dibawa Daniel. Botol air mineral harus selalu ada di dalam tas. Pakaian ganti juga.

  • Replacement Of Heart (INDONESIA)    Part 32

    Setelah Deira dan Kusuma beserta Salmia Wijaya putri mereka, pulang. Mereka berhasil mendamaikan pertengkaran yang jelas-jelas ada seseorang yang iri dengan kebahagiaan pengantin baru itu. Daninda dan Daniel menjemput Fahrania dan juga Mango di rumah orang tua Daninda. Senyum di bibir wanita itu tidak bisa lepas.Pertengkaran mereka tidak berlangsung lama, syukurlah ada sahabatnya. Mungkin jika tidak ada mereka, entah bagaimana nasibnya. Ia lagi-lagi telah melukai hati Daniel. Suaminya, pria yang sangat sabar. Daninda tidak menyangka Tuhan mengirim seseorang yang begitu baik untuknya. Seseorang yang mencintainya dengan tulus.Daninda menoleh pada Daniel yang sedang menyetir. Bibirnya tersenyum lebar, pria yang kini menemaninya setiap hari begitu tampan apalagi saat memakai kacamata. Meskipun usianya sudah 40 tahun. Perbedaan usia bukan penghalang bagi mereka untuk saling mencintai. Yang terpenting mereka tidak merebut hak orang lain."Aku t

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status