Share

Bab 2

Penulis: Luela
Karena berpikir suaminya baru pulang, pasti ada banyak hal yang ingin sepasang suami istri itu bicarakan, jadi aku pun tidak sempat mengunci pintu kamar.

Tepat saat aku hampir selesai membersihkan, tiba-tiba pria itu mendorong pintuku dan masuk.

Aku segera menarik pakaian yang tersampir di pinggang, menutup dadaku rapat-rapat dan bertanya, “Ada… ada urusan apa?”

“Nggak ada, aku hanya melihat ada ASI di lantai, jadi datang untuk mengingatkanmu,” ujar pria itu sambil tersenyum.

Wajahku langsung terasa panas. Pasti ASI-ku menetes ke lantai saat berlari tadi.

“Maaf, aku akan membersihkannya setelah mengganti baju.”

“Iya.” Tatapan pria itu sekilas melirik ke dadaku, lalu dia berbalik dan pergi. Seolah-olah benar-benar datang hanya untuk mengingatkanku tentang hal itu.

Aku menghela napas lega, hanya merasakan pipiku memanas dan tanganku masih memegang tisu yang basah kuyup karena ASI.

Aku keluar kamar dan hendak membersihkan lantai, kebetulan melihat pria itu berjalan masuk ke kamar nyonya. Aku mendengar suara canda gurau mereka berdua.

“Kathy, dia sudah tidur, kamu gendong dia ke kamar bayi,” perintah nyonya padaku.

Aku menjawab, lalu bergegas masuk ke kamar untuk menggendong anak itu.

Tak disangka, saat membuka pintu, aku melihat pria itu sedang memeluk nyonya. Tangannya bahkan sudah masuk ke dalam pakaian dan meremasnya tanpa ragu.

Melihat aku masuk, nyonya pun menepuk tangan pria di belakangnya, sambil mencibir, “Si kecil masih di sini.”

“Nggak apa-apa, biar kupijit-pijit, agar anak kita bisa minum ASI-mu.” Pria itu menatap lurus ke arahku, tapi tangan di tubuh istrinya terus bergerak. Tatapannya tampak penuh hasrat dan penuh perhatian, seolah-olah sedang meremas milikku.

Wajahku terasa panas. Aku pun buru-buru menggendong anak itu dan pergi dari kamar. Di belakangku, terdengar suara tawa genit nyonya setelah pintu tertutup.

Melihat pasangan suami istri itu begitu bahagia, aku jadi teringat suamiku yang murung sepanjang hari di rumah setelah kehilangan pekerjaan. Aku pun tak bisa menahan diri dan menghela napas.

Aku menyusui bayi itu lagi, baru kemudian meletakkannya di kamar bayi untuk tidur.

Aku kembali ke kamarku, berniat untuk beristirahat sebentar, tapi malah mendengar suara aneh dari kamar sebelah.

Agar mudah merawat nyonya dan si bayi, aku ditempatkan tepat di sebelah kamar utama. Biasanya kalau nyonya memanggil, aku sudah bisa mendengarnya dari sini.

Karena penasaran, aku melangkah ke depan pintu kamar utama. Ada lampu kecil yang menyala di dalam dan terdengar suara desahan halus nyonya, diselingi suara pria yang terdengar seperti sedang bercanda.

“Eny, andai saja kalau dadamu sebesar punya Kathy,” terdengar suara pria itu dari dalam kamar.

Aku agak terkejut mendengar namaku disebut.

Rasa penasaran mendorongku untuk diam-diam mendekat. Kebetulan pintu kamar mereka tidak tertutup rapat.

Melalui celah kecil itu, aku melihat pakaian nyonya sudah setengah terbuka dan sedang bersandar dalam pelukan pria itu. Tangan besar pria itu menjulur dari belakang, menggenggam penuh dan meremasnya tanpa ragu.

Aku menelan ludah dengan gugup.

Aku melihat dada nyonya dan sepertinya itu cup C.

“Kalau kamu begitu suka dengannya, sana bantu pijitin punya dia,” cibir nyonya sambil mendorongnya.

“Kok marah? Aku hanya khawatir, sepertinya ASI Kathy nggak begitu banyak akhir-akhir ini, bagaimana kalau anak kita kelaparan?”

Mendengar itu, aku menunduk khawatir melihat dadaku yang menonjol. ASI-ku memang nggak sebanyak sebelumnya. Mungkinkah nyonya akan memecatku karena ini?

“Terus gimana dong, sayang? Kita sudah susah payah dapat orang yang bisa menyusui si kecil, makanya ibu bisa lebih tenang beberapa hari ini,” ujar nyonya sambil mengangkat pinggangnya ke tangan pria itu dan mendesah pelan, lalu bicara dengan suara terputus-putus, “Bagaimana kalau panggil Kathy ke sini, kamu pijat dia biar ASI-nya bisa keluar banyak?”

Aku pun tanpa sadar membayangkan kejadian waktu pria itu mengira aku istrinya, tangan besarnya itu….

“Kathy,” panggil nyonya tiba-tiba dari dalam kamar.

Aku terkejut dan buru-buru kembali ke kamar, berbaring di ranjang dan pura-pura tidur.

Tak lama kemudian, terdengar langkah kaki pelan di luar pintu.

“Sepertinya sudah tidur. Akhir-akhir ini si kecil agak rewel, Kathy pasti kecapekan. Setelah masuk nanti, kamu jangan sampai membangunkannya, ya.”

Kemudian, aku mendengar suara pintu kamar didorong terbuka, diikuti dengan langkah kaki pria yang sedikit berat.

Suara itu berhenti di samping ranjangku.

Tepat saat sekeliling menjadi sunyi, aku merasakan sepasang tangan besar mulai perlahan-lahan membuka ujung bajuku
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Resiko Pekerjaan Pengasuh Menyusui   Bab 9

    Aku menahan napas, mendengar langkah kaki polisi mendekat perlahan-lahan. Kemudian terdengar langkah kaki yang lebih tergesa-gesa di lorong dan suara polisi menjadi semakin mendesak, “Cepat! Ada sesuatu di sini!”Langkah kaki polisi akhirnya berhenti di depan pintu kamar bayi. Aku dapat dengan jelas mendengar percakapan mereka, “Pintu terkunci, ada orang di dalam.” Aku segera berdiri dan dengan gemetar membuka pintu. Begitu pintu terbuka, aku melihat dua polisi berdiri di depan pintu, cahaya senter menyorot ke wajahku.“Kamu baik-baik saja?” tanya salah satu polisi dengan cemas.Aku menggendong anak itu, mengangguk dan menjawab dengan suara serak, “Aku baik-baik saja… aku mengunci diri di dalam.”Polisi itu menghela napas lega, lalu bertanya, “Apa yang terjadi di sini? Tadi kami menerima laporan dari tetangga, mereka bilang mendengar pertengkaran dan jeritan yang sangat hebat.”Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba terdengar teriakan dari ruang tamu. Salah satu polisi menemukan sesuatu

  • Resiko Pekerjaan Pengasuh Menyusui   Bab 8

    Waktu seolah membeku dalam keheningan ini.Kemudian, terdengar lagi suara dari luar, kali ini suara pria itu. Aku mendengar dia menekan tombol telepon, suaranya pelan dan tertahan, samar-samar terdengar dia menelepon ambulans, “Istriku pingsan, cepat kirim ambulans ke sini.”Nadanya sangat tenang, bahkan terasa menakutkan sangking tenangnya. Padahal dia baru saja mengamuk tak terkendali, sekarang malah berubah seolah tak terjadi apa-apa. Aku tanpa sadar menggendong anak itu lebih erat, rasa takut di hatiku semakin memuncak.Beberapa menit berlalu, aku bisa mendengar sepertinya ada pergerakan normal di luar sana. Tapi, perasaan tertekan yang berat itu masih menyelimuti hatiku.Namun, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.“Kathy?” Itu suara pria itu, ketenangan suaranya terasa menakutkan. Nada bicaranya lembut, seolah kegilaan tadi tak pernah terjadi.Aku berdiri kaku di depan pintu dan menatap pintu, jari-jariku bahkan sudah memucat. Suara dari luar terdengar lagi, “Kathy, sudah aman

  • Resiko Pekerjaan Pengasuh Menyusui   Bab 7

    “Apa kamu bilang?!” Suara wanita tua itu melengking tajam, wajahnya tampak penuh keterkejutan, “Anak itu… bukan anaknya anakku?”Tanpa ragu sedikitpun, nyonya mengulanginya, “Iya, itu bukan anaknya.”Tepat pada saat itu, pria itu juga tiba dan mendengar jelas kalimat yang mengejutkan itu. Seketika, wajahnya pun menjadi pucat, lalu memerah, seolah akan segera meledak. Dia menunjuk nyonya dan dengan suara bergetar, dia berkata, “Apa… apa kamu bilang?”“Kubilang itu bukan anakmu,” ujar nyonya dengan menunjukkan senyuman sinis di wajahnya.Wajah pria itu pun langsung berkerut, seolah-olah akan segera melampiaskan amarahnya. Dia menerjang ke arah nyonya, lalu sebuah tamparan keras mendarat di wajahnya, “Dasar jalang! Beraninya kamu mengkhianatiku!”Nyonya memegangi wajahnya dan menjerit. Lalu menerkam dan mencoba mencakar wajah pria itu dengan kukunya. Ibu mertuanya juga tidak menyangka masalah akan menjadi seperti ini. Dia terdiam di tempat dan bingung harus berbuat apa.Aku mendekat ke d

  • Resiko Pekerjaan Pengasuh Menyusui   Bab 6

    Rekaman suara dan video itu adalah kartu terakhirku.Aku menatapnya penuh harap, berpikir bahwa akhirnya semua ini akan berakhir.“Kamu melakukannya dengan sangat baik,” katanya pelan, matanya melirik layar ponsel yang menampilkan video, sudut bibirnya sedikit terangkat.“Tenang saja, setelah aku menyelesaikan semua ini, kamu juga bisa pergi dengan tenang.”Aku pun tak bisa menahan rasa dingin yang merayap di tubuhku. Perkembangan beberapa hari berikutnya membuatku merasa tidak nyaman.Awalnya, aku mengira nyonya akan segera bertindak, menghubungi pengacara, mengajukan bukti dan membiarkan pria itu bertanggung jawab atas perbuatannya.Namun, kenyataannya tidak demikian.Dia tidak terburu-buru mencari pengacara. Sebaliknya, dia sering bertengkar dengan suaminya. Aku beberapa kali mendengar suara marah suaminya dari celah pintu.Suatu malam, tiba-tiba nyonya masuk ke kamarku.“Kamu nggak perlu khawatir lagi, Kathy. Masalah ini akan segera berakhir,” ujarnya dengan dingin.Aku terdiam sej

  • Resiko Pekerjaan Pengasuh Menyusui   Bab 5

    “Apa?”“Suamiku menderita azoospermia dan dia nggak tahu sama sekali tentang hal ini.”Aku benar-benar terkejut, “Jadi, anak ini….”Nyonya mencibir, “Aku selalu menginginkan anak sendiri. Dia nggak berguna, tapi di luar sana banyak pria yang lebih berguna.”Aku benar-benar bingung dan pikiranku kacau balau.Wanita yang tampak lembut dan perhatian di depanku ini, ternyata menyembunyikan rahasia sebesar itu. Sementara suaminya jelas tertipu dan tidak tahu bahwa dirinya sedang membesarkan anak orang lain.Nyonya mengeluarkan sebuah kamera tersembunyi yang berukuran kecil dan berkata dengan tenang, “Aku perlu kamu merekam pelecehan yang dia lakukan padamu, lebih baik kalau kamu bisa merekam video lengkap. Setelah kita punya bukti, aku akan mencarikan pengacara untukmu dan mengajukan tuntutan ganti rugi.”“Mengumpulkan bukti?” Aku mengulanginya tanpa sadar, suaraku juga terdengar sedikit bergetar.“Tapi, bagaimana nasib kita kalau sampai dia tahu?” tanyaku langsung padanya. Karena, kalau pr

  • Resiko Pekerjaan Pengasuh Menyusui   Bab 4

    Aku menjerit, karena sudah terlalu lama tidak berhubungan intim dengan suami, kakiku langsung lemas dan gemetar. Akhirnya, hanya bisa mengaitkan tangan di bahu pria itu agar tidak terjatuh.Kepala pria itu bergerak-gerak di dadaku, lidahnya dengan lincah bergerak di antara kedua puting, sesekali mengeluarkan suara isapan seperti bayi.Sekalipun aku kurang paham, setidaknya aku adalah seorang ibu yang pernah melahirkan. Menyadari ada yang tidak beres, aku segera mendorong kepalanya menjauh.Pria itu mengangkat kepalanya, masih ada sedikit cairan putih susu di sudut bibirnya. Dia menjilat dengan ujung lidahnya dan tersenyum licik penuh kepuasan.“Kamu… kamu bukan sedang membantuku!” bentakku padanya, sama sekali tidak memedulikan tubuhku yang lemas.“Hm….” Pria itu mengecap bibirnya, seolah sedang menikmati sisa rasanya.Menghadapi pertanyaanku, dia tidak panik sedikitpun. Sebaliknya, dia merangkul pinggangku dan berbisik, “Pelankan suaramu. Kalau sampai Eny terbangun, menurutmu siapa ya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status