Natasya sampai di sebuah hotel besar yang di depannya bertuliskan 'HOTEL KENCANA'. Natasya langsung turun dari taksi dan lari ke dalam hotel dengan terburu-buru.
“Maaf, apa bisa berikan informasi tentang wanita bernama Naraya? Naraya Aceline nama lengkapnya,” ucap Natasya kepada resepsionis di hotel itu dengan sangat terburu-buru.
“Maaf, kami tidak bisa berikan informasi apapun kepada orang asing,” ucap resepsionis itu.
“Tapi, adik saya ada di hotel ini dan dia ada dalam bahaya,” ucap Natasya.
“Tunjukkan keberadaan adik saya,” teriak Natasya.
“Tolong kasihani saya, saya yatim piatu dan saya hanya punya adik saya. Kalau terjadi sesuatu sama adik saya, saya nggak akan bisa hidup. Saya mohon tunjukan keberadaan adik saya,” ucap Natasya dengan sangat memohon, bahkan dia mulai menangis.
“Ada apa ini?” tanya manajer hotel yang kebetulan sedang lewat.
“Pak, wanita ini memaksa saya untuk memberikan informasi tentang pengunjung di sini,” jawab resepsionis.
“Saya manager di hotel ini, apa ada masalah?” tanya sang manajer.
“Pak, adik saya telfon dan dia bilang kalau ada laki-laki yang mau melecehkan dia. Saya mohon kasih tau saya keberadaan adik saya. Adik saya ada di hotel ini,” pinta Natasya sembari menangis.
“Adik saya adalah satu-satunya keluarga yang saya punya. Saya nggak akan bisa terima kalau adik saya dilecehkan oleh seseorang,” ucap Natasya.
“Tunjukan informasi tentang adiknya!” titah manajer pada resepsionis.
“Kasih tau nama adik kamu ke resepsionis itu!” titah sang manajer.
Natasya pun bicara pada resepsionis itu dan dia langsung pergi ke kamar yang diberitahukan. Sang manajer juga ikut menemani Natasya. Pintu kamar itu tak di kunci sehingga Natasya dan manajer itu langsung masuk ke dalam kamar.
“Pergi! Pergi dari sini!” teriak Naraya histeris. Dia duduk di tempat tidur dan seluruh badannya di tutupi dengan selimut hotel.
“Naraya,” panggil Natasya saat dia melihat kondisi Naraya yang histeris.
Natasya langsung berlari dan memeluk Naraya untuk menenangkannya. “Naraya, ini kakak. Kakak ada di sini dan kakak nggak akan biarkan satu orang pun menyakiti kamu,” ucap Natasya sambil menangis.
“Kakak, Narendra Adijaya. Dia renggut kehormatan aku,” ucap Naraya sambil menangis dan terlihat sangat ketakutan.
“Narendra Adijaya, aku nggak akan biarkan kamu lolos setelah melecehkan adik aku. Kamu akan bayar semua perbuatan kamu,” ucap Natasya dengan sorot mata penuh kemarahan dan juga dendam.
“Nara, kamu harus tenang. Kakak kamu ada di sini. Kakak nggak akan biarkan laki-laki buruk itu lolos. Dia akan dapatkan hukuman atas perbuatannya ke kamu,” ucap Natasya, masih memeluk Naraya dengan sangat erat sambil meneteskan air matanya.
***
Natasya masuk ke rumah megah keluarga Atmaja dengan merangkul Naraya yang terpukul atas kejadian buruk yang menimpanya.
“Natasya, ada apa dengan Naraya?” tanya wanita di rumah itu, dia adalah nyonya di rumah itu, Ibu Rubi namanya.
Natasya hanya menatap wajah Ibu Rubi dan ragu untuk mengatakan yang terjadi. Tapi, untuk menghargai Ibu Rubi, Natasya akhirnya berbicara.
“Bu, Nara dilecehkan oleh seseorang, dia pacar Nara,” ucap Natasya dengan sangat berat hati.
Ibu Rubi nampak begitu terkejut mendengar pernyataan Natasya. “Apa? Naraya di lecehkan?” tanya Ibu Rubi.
Natasya mengangguk sambil menangis, sedangkan Naraya terus diam saja sambil meneteskan air matanya. Nampak jelas di wajah Naraya kalau dia sangat terpukul dan juga ketakutan.
“Natasya, ini nggak benar. Kita harus laporkan laki-laki itu ke polisi. Dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya,” ucap Ibu Rubi.
“Untuk saat ini Natasya lebih memikirkan soal Nara. Nara sangat terpukul, Bu. Di sepanjang perjalanan menuju rumah ini, Nara nggak bicara apapun,” ucap Natasya sambil menangis.
“Natasya, bawa adik kamu ke kamar kalian. Ibu akan hubungi Abi dan ayah,” ucap Ibu Rubi.
Natasya mengangguk dan segera membawa Naraya ke kamar mereka yang ada di lantai atas. Natasya membuat Naraya berbaring di tempat tidur dan Naraya masih saja terdiam sembari terus meneteskan air matanya.
“Nara, tolong bicara sama kakak. Jangan buat kakak ketakutan,” pinta Natasya.
Natasya menghapus air matanya. “Naraya, tolong bicara sama kakak. Kakak nggak mau liat kamu seperti ini, Nara,” ucap Natasya memohon.
Beberapa menit kemudian Abimanyu datang bersama papa dan mamanya. Mereka masuk ke kamar Natasya dan Naraya.
“Natasya,” panggil Abimanyu.
Natasya beranjak dan langsung menghampiri mereka yang baru datang.
“Abi, Ayah, Nara nggak mau bicara apa-apa,” ucap Natasya terlihat sangat cemas.
“Tenang, Natasya! Naraya akan baik-baik saja,” ucap Pak Adam Atmaja.
“Pergi! Menjauh!” teriak Naraya sambil berbaring dan seakan melindungi dirinya dari seseorang.
“Naraya.” Natasya langsung berlari dan kembali menghampiri Naraya, lalu Naraya mulai berteriak dan mendorong Natasya hingga jatuh ke lantai.
“Natasya,” teriak Abimanyu.
“Pa, lakukan sesuatu!” titah Ibu Rubi.
“Abi, kita harus bawa Naraya ke rumah sakit. Ayo,” titah Pak Adam.
Abimanyu dan Pak Adam memegangi Naraya, lalu membawanya pergi. Kemudian Ibu Rubi membantu Natasya berdiri.
“Bu, apa yang terjadi sama Nara? Natasya nggak akan sanggup melihat Naraya terus seperti itu,” ucap Natasya sambil menangis.
Ibu Rubi pun menjadi ikut bersedih. Bagi Ibu Rubi, Natasya dan Naraya bukanlah anak pembantu, tapi putrinya. Ibu Rubi merasa sangat terluka melihat kondisi Naraya dan Natasya yang bersedih.
“Natasya, kami semua ada untuk kalian. Jangan cemas, Nak!” ucap Ibu Rubi, lalu memeluk Natasya.
“Semua ini karena laki-laki itu. Kondisi Naraya disebabkan oleh laki-laki yang nggak bertanggung jawab itu. Natasya nggak akan mengampuni laki-laki itu,” ucap Natasya dengan sorot mata penuh kebencian.
“Natasya, katakan siapa laki-laki itu! Siapa pacar Naraya yang sudah berani melecehkan Naraya?” tanya Ibu Rubi.
Natasya melepaskan pelukannya dan menatap mata Ibu Rubi.
“Bu, laki-laki itu bernama Narendra Adijaya,” ucap Natasya.
“Narendra Adijaya?” tanya Ibu Rubi dengan wajah sedikit terkejut.
“Natasya, apa kamu yakin itu nama orang yang melecehkan Naraya?” tanya Ibu Rubi.
“Iya, Bu. Nara sebutkan nama itu. Natasya nggak tau siapa Narendra Adijaya itu, tapi itu nama yang Nara sebutkan,” ucap Natasya.
“Ibu nggak menyangka putra dari keluarga terhormat bisa melakukan pelecehan kepada gadis polos seperti Nayara,” ucap Ibu Rubi heran.
“Natasya, Narenda itu putra dari keluarga Adijaya. Dia penerus kerajaan bisnis Adijaya. Ayah dari Narendra pernah bekerjasama dengan perusahaan Atmaja,” ungkap Ibu Rubi.
“Jadi, dia putra keluarga terpandang? Itu sebabnya dia bisa berbuat seenak hatinya. Dia melecehkan Naraya tanpa memikirkan masa depan Nara yang dia hancurkan,” ucap Natasya, lalu kembali menangis.
Natasya sudah sangat bersedih sedari tadi, karena itu Natasya mulai lemas dan jatuh ke lantai sambil menangis.
“Narendra Adijaya,” ucap Natasya dengan kepala tertunduk dan menatap lantai.
“Kamu akan membayar semua perbuatan kamu. Aku bersumpah akan membalaskan rasa sakit yang Naraya dapatkan,” tandas Natasya, lalu dia menangis tersedu-sedu.
Natasya, kasihan dia. Hanya Naraya keluarga kandung yang dia punya, tapi kehormatan Naraya direnggut oleh Narendra, batin Ibu Rubi dengan sangat bersimpati.
“Natasya, ayo bangun. Kamu nggak boleh seperti ini. Kamu harus kuat untuk Naraya,” titah Ibu Rubi seraya membantu Natasya berdiri.
“Apa yang akan terjadi sama Naraya, Bu? Kehormatan Naraya telah direnggut oleh laki-laki itu. Masa depan Nara hancur karena itu,” ucap Natasya.
“Natasya, ibu tau kalau kamu sedih dan kamu mencemaskan Naraya. Tapi, kamu harus kuat untuk Naraya. Kalau kamu seperti ini, siapa yang akan mendampingi Naraya?” tanya Ibu Rubi.
“Nara dimana?” tanya Natasya.
“Mungkin ayah dan Abi bawa Naraya ke dokter,” jawab Ibu Rubi.
“Kamu ingin kita susul mereka? Ayo kita pergi sama supir,” ajak Ibu Rubi.
“Iya,” jawab Natasya.
Akhirnya Natasya dan Ibu Rubi pergi menyusul Abimanyu dan Pak Adam yang membawa Naraya ke rumah sakit.
Natasya dan Ibu Rubi menyusul Abimanyu dan Pak Adam. Saat turun dari mobil, Natasya dan Ibu Rubi begitu terkejut karena mereka sampai di depan sebuah rumah sakit jiwa.“Bu, apa ini alamat yang di kasih sama Abi?” tanya Natasya.“Iya, Natasya. Tapi, ini rumah sakit jiwa,” ucap Ibu Rubi heran.Tak lama kemudian Abimanyu dan Pak Adam menghampiri mereka berdua tepat di depan rumah sakit jiwa.“Abi, apa ini? Ini rumah sakit jiwa,” ucap Natasya.“Iya, Natasya. Ini memang rumah sakit jiwa. Dokter bilang kalau Naraya mengalami gangguan mental karena ketakutannya yang berlebih, itu sebabnya Naraya harus dirawat di sini untuk sementara waktu,” ucap Abimanyu dengan berat hati.“Nggak mungkin. Nara adalah wanita yang kuat. Nara nggak mungkin mengalami itu,” ucap Natasya begitu sangat terpukul.“Ayah. Sejak kecil Naraya dan Natasya jadi putri kalian. Ayah nggak akan bohong sa
Natasya semakin sedih dan terpukul setelah melihat pelaku yang melecehkan Naraya. Saat sampai di kediaman Atmaja, Abimanyu langsung merangkul Natasya masuk ke dalam rumahnya. Abimanyu menyuruh Natasya untuk duduk di ruang tamu, Natasya pun duduk dan Abimanyu berdiri di dekatnya. Kemudian orang tua Abimanyu datang menghampiri mereka.“Ma, Pa, aku dan Natasya bertemu Narendra Adijaya. Natasya semakin terpukul karena melihat laki-laki biadab itu,” kata Abimanyu.“Kalian ketemu Narendra?” tanya Ibu Rubi.“Iya,” jawab Abimanyu.“Natasya,” panggil Ibu Rubi, lalu Ibu Rubi duduk di samping Natasya dan merangkul Natasya.“Nak, kamu jangan sedih lagi. Ibu dan ayah janji akan bantu kamu untuk mencapai tujuan kamu,” ucap Ibu Rubi.Natasya menatap mata Ibu Rubi dengan mata yang berkaca-kaca.“Ibu dan ayah sudah berbicara dan kami punya rencana supaya kamu bisa membalas perlak
Saat Natasya dan Abimanyu masih bicara di atas, tiba-tiba Ibu Rubi muncul dan membuat keduanya terkejut.“Mama, ada apa?” tanya Abimanyu.“Abimanyu, kita harus bersandiwara saat makan malam nanti. Keluarga Adijaya akan datang ke sini dan membicarakan perjodohan sambil makan malam,” kata Ibu Rubi.“Natasya, kamu harus siapkan diri kamu. Jangan sampai mereka curiga sama kita. Kamu nggak boleh terlihat sedih di depan mereka dan kamu nggak boleh memperlihatkan kebencian kamu pada Narendra,” titah Ibu Rubi.“Iya, Bu. Natasya akan lakukan yang terbaik. Natasya akan buat mereka terkesan, yang paling utama adalah Narendra Adijaya,” ucap Natasya dengan sorot kebencian.“Kami akan memperkenalkan kamu sebagai putri angkat keluarga ini, adik dari Abimanyu,” ucap Ibu Rubi.“Iya, Bu. Aku akan panggil Abimanyu dengan sebutan kakak,” kata Natasya.
Natasya turun ke bawah dengan memakai dress berwarna putih yang menutup sampai ke bawah lututnya. Lengannya pun panjang karena Abimanyu sengaja memilih pakaian tertutup untuk Natasya. Seluruh orang di ruang makan langsung menatap Natasya dengan kagum, begitu juga dengan Narendra.Tuhan, apa dia bidadari yang jatuh dari langit? batin Narendra.“Natasya, ayo cepat kemari, Nak! Semua orang sudah menunggu kamu,” titah Pak Adam.“Iya, Ayah,” jawab Natasya.Natasya pun mendekat dan menyapa semua orang dengan senyum manisnya.“Selamat malam semuanya,” ucap Natasya sembari tersenyum dengan posisinya yang masih berdiri.“Malam, Nak. Ternyata putri Pak Adam sangat cantik dan juga sopan,” puji Pak Farhan.“Iya, Pak Farhan. Natasya memang wanita yang sangat luar biasa. Kalian tidak akan menemukan wanita yang lebih baik dari Natasya untuk putra kalian, Narendra,” uca
Setelah acara makan malam selesai, Natasya berdiri sendirian di balkon dengan memakai pakaian tidurnya.“Sekarang semua orang udah setuju dengan perjodohan aku dan Narendra. Aku akan segera menikah dan aku akan hancurkan laki-laki itu,” ucap Natasya sambil menatap bintang-bintang. Tanpa ia sadari, air mata mulai mengalir dari matanya.Kemudian Abimanyu datang dengan membawa selimut, dia menempelkan selimut itu ke badan Natasya sembari berkata, “Malam ini dingin, aku nggak mau kamu kedinginan,” ucap Abimanyu, lalu mengalihkan pandangannya ke langit.“Hapus air mata itu!” titah Abimanyu sembari menatap Natasya yang berdiri di sampingnya.Natasya pun menuruti perintah, Abimanyu. Natasya menghapus air matanya dan Abi meletakkan tangannya di atas tangan Natasya.“Aku nggak suka ada air mata di mata kamu. Aku udah sering bilang sama kamu dan kamu juga udah janji nggak akan na
“Natasya, kamu ke kantor sama aku atau sama papa?” tanya Abimanyu kepada Natasya yang sedang sarapan di ruang makan.“Lebih baik kalian berdua pergi duluan. Papa mau temani mama ke rumah teman mama,” ucap Pak Adam.“Iya, Pa,” ucap Abimanyu.“Apa benar kalian berdua saling mencintai seperti yang dibilang sama mama?” tanya Pak Adam.“Iya, Pa. Kami berdua saling mencintai,” jawab Abimanyu tanpa rasa ragu sedikitpun.“Masalah yang terjadi membuat kalian berdua tidak bisa bersatu untuk saat ini. Papa bahagia, tapi papa juga sedih karena kalian belum bisa bersatu walaupun kalian saling mencintai,” ucap Pak Adam.“Iya, Pa. Kami berdua bisa mengerti keadaan. Cinta Abimanyu dan Natasya sangat penting. Tapi, keadilan untuk Naraya juga sangat penting,” ucap Abimanyu.“Abimanyu dan Natasya akan bersatu setelah balas dendam itu tercapai,” imbu
“Siapa yang kirimkan foto ini?” tanya Narendra pada dirinya sendiri.Dia terus mengamati foto Naraya dan kemudian dia menemukan sebuah surat yang juga ada di dalam paket yang dia terima.“Foto wanita dan surat. Aku nggak paham sama orang yang kirim paket ini. Buat apa kirim paket ini ke aku?” tanya Narendra heran.Narendra membuka surat itu dan membacanya di dalam batin.Hi, Narendra! Apa kamu masih ingat wajah ini? Wajah ini adalah wajah wanita yang kamu lecehkan. Kamu akan menerima balasan karena telah melecehkan aku. Narendra, aku nggak akan biarkan kamu hidup tenang setelah kamu melecehkan aku dan menghancurkan masa depan aku. Kamu nggak akan pernah bahagia. Aku akan hancurkan kamu! Kamu akan sangat hancur dan kamu akan menyesali perbuatan kamu.“Orang yang sangat aneh. Kenapa ada orang yang berani kirim foto dan surat seperti ini? Apa orang ini nggak tau siapa aku?
“Hi!” sapa Narendra kepada Abimanyu dan Natasya, ditambahkan dengan senyuman manis.Abimanyu melepaskan tangan Natasya. “Untuk apa kamu ke sini?” tanya Abimanyu sedikit ketus.“Maksudnya, ada perlu apa?” tanya Abimanyu.“Saya mau bertemu dengan Natasya,” jawab Narendra.“Iya, kamu pasti ingin bicara dengan calon istri kamu. Baru aja Natasya bilang mau telfon kamu untuk tanyakan pakaian apa yang akan kamu pakai,” ucap Abimanyu pura-pura ramah.“Natasya ingin memakai pakaian yang warnanya sama agar kalian terlihat serasi,” tambah Abimanyu.“Oh, ya? Aku ke sini juga untuk tanyakan hal itu pada Natasya. Malam ini Natasya akan jadi orang yang paling spesial di pesta,” ucap Narendra.“Sangat kebetulan kalau begitu. Silakan kalian bicara,” ucap Abimanyu.“Natasya, aku akan pulang duluan ke rumah, ya,” ucap Ab