Share

3. Tekad Balas Dendam

Natasya dan Ibu Rubi menyusul Abimanyu dan Pak Adam. Saat turun dari mobil, Natasya dan Ibu Rubi begitu terkejut karena mereka sampai di depan sebuah rumah sakit jiwa.

“Bu, apa ini alamat yang di kasih sama Abi?” tanya Natasya.

“Iya, Natasya. Tapi, ini rumah sakit jiwa,” ucap Ibu Rubi heran.

Tak lama kemudian Abimanyu dan Pak Adam menghampiri mereka berdua tepat di depan rumah sakit jiwa.

“Abi, apa ini? Ini rumah sakit jiwa,” ucap Natasya.

“Iya, Natasya. Ini memang rumah sakit jiwa. Dokter bilang kalau Naraya mengalami gangguan mental karena ketakutannya yang berlebih, itu sebabnya Naraya harus dirawat di sini untuk sementara waktu,” ucap Abimanyu dengan berat hati.

“Nggak mungkin. Nara adalah wanita yang kuat. Nara nggak mungkin mengalami itu,” ucap Natasya begitu sangat terpukul.

“Ayah. Sejak kecil Naraya dan Natasya jadi putri kalian. Ayah nggak akan bohong sama Natasya, kan?” tanya Natasya dengan berlinangan air mata.

“Iya, Nak. Ayah nggak akan bohong sama kamu,” ucap Pak Adam.

“Naraya nggak mungkin gangguan mental, kan?” tanya Natasya.

“Natasya, kamu harus menerima kenyataannya,” titah Pak Adam.

“Nggak, Nara nggak mungkin mengalami hal itu. Natasya nggak bisa terima ini,” teriak Natasya.

“Natasya, tenang, Sayang. Kamu harus bisa kuat. Kamu harus balas perbuatan laki-laki itu. Kamu nggak boleh lemah,” titah Ibu Rubi.

“Pa, Narendra Adijaya adalah dalangnya. Laki-laki yang melecehkan Naraya adalah Narendra,” ucap Ibu Rubi.

Pak Adam telihat sangat terkejut dan Abimanyu terlihat kebingungan.

“Siapa Narendra Adijaya?” tanya Abimanyu yang tak tahu siapa itu Narendra Adijaya.

“Dia anak dari rekan lama papa. Papa tau Narendra karena Narendra ikut menjalankan perusahaan Adijaya,” ucap Pak Abimanyu.

“Pa, yang laki-laki itu lakukan salah besar. Kita harus laporkan laki-laki itu ke polisi,” usul Abimanyu.

“Jangan! Aku sendiri yang akan hukum laki-laki itu,” ucap Natasya.

“Natasya, lebih baik polisi yang urus laki-laki seperti itu. Jangan berhadapan dengan laki-laki yang tega melecehkan seorang wanita,” ucap Abimanyu.

“Nggak, Abi. Narendra merenggut kehormatan dan masa depan Naraya. Aku akan lakukan yang sama. Aku akan jatuhkan Narendra, aku akan hancurkan dia sampai dia menyesali perbuatannya,” ucap Natasya yang sudah sangat dikuasai oleh amarah.

“Papa dukung Natasya. Papa akan bantu Natasya untuk mencapai tujuannya. Laki-laki seperti Narendra harus diberi hukuman,” ucap Pak Adam.

“Natasya, ayah akan bantu kamu. Kamu nggak sendirian, Nak,” ucap Pak Adam dengan sangat berbaik hati.

“Pa, kenapa dukung Natasya? Niat Natasya itu membahayakan dirinya sendiri,” ucap Abimanyu yang sangat mencemaskan cintanya.

“Apapun akan aku lakukan untuk menghancurkan Narendra. Aku akan hancurkan bisnisnya agar dia nggak bisa berbuat seenaknya lagi,” ucap Natasya.

“Nggak, aku nggak setuju! Aku nggak akan biarkan kamu berurusan dengan laki-laki biadab itu!” tegas Abimanyu.

“Abi! Natasya ingin menegakkan keadilan untuk Naraya. Kamu nggak bisa menghalangi tujuan itu,” ucap Pak Adam.

“Iya, Abi. Biarkan Natasya melakukan yang dia inginkan. Natasya hanya ingin mendapatkan keadilan untuk adiknya,” sambung Ibu Rubi.

“Tinggal lapor polisi dan hukum yang akan mengadili laki-laki itu. Kalian semua nggak perlu balas dendam. Itu nggak akan ada gunanya,” kata Abimanyu dengan nada kesal.

“Aku nggak mau, Abi! Aku akan tetap balas dendam. Aku nggak peduli apa yang akan terjadi sama aku. Tekad aku udah bulat dan aku akan hancurkan Narendra!” tegas Natasya.

“Natasya, kenapa kamu jadi keras kepala kayak gini?” tanya Abimanyu.

“Hati aku terluka! Aku nggak bisa menerima semua ini! Aku harus keras kepala,” ucap Natasya.

“Sekarang tujuan aku cuma balas dendam. Nggak ada hal lainnya selain itu,” tandas Natasya, lalu dia lari dari sana.

“Natasya,” panggil semuanya.

“Pa, Ma, kalian pulang duluan ke rumah. Abi akan kejar Natasya,” ucap Abimanyu.

Dia pun berlari mengejar Natasya yang lari dengan cepat.

***

“Natasya!” teriak Abimanyu sambil berlari di tepi jalan dan mengejar Natasya yang berlari jauh di depannya.

“Natasya! Aku minta berhenti!” teriaknya lagi.

Abimanyu berlari semakin cepat dan meraih tangan Natasya. Natasya pun jatuh ke pelukan Abimanyu dan mereka tak peduli dengan orang-orang yang melintasi jalan raya dan memperhatikan mereka.

“Abi, lepasin aku!” pinta Natasya.

“Aku nggak akan lepasin kamu. Dengan susah payah aku tangkap kamu. Kamu akan lari lagi kalau aku lepasin kamu,” ucap Abimanyu.

Kemudian Abimanyu mencengkeram tangan Natasya dengan kedua tangannya. Abimanyu begitu marah dan menatap Natasya dengan tatapan yang sangat tajam sehingga Natasya memalingkan wajahnya ke samping.

“Lepasin aku, Abi!” titah Natasya tanpa berani menatap wajah tampan Abimanyu yang sudah berubah menjadi seram dengan raut marah.

“Ada apa sama otak kamu? Kenapa kamu berpikir untuk balas dendam?” tanya Abimanyu dengan penuh penekanan.

“Aku mencintai kamu dan aku nggak akan biarkan kamu ada dalam bahaya,” ucap Abimanyu.

“Aku akan baik-baik aja. Laki-laki itu nggak akan bisa nyakitin aku, Abi,” ucap Natasya.

“Tatap mata aku!” titah Abimanyu.

“Aku nggak mau, tatapan kamu itu kelemahan buat aku. Aku nggak akan bisa nolak permintaan kamu saat aku tatap mata kamu,” ucap Natasya.

“Tujuan aku hanya untuk balas dendam. Aku nggak peduli sama yang lainnya. Jangan paksa aku untuk menuruti permintaan kamu,” kata Natasya.

“Kalau kamu sungguh-sungguh mencintai aku, seharusnya kamu mendukung keputusan aku. Seharusnya kamu bantu aku untuk mencapai tujuan aku. Bukan, menghalangi tujuan aku,” tandas Natasya.

Abimanyu melepaskan Natasya dan Natasya menghela nafasnya. Kemudian Natasya berjalan menjauh dari Abimanyu.

“Natasya!” panggil Abimanyu.

Natasya menghentikan langkah kakinya dan menarik nafasnya dalam-dalam.

“Aku mendukung keputusan kamu. Aku akan buktikan kalau aku sungguh-sungguh mencintai kamu dan aku akan lakukan apapun untuk menunjukan cinta itu,” ungkap Abimanyu.

“Jangan pernah meragukan cinta tulus aku untuk kamu!” titah Abimanyu.

Natasya langsung tersenyum mendengar ucapan Abimanyu. Dia pun berbalik badan dan langsung lari memeluk tubuh Abimanyu yang kekar. Keduanya menangis sambil berpelukan.

I love you, Natasya,” bisik Abimanyu tepat di telinga Natasya.

I love you to, Abi” ucap Natasya. Natasya benar-benar bahagia karena mendapatkan dukungan dari laki-laki yang dia cintai. Dia memeluk Abimanyu semakin erat dan tak peduli pada orang-orang yang menatap mereka di jalan raya yang ramai itu.

“Aku akan selalu ada di setiap langkah kamu. Kemanapun kamu melangkah, aku akan ikut melangkah bersama kamu,” ucap Abimanyu.

“Aku janji akan mendampingi kamu sampai kamu mencapai tujuan kamu. Kita berdua akan balas perbuatan laki-laki itu dan Naraya akan segera mendapatkan keadilan,” ucap Abimanyu.

Natasya melepaskan pelukannya dan Abimanyu melepaskan Natasya. Mereka berdua saling menatap dan Natasya terus mengeluarkan air matanya. Abimanyu sangat benci air mata yang keluar dari mata Natasya, dia langsung menghapus air mata itu dengan tangannya.

“Aku benci air mata yang keluar dari mata kamu. Aku nggak mau princess secantik kamu menangis di hadapan aku,” ungkap Abimanyu.

“Jangan pernah menangis saat aku ada bersama kamu. Aku nggak bisa melihat air mata itu. Hati aku sakit saat melihatnya,” kata Abimanyu.

“Iya, aku janji ini terakhir kalinya aku menangis dan terlihat lemah di depan kamu,” janji Natasya.

“Aku pegang janji kamu,” ucap Abimanyu.

“Ayo sekarang kita pulang. Papah dan mamah pasti cemas nungguin kita pulang,” ajak Abimanyu.

Mereka pun menyeberangi jalan dan tiba-tiba saja sebuah mobil hitam melintas dengan sangat cepat dan menyerempet Natasya hingga Natasya terjatuh dan telapak tangannya terluka.

“Aww,” pekik Natasya yang merasa kesakitan.

“Natasya,” ucap Abimanyu dengan sangat cemas.

Abimanyu langsung membantu Natasya berdiri, lalu meniup telapak tangan Natasya yang terluka.

“Maafin aku, aku nggak bisa lindungi kamu walaupun kita jalan berdampingan,” ucap Abimanyu dengan merasa bersalah.

“Ini bukan salah kamu,” ucap Natasya.

“Orang itu tiba-tiba melintas cepat. Aku yakin karena dia nggak mau terjebak lampu merah,” ucap Natasya.

Ternyata orang yang menyerempet Natasya menghentikan mobilnya dan menghampiri Natasya.

“Kamu benar, saya buru-buru dan nggak mau terjebak lampu merah, itu sebabnya saya menaikkan kecepatan saat lampu hijau hampir berganti,” ucap laki-laki itu dengan sopan.

“Maaf karena buat kamu terjatuh,” tambahnya.

“Lain kali tolong hati-hati saat bawa mobil anda!” titah Abimanyu geram.

“Iya, lain kali saya janji untuk lebih hati-hati,” ucap laki-laki itu.

“Saya Narendra Abimanyu. Maaf saya harus pergi sekarang,” ucap laki-laki itu, lalu tersenyum dan pergi meninggalkan mereka.

Natasya dan Abimanyu saling menatap. Mereka begitu terkejut melihat laki-laki yang melecehkan Naraya ada tepat di depan mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status