Share

Resiko Pekerjaan Pengasuh Menyusui
Resiko Pekerjaan Pengasuh Menyusui
Author: Luela

Bab 1

Author: Luela
Namaku Kathy, anakku berusia lima bulan dan suamiku kehilangan pekerjaan akhir-akhir ini, membuatnya murung sepanjang hari di rumah.

Untuk membantu keuangan keluarga, aku terpaksa menitipkan anakku pada ibu mertua dan keluar mencari pekerjaan.

Untungnya, keberuntungan berpihak padaku. Aku kebetulan melihat sebuah keluarga kaya yang sedang mencari pengasuh bayi dengan gaji yang sangat tinggi.

Saat aku datang untuk wawancara, nyonya sedang duduk di ranjang, sambil menggendong bayinya dengan wajah yang tampak cemas.

Sementara mertuanya terus mengeluh tentang bagaimana bisa seorang ibu tak punya ASI dan suaminya hanya berdiri di samping, tanpa bicara sepatah kata pun.

Pria itu bertubuh tinggi, mengenakan kacamata berbingkai emas, terihat kalem dan berwibawa.

Aku melangkah masuk dengan gugup, merasa diriku benar-benar tidak pantas berada di rumah semewah itu.

“Kamu Kathy?” tanya nyonya, sambil menatapku dari atas ke bawah. Akhirnya, tatapannya pun berhenti di dadaku, “Perekrut bilang kamu masih dalam masa menyusui?”

“Iya,” jawabku pelan.

Ibu mertuanya langsung maju dan hendak menarik bajuku, “Anakku ini dokter, biar dia periksa dulu. Jangan sampai cucuku minum ASI yang nggak bersih.”

Karena akhir-akhir ini dadaku memang sering terasa bengkak dan nyeri, jadi hari ini aku tidak memakai bra, hanya baju dengan lapisan busa tipis.

Tiba-tiba ditarik wanita tua itu, pakaian longgar itu tidak mampu menahan bagian dadaku yang membengkak dan malah terbuka sebagian besar, bahkan bergetar di depan pria itu.

Entah itu hanya perasaanku saja, aku seperti mendengar pria itu terkekeh pelan. Aku merasa malu dan segera menarik kembali pakaianku. Setelah berpakaian rapi, aku tak berani langsung mengangkat kepalaku.

“Bu, apa yang kamu lakukan? Perekrut sudah membawanya pergi periksa. Dokter bilang ASI-nya nggak bermasalah.”

Barulah ibu mertuanya melepaskan tangan, dengan nada sinis berkata, “Cucuku sangat berharga, jadi perhatikan baik-baik saat kamu menyusuinya.”

Setelah nyonya menyuruh yang lain pergi, barulah dia berbicara dengan lemah, “Aku nggak ada ASI dan ibuku nggak mengizinkan kami memberi susu formula untuk si kecil. Makanya kami mencari pengasuh bayi, agar ada yang bisa menyusui anak kami. Kalau kamu keberatan, aku juga bisa mengerti. Aku bisa cari yang lain.”

Dia mengatakannya dengan sangat terus terang. Aku ragu sejenak, tapi mengingat kondisi keluargaku, aku pun terpaksa menyetujuinya, “Aku bersedia.”

Begitulah, aku pun mendapatkan pekerjaan ini. Tugas harianku sangat mudah, makan tiga kali sehari dan pekerjaan rumah sudah dikerjakan oleh orang lain, bahkan makanan yang kukonsumsi sekarang sudah diatur oleh ahli gizi khusus.

Yang harus kulakukan hanyalah menyusui anak itu saat dia lapar.

Hari ini, aku sedang duduk di kursi kamar utama, menyusui anak nyonya dan terdengar suara dari pintu di belakangku, ada orang yang masuk.

Aku mengira itu nyonya, jadi tidak menoleh. Saat aku sedang dengan sabar membujuk bayi di pelukanku untuk melepaskan mulutnya, sebuah tangan besar seorang pria terulur dari belakang.

“Eny, sebelumnya aku nggak menyadari, payudaramu jadi jauh lebih besar setelah melahirkan.”

Tangan itu dengan lembut membelai dadaku dari belakang. Sebelum hamil, ukuranku sudah cup D dan setelah melahirkan, ukuranku bahkan sudah hampir cup E.

Tangan besar pria itu bahkan tak bisa menggenggam setengahnya.

Aku terkejut dan berdiri, menoleh melihat pria itu. Bayi dalam pelukanku terkejut karena gerakanku, lalu dengan enggan melepaskan puting merah muda yang ada di mulutnya.

Agar mudah menyusui, pakaianku dilepaskan sampai ke pinggang. Di bawah tatapan terkejut pria itu, ASI-ku perlahan merembes keluar.

“Sayang, kok kamu pulang secepat ini hari ini?”

Tepat saat wajahku memerah karena malu, nyonya pun masuk ke kamar dan terkejut melihat pria itu.

“Iya, karena aku sangat merindukan kamu dan si kecil,” ujar pria itu, tapi matanya menatapku lekat-lekat. Aku bahkan melihat jakunnya bergerak naik turun.

Merasa ASI-ku hampir menetes, aku pun menunduk malu dan berkata pelan, “Kak Eny, bisakah kamu menggendong sebentar? Aku harus membersihkan ASI-ku dulu.”

Barulah Nyonya menyadari keberadaanku dan segera maju untuk menggendong bayinya.

Dengan sedikit panik di bawah tatapan membara pria itu, aku buru-buru memakai bajuku dan berlari ke kamarku, lalu segera mengambil beberapa lembar tisu untuk membersihkan.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Resiko Pekerjaan Pengasuh Menyusui   Bab 9

    Aku menahan napas, mendengar langkah kaki polisi mendekat perlahan-lahan. Kemudian terdengar langkah kaki yang lebih tergesa-gesa di lorong dan suara polisi menjadi semakin mendesak, “Cepat! Ada sesuatu di sini!”Langkah kaki polisi akhirnya berhenti di depan pintu kamar bayi. Aku dapat dengan jelas mendengar percakapan mereka, “Pintu terkunci, ada orang di dalam.” Aku segera berdiri dan dengan gemetar membuka pintu. Begitu pintu terbuka, aku melihat dua polisi berdiri di depan pintu, cahaya senter menyorot ke wajahku.“Kamu baik-baik saja?” tanya salah satu polisi dengan cemas.Aku menggendong anak itu, mengangguk dan menjawab dengan suara serak, “Aku baik-baik saja… aku mengunci diri di dalam.”Polisi itu menghela napas lega, lalu bertanya, “Apa yang terjadi di sini? Tadi kami menerima laporan dari tetangga, mereka bilang mendengar pertengkaran dan jeritan yang sangat hebat.”Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba terdengar teriakan dari ruang tamu. Salah satu polisi menemukan sesuatu

  • Resiko Pekerjaan Pengasuh Menyusui   Bab 8

    Waktu seolah membeku dalam keheningan ini.Kemudian, terdengar lagi suara dari luar, kali ini suara pria itu. Aku mendengar dia menekan tombol telepon, suaranya pelan dan tertahan, samar-samar terdengar dia menelepon ambulans, “Istriku pingsan, cepat kirim ambulans ke sini.”Nadanya sangat tenang, bahkan terasa menakutkan sangking tenangnya. Padahal dia baru saja mengamuk tak terkendali, sekarang malah berubah seolah tak terjadi apa-apa. Aku tanpa sadar menggendong anak itu lebih erat, rasa takut di hatiku semakin memuncak.Beberapa menit berlalu, aku bisa mendengar sepertinya ada pergerakan normal di luar sana. Tapi, perasaan tertekan yang berat itu masih menyelimuti hatiku.Namun, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.“Kathy?” Itu suara pria itu, ketenangan suaranya terasa menakutkan. Nada bicaranya lembut, seolah kegilaan tadi tak pernah terjadi.Aku berdiri kaku di depan pintu dan menatap pintu, jari-jariku bahkan sudah memucat. Suara dari luar terdengar lagi, “Kathy, sudah aman

  • Resiko Pekerjaan Pengasuh Menyusui   Bab 7

    “Apa kamu bilang?!” Suara wanita tua itu melengking tajam, wajahnya tampak penuh keterkejutan, “Anak itu… bukan anaknya anakku?”Tanpa ragu sedikitpun, nyonya mengulanginya, “Iya, itu bukan anaknya.”Tepat pada saat itu, pria itu juga tiba dan mendengar jelas kalimat yang mengejutkan itu. Seketika, wajahnya pun menjadi pucat, lalu memerah, seolah akan segera meledak. Dia menunjuk nyonya dan dengan suara bergetar, dia berkata, “Apa… apa kamu bilang?”“Kubilang itu bukan anakmu,” ujar nyonya dengan menunjukkan senyuman sinis di wajahnya.Wajah pria itu pun langsung berkerut, seolah-olah akan segera melampiaskan amarahnya. Dia menerjang ke arah nyonya, lalu sebuah tamparan keras mendarat di wajahnya, “Dasar jalang! Beraninya kamu mengkhianatiku!”Nyonya memegangi wajahnya dan menjerit. Lalu menerkam dan mencoba mencakar wajah pria itu dengan kukunya. Ibu mertuanya juga tidak menyangka masalah akan menjadi seperti ini. Dia terdiam di tempat dan bingung harus berbuat apa.Aku mendekat ke d

  • Resiko Pekerjaan Pengasuh Menyusui   Bab 6

    Rekaman suara dan video itu adalah kartu terakhirku.Aku menatapnya penuh harap, berpikir bahwa akhirnya semua ini akan berakhir.“Kamu melakukannya dengan sangat baik,” katanya pelan, matanya melirik layar ponsel yang menampilkan video, sudut bibirnya sedikit terangkat.“Tenang saja, setelah aku menyelesaikan semua ini, kamu juga bisa pergi dengan tenang.”Aku pun tak bisa menahan rasa dingin yang merayap di tubuhku. Perkembangan beberapa hari berikutnya membuatku merasa tidak nyaman.Awalnya, aku mengira nyonya akan segera bertindak, menghubungi pengacara, mengajukan bukti dan membiarkan pria itu bertanggung jawab atas perbuatannya.Namun, kenyataannya tidak demikian.Dia tidak terburu-buru mencari pengacara. Sebaliknya, dia sering bertengkar dengan suaminya. Aku beberapa kali mendengar suara marah suaminya dari celah pintu.Suatu malam, tiba-tiba nyonya masuk ke kamarku.“Kamu nggak perlu khawatir lagi, Kathy. Masalah ini akan segera berakhir,” ujarnya dengan dingin.Aku terdiam sej

  • Resiko Pekerjaan Pengasuh Menyusui   Bab 5

    “Apa?”“Suamiku menderita azoospermia dan dia nggak tahu sama sekali tentang hal ini.”Aku benar-benar terkejut, “Jadi, anak ini….”Nyonya mencibir, “Aku selalu menginginkan anak sendiri. Dia nggak berguna, tapi di luar sana banyak pria yang lebih berguna.”Aku benar-benar bingung dan pikiranku kacau balau.Wanita yang tampak lembut dan perhatian di depanku ini, ternyata menyembunyikan rahasia sebesar itu. Sementara suaminya jelas tertipu dan tidak tahu bahwa dirinya sedang membesarkan anak orang lain.Nyonya mengeluarkan sebuah kamera tersembunyi yang berukuran kecil dan berkata dengan tenang, “Aku perlu kamu merekam pelecehan yang dia lakukan padamu, lebih baik kalau kamu bisa merekam video lengkap. Setelah kita punya bukti, aku akan mencarikan pengacara untukmu dan mengajukan tuntutan ganti rugi.”“Mengumpulkan bukti?” Aku mengulanginya tanpa sadar, suaraku juga terdengar sedikit bergetar.“Tapi, bagaimana nasib kita kalau sampai dia tahu?” tanyaku langsung padanya. Karena, kalau pr

  • Resiko Pekerjaan Pengasuh Menyusui   Bab 4

    Aku menjerit, karena sudah terlalu lama tidak berhubungan intim dengan suami, kakiku langsung lemas dan gemetar. Akhirnya, hanya bisa mengaitkan tangan di bahu pria itu agar tidak terjatuh.Kepala pria itu bergerak-gerak di dadaku, lidahnya dengan lincah bergerak di antara kedua puting, sesekali mengeluarkan suara isapan seperti bayi.Sekalipun aku kurang paham, setidaknya aku adalah seorang ibu yang pernah melahirkan. Menyadari ada yang tidak beres, aku segera mendorong kepalanya menjauh.Pria itu mengangkat kepalanya, masih ada sedikit cairan putih susu di sudut bibirnya. Dia menjilat dengan ujung lidahnya dan tersenyum licik penuh kepuasan.“Kamu… kamu bukan sedang membantuku!” bentakku padanya, sama sekali tidak memedulikan tubuhku yang lemas.“Hm….” Pria itu mengecap bibirnya, seolah sedang menikmati sisa rasanya.Menghadapi pertanyaanku, dia tidak panik sedikitpun. Sebaliknya, dia merangkul pinggangku dan berbisik, “Pelankan suaramu. Kalau sampai Eny terbangun, menurutmu siapa ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status