Share

2. Pelecehan

Natasya sampai di sebuah hotel besar yang di depannya bertuliskan 'HOTEL KENCANA'. Natasya langsung turun dari taksi dan lari ke dalam hotel dengan terburu-buru.


“Maaf, apa bisa berikan informasi tentang wanita bernama Naraya? Naraya Aceline nama lengkapnya,” ucap Natasya kepada resepsionis di hotel itu dengan sangat terburu-buru.


“Maaf, kami tidak bisa berikan informasi apapun kepada orang asing,” ucap resepsionis itu.


“Tapi, adik saya ada di hotel ini dan dia ada dalam bahaya,” ucap Natasya.


“Tunjukkan keberadaan adik saya,” teriak Natasya.


“Tolong kasihani saya, saya yatim piatu dan saya hanya punya adik saya. Kalau terjadi sesuatu sama adik saya, saya nggak akan bisa hidup. Saya mohon tunjukan keberadaan adik saya,” ucap Natasya dengan sangat memohon, bahkan dia mulai menangis.


“Ada apa ini?” tanya manajer hotel yang kebetulan sedang lewat.


“Pak, wanita ini memaksa saya untuk memberikan informasi tentang pengunjung di sini,” jawab resepsionis.


“Saya manager di hotel ini, apa ada masalah?” tanya sang manajer.


“Pak, adik saya telfon dan dia bilang kalau ada laki-laki yang mau melecehkan dia. Saya mohon kasih tau saya keberadaan adik saya. Adik saya ada di hotel ini,” pinta Natasya sembari menangis.


“Adik saya adalah satu-satunya keluarga yang saya punya. Saya nggak akan bisa terima kalau adik saya dilecehkan oleh seseorang,” ucap Natasya.


“Tunjukan informasi tentang adiknya!” titah manajer pada resepsionis.


“Kasih tau nama adik kamu ke resepsionis itu!” titah sang manajer.


Natasya pun bicara pada resepsionis itu dan dia langsung pergi ke kamar yang diberitahukan. Sang manajer juga ikut menemani Natasya. Pintu kamar itu tak di kunci sehingga Natasya dan manajer itu langsung masuk ke dalam kamar.


“Pergi! Pergi dari sini!” teriak Naraya histeris. Dia duduk di tempat tidur dan seluruh badannya di tutupi dengan selimut hotel.


“Naraya,” panggil Natasya saat dia melihat kondisi Naraya yang histeris.


Natasya langsung berlari dan memeluk Naraya untuk menenangkannya. “Naraya, ini kakak. Kakak ada di sini dan kakak nggak akan biarkan satu orang pun menyakiti kamu,” ucap Natasya sambil menangis.


“Kakak, Narendra Adijaya. Dia renggut kehormatan aku,” ucap Naraya sambil menangis dan terlihat sangat ketakutan.


“Narendra Adijaya, aku nggak akan biarkan kamu lolos setelah melecehkan adik aku. Kamu akan bayar semua perbuatan kamu,” ucap Natasya dengan sorot mata penuh kemarahan dan juga dendam.


“Nara, kamu harus tenang. Kakak kamu ada di sini. Kakak nggak akan biarkan laki-laki buruk itu lolos. Dia akan dapatkan hukuman atas perbuatannya ke kamu,” ucap Natasya, masih memeluk Naraya dengan sangat erat sambil meneteskan air matanya.

***

Natasya masuk ke rumah megah keluarga Atmaja dengan merangkul Naraya yang terpukul atas kejadian buruk yang menimpanya.


“Natasya, ada apa dengan Naraya?” tanya wanita di rumah itu, dia adalah nyonya di rumah itu, Ibu Rubi namanya.


Natasya hanya menatap wajah Ibu Rubi dan ragu untuk mengatakan yang terjadi. Tapi, untuk menghargai Ibu Rubi, Natasya akhirnya berbicara.


“Bu, Nara dilecehkan oleh seseorang, dia pacar Nara,” ucap Natasya dengan sangat berat hati.


Ibu Rubi nampak begitu terkejut mendengar pernyataan Natasya. “Apa? Naraya di lecehkan?” tanya Ibu Rubi.


Natasya mengangguk sambil menangis, sedangkan Naraya terus diam saja sambil meneteskan air matanya. Nampak jelas di wajah Naraya kalau dia sangat terpukul dan juga ketakutan.


“Natasya, ini nggak benar. Kita harus laporkan laki-laki itu ke polisi. Dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya,” ucap Ibu Rubi.


“Untuk saat ini Natasya lebih memikirkan soal Nara. Nara sangat terpukul, Bu. Di sepanjang perjalanan menuju rumah ini, Nara nggak bicara apapun,” ucap Natasya sambil menangis.


“Natasya, bawa adik kamu ke kamar kalian. Ibu akan hubungi Abi dan ayah,” ucap Ibu Rubi.


Natasya mengangguk dan segera membawa Naraya ke kamar mereka yang ada di lantai atas. Natasya membuat Naraya berbaring di tempat tidur dan Naraya masih saja terdiam sembari terus meneteskan air matanya.


“Nara, tolong bicara sama kakak. Jangan buat kakak ketakutan,” pinta Natasya.


Natasya menghapus air matanya. “Naraya, tolong bicara sama kakak. Kakak nggak mau liat kamu seperti ini, Nara,” ucap Natasya memohon.


Beberapa menit kemudian Abimanyu datang bersama papa dan mamanya. Mereka masuk ke kamar Natasya dan Naraya.


“Natasya,” panggil Abimanyu.


Natasya beranjak dan langsung menghampiri mereka yang baru datang.


“Abi, Ayah, Nara nggak mau bicara apa-apa,” ucap Natasya terlihat sangat cemas.


“Tenang, Natasya! Naraya akan baik-baik saja,” ucap Pak Adam Atmaja.


“Pergi! Menjauh!” teriak Naraya sambil berbaring dan seakan melindungi dirinya dari seseorang.


“Naraya.” Natasya langsung berlari dan kembali menghampiri Naraya, lalu Naraya mulai berteriak dan mendorong Natasya hingga jatuh ke lantai.


“Natasya,” teriak Abimanyu.


“Pa, lakukan sesuatu!” titah Ibu Rubi.


“Abi, kita harus bawa Naraya ke rumah sakit. Ayo,” titah Pak Adam.


Abimanyu dan Pak Adam memegangi Naraya, lalu membawanya pergi. Kemudian Ibu Rubi membantu Natasya berdiri.


“Bu, apa yang terjadi sama Nara? Natasya nggak akan sanggup melihat Naraya terus seperti itu,” ucap Natasya sambil menangis.


Ibu Rubi pun menjadi ikut bersedih. Bagi Ibu Rubi, Natasya dan Naraya bukanlah anak pembantu, tapi putrinya. Ibu Rubi merasa sangat terluka melihat kondisi Naraya dan Natasya yang bersedih.


“Natasya, kami semua ada untuk kalian. Jangan cemas, Nak!” ucap Ibu Rubi, lalu memeluk Natasya.


“Semua ini karena laki-laki itu. Kondisi Naraya disebabkan oleh laki-laki yang nggak bertanggung jawab itu. Natasya nggak akan mengampuni laki-laki itu,” ucap Natasya dengan sorot mata penuh kebencian.


“Natasya, katakan siapa laki-laki itu! Siapa pacar Naraya yang sudah berani melecehkan Naraya?” tanya Ibu Rubi.


Natasya melepaskan pelukannya dan menatap mata Ibu Rubi.


“Bu, laki-laki itu bernama Narendra Adijaya,” ucap Natasya.


“Narendra Adijaya?” tanya Ibu Rubi dengan wajah sedikit terkejut.


“Natasya, apa kamu yakin itu nama orang yang melecehkan Naraya?” tanya Ibu Rubi.


“Iya, Bu. Nara sebutkan nama itu. Natasya nggak tau siapa Narendra Adijaya itu, tapi itu nama yang Nara sebutkan,” ucap Natasya.


“Ibu nggak menyangka putra dari keluarga terhormat bisa melakukan pelecehan kepada gadis polos seperti Nayara,” ucap Ibu Rubi heran.


“Natasya, Narenda itu putra dari keluarga Adijaya. Dia penerus kerajaan bisnis Adijaya. Ayah dari Narendra pernah bekerjasama dengan perusahaan Atmaja,” ungkap Ibu Rubi.


“Jadi, dia putra keluarga terpandang? Itu sebabnya dia bisa berbuat seenak hatinya. Dia melecehkan Naraya tanpa memikirkan masa depan Nara yang dia hancurkan,” ucap Natasya, lalu kembali menangis.


Natasya sudah sangat bersedih sedari tadi, karena itu Natasya mulai lemas dan jatuh ke lantai sambil menangis.


“Narendra Adijaya,” ucap Natasya dengan kepala tertunduk dan menatap lantai.


“Kamu akan membayar semua perbuatan kamu. Aku bersumpah akan membalaskan rasa sakit yang Naraya dapatkan,” tandas Natasya, lalu dia menangis tersedu-sedu.


Natasya, kasihan dia. Hanya Naraya keluarga kandung yang dia punya, tapi kehormatan Naraya direnggut oleh Narendra, batin Ibu Rubi dengan sangat bersimpati.


“Natasya, ayo bangun. Kamu nggak boleh seperti ini. Kamu harus kuat untuk Naraya,” titah Ibu Rubi seraya membantu Natasya berdiri.


“Apa yang akan terjadi sama Naraya, Bu? Kehormatan Naraya telah direnggut oleh laki-laki itu. Masa depan Nara hancur karena itu,” ucap Natasya.


“Natasya, ibu tau kalau kamu sedih dan kamu mencemaskan Naraya. Tapi, kamu harus kuat untuk Naraya. Kalau kamu seperti ini, siapa yang akan mendampingi Naraya?” tanya Ibu Rubi.


“Nara dimana?” tanya Natasya.


“Mungkin ayah dan Abi bawa Naraya ke dokter,” jawab Ibu Rubi.


“Kamu ingin kita susul mereka? Ayo kita pergi sama supir,” ajak Ibu Rubi.


“Iya,” jawab Natasya.


Akhirnya Natasya dan Ibu Rubi pergi menyusul Abimanyu dan Pak Adam yang membawa Naraya ke rumah sakit.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status