Share

Bab 3

Author: Dzakiyah
Aku menyeka mimisanku yang bisa datang kapan saja sambil berkata, “Aku lagi kurang enak badan.”

Nada Collin dipenuhi dengan kekesalan. “Saskia, demi uang, kamu mau bohong lagi? Sekarang, sudah ada tambahan 100 juta dalam kartumu itu. Cepat kemari sekarang juga.”

Aku tertegun sejenak, lalu menjawab sambil tersenyum, “Eh, sudah ketahuan kamu, ya. Baiklah, aku akan ke sana sekarang juga.”

Di luar sedang hujan deras. Aku tidak mempunyai payung dan terpaksa harus berjalan di tengah hujan. Setelah berjalan cukup lama, aku baru menemukan taksi.

Namun, setelah aku tiba di lantai dasar, Clarise tetap tidak menjawab tidak peduli berapa kali aku meneleponnya. Aku mau tak mau harus menelepon Collin.

“Dia sudah ketiduran. Kamu tunggu saja sampai dia bangun. Sebelum itu, jangan pergi.”

Sampai hujan berhenti, Clarise baru keluar dan menatapku sambil tersenyum sinis.

“Maaf, aku ketiduran. Aku nggak perlu obatnya lagi. Collin memang begitu. Dia nggak tega lihat aku terluka sedikit pun. Dia akan segera pulang. Setiap hari, dia selalu lengket denganku dan anak kami. Sebaiknya kamu cepat pulang. Jangan rusak pemandangan di sini.”

Kemudian, Clarise pun menutup pintu dengan puas.

Aku membuang obatnya ke tong sampah, lalu jatuh pingsan dalam perjalanan pulang. Saat tersadar kembali, aku baru tahu bahwa diriku sudah pingsan selama dua hari.

Dokter memberitahuku bahwa infeksiku sudah sangat parah dan waktuku hanya tersisa tujuh hari. Begitu menghidupkan ponsel, notifikasi 50 panggilan tak terjawab masuk dengan bertubi-tubi.

[ Kenapa? Kamu kabur lagi bersama orang kaya lain? ]

[ Segera datang ke alamat ini. ]

Dokter memperingatiku untuk tidak boleh keluar dari rumah sakit. Namun, aku tetap mencabut jarum infus. Seluruh tubuhku terasa sakit hingga aku kesulitan berjalan. Aku bahkan merasa hampir pingsan di setiap langkah yang kuambil.

Namun, begitu melihatku, Collin langsung menyuruhku mengangkat papan reflektor dan bekerja sama dengan mereka dalam pengambilan foto pranikah mereka.

Aku berdiri di bawah matahari yang terik. Pemandangan indah di depanku sepertinya membuatku berilusi. Dulu, Collin juga mengenakan jas dan menunjukkan wajah penuh cinta seperti ini.

Pada usia 12 tahun, Collin begitu bersemangat ketika membelikanku permen dengan menggunakan uang beasiswanya. Pada usia 16 tahun, dia melakukan pertandingan tinju ilegal demi mengumpulkan uang untuk membelikanku kalung sebagai hadiah ulang tahun.

Pada usia 18 tahun, Collin menghadiahkan bunga mawar untukku. Sampai sekarang, bunga itu masih tersimpan dalam lemari kristalku. Pada usia 22 tahun, dia mengenakan jas, lalu menatapku dengan tersipu sambil mengatakan bahwa dia ingin menemaniku seumur hidup.

Lihat saja, sebelum mati, seluruh pengalaman hidup seseorang memang akan muncul dalam bentuk tayangan slide di benaknya.

Aku sedang berusaha menenteng barang berat ke tempat lain karena Collin dan Clarise hendak berganti pemandangan.

“Saskia! Kenapa kamu malah muncul di sini!”

Seruan itu membuatku tertegun sejenak. Aku mengangkat kepala, lalu melihat sahabat baikku dan Collin. Dia berdiri di hadapanku, lalu menamparku dengan kuat.

Wajahku terasa sangat perih dan darah tidak berhenti mengalir keluar dari hidungku.

“Kamu nggak malu muncul di sini? Kamu sudah lupa gimana kamu campakkan Collin dulu! Mentang-mentang Collin sudah kaya sekarang, kamu mau mendekatinya lagi?”

Kemudian, semua orang mulai berdiskusi secara diam-diam untuk mengkritikku.

“Ternyata dia itu mantan istri nggak berperasaan yang khianati suaminya.”

“Nggak tahu malu banget dia. Dia nggak malu untuk muncul di sini?”

Aku menoleh dengan ekspresi memohon, tetapi malah melihat Collin memandangku dengan dingin. Dia sama sekali tidak berniat untuk menolongku.

Collin berjalan ke hadapanku selangkah demi selangkah, lalu bertanya sambil menatapku dengan dingin, “Kamu nyesal, Saskia?”

Menyesal? Aku menunduk sambil tersenyum dan menyeka darah di wajahku. Mana mungkin aku menyesal? Aku berharap Collin bisa hidup gembira selamanya.

Aku menggigit bibirku untuk menahan tawa, lalu mengulurkan tangan dan berkata, “Collin, aku mau kompensasi 200 juta. Itu nggak keterlaluan, ‘kan?”

Collin sangat marah, lalu menarik kerah bajuku. “Saskia, di matamu cuma ada uang?”

Kemudian, Collin mengeluarkan selembar cek dan melemparnya ke wajahku.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (24)
goodnovel comment avatar
hompungrikobarus elektrik digital
dmn uang iya
goodnovel comment avatar
Nita Kusnitawati
cerpen biarpun bagus ceritanya ga pernah smpe tamat
goodnovel comment avatar
Fatimah Lamat
betul. udah seru....last kecewa betul
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rindu Tak Berujung   Bab 9

    Saskia bahkan mengorbankan nyawanya. Namun, balasan yang diterimanya malah adalah akhir seperti ini.Saham perusahaan Collin mulai anjlok dan berbagai produk yang disokongnya juga diboikot. Akun sosial medianya juga dibanjiri dengan kata-kata makian. Namun, dia sama sekali tidak peduli. Dia menjual semua sahamnya dengan harga rendah, juga menutup perusahaannya.Collin menggunakan 40 miliar terakhir yang dimilikinya untuk membeli sebuah unit kendaraan rekreasi, lalu meletakkan lemari pendingin berisi jasad Saskia ke dalam mobil tersebut. Saskia sangat cantik, tetapi paling takut gelap. Dia tidak tega mengubur Saskia dalam tanah.Dulu, setiap Saskia pulang sekolah dan pulang kerja, Collin akan selalu pergi menjemputnya tepat waktu. Pada malam hari, dia akan memasak dan selalu memberikan suapan pertama pada Collin.Mereka berdua memulai kehidupan di rumah kontrakan yang kecil, lalu pindah ke rumah besar selangkah demi selangkah, dan akhirnya memiliki perusahaan sendiri.Saat menghasilkan

  • Rindu Tak Berujung   Bab 8

    Saskia menggunakan beasiswanya untuk membayar biaya pendidikannya. Dia bahkan diterima di universitas bergengsi karena meraih juara umum dan menggunakan beasiswanya untuk membantu membayar uang kuliah Collin.Saskia dan Collin tidak pernah terpisah. Di kampus, Collin dikenal sebagai pria idaman yang dingin dan sulit dikejar, sedangkan Saskia dikenal sebagai wanita cantik yang sangat kompeten, tangguh, dan mandiri. Saskia selalu berkata bahwa dirinya memang dilahirkan untuk melindungi Collin selamanya.Ada seorang teman yang meninggalkan komentar.[ Aku kira pasangan serasi ini akan selalu bersama selamanya. Tak disangka, kehidupan bahagia mereka malah berakhir dengan begitu tiba-tiba. Aku nggak ingin gadis yang begitu baik menerima fitnahan seperti ini. ][ Cinta mereka itu nyata, harapan mereka untuk kebahagiaan satu sama lain juga nyata. Semoga orang yang memfitnahnya bisa keluar dan minta maaf. Saskia sudah berikan cintanya yang paling tulus, tapi yang didapatkannya malah adalah lu

  • Rindu Tak Berujung   Bab 7

    Setelah menerima perundungan dunia maya selama tiga hari, pihak rumah sakit mau tak mau harus bersuara.[ Rumor-rumor yang beredar di internet sudah menimbulkan masalah bagi rumah sakit. Berdasarkan prinsip keterbukaan dan kejujuran, aku perlu membuat beberapa pernyataan. ][ Bu Saskia meninggal karena infeksi sumsum tulang dan tidak sempat menunggu donor sumsum yang cocok. Alasan kenapa Bu Saskia bisa terkena infeksi sumsum tulang adalah karena pernah mendonorkan sumsum tulangnya kepada suaminya, Pak Collin. ][ Seusai melakukan operasi, dia tidak menjalani pengobatan lebih lanjut untuk infeksinya itu. Dia memberikan hadiah pernikahan kepada Pak Collin juga karena ingin merestui hubungan Pak Collin. ][ Sebelum meninggal, dia juga memohon padaku untuk tidak menguak kebenaran ini. Namun, karena ada begitu banyak orang yang menghancurkan reputasinya setelah dia meninggal sehingga dia tidak dapat beristirahat dengan tenang, aku mau tak mau harus bersuara. ][ Semua imbalan yang dia dapat

  • Rindu Tak Berujung   Bab 6

    Namun, para ahli hanya memberi tahu Collin bahwa orang yang sudah meninggal tidak mungkin hidup kembali.Hati Collin sangat sakit dan dia tidak berhenti mabuk-mabukan setiap hari. Dia masih berdoa terjadi keajaiban dan berharap Saskia bisa sadar lagi.Clarise masuk ke kamar Collin dan melihat lantai yang dipenuhi dengan botol miras, juga Collin yang sudah mabuk berat. Dia merasa sangat tidak rela dan berjalan menghampiri Collin untuk membangunkannya dengan pelan. “Collin?”Begitu melihat sebuah sosok familier, Collin yang masih merasa linglung pun memeluknya secara refleks. “Saskia, itu kamu? Akhirnya kamu bersedia menemuiku juga.”Clarise menjawab dengan suara tercekat, “Ini aku, Collin.”Begitu mendengar suara Clarise, Collin tiba-tiba mendorongnya. Seluruh kelembutan di matanya berubah menjadi kedinginan. “Kamu bukan Saskia. Pergi!”Clarise terjatuh ke lantai akibat dorongan itu. Matanya pun berlinang air mata dan dia berkata dengan sedih, “Collin, aku tahu kamu sedih. Tapi, dia sud

  • Rindu Tak Berujung   Bab 5

    Collin langsung merasa bagaikan sudah disambar petir. Cincin dalam genggamannya juga jatuh. “Mana mungkin dia meninggal! Jangan bohongi aku!”Perawat itu mengeluarkan selembar surat keterangan kematian dengan tenang. “Bu Saskia sakit dan tubuhnya nggak mampu lagi menanggung beban berat. Dia sudah meninggal tiga hari yang lalu.”Collin langsung mematung, lalu bergumam bagaikan orang yang sudah kehilangan jiwa, “Dia mana mungkin mati? Dia masih belum saksikan kebahagiaanku.”Clarise pun panik dan menarik Collin. “Collin, jangan sampai kita lewatkan waktu baiknya. Sebaiknya kita langsungkan dulu upacara pernikahannya. Saskia pasti sengaja umumkan berita kematiannya di hari baik seperti ini demi membuatmu kesal.”Clarise menarik tangan Collin, tetapi Collin malah langsung menepisnya. Dia bertanya dengan nada yang terdengar hampir menyerupai permohonan, “Di mana jasadnya sekarang?”Perawat melirik waktu, lalu menjawab, “Jasadnya akan dikremasi dua jam lagi.”Tidak seorang pun tahu apa yang

  • Rindu Tak Berujung   Bab 4

    “Ambil uangmu dan pergi!”Aku memungut cek itu di bawah ejekan, penghinaan, dan cibiran semua orang. Setelah masuk ke kamar mandi, aku baru melihat pesan dari pengurus jenazah.[ Bu Saskia, aku sudah pesankan makammu. Apa kamu masih ada permintaan lain untuk upacara pemakamanmu? ]Setelah berpikir sejenak, aku membalas.[ Aku mau area di sekitar makamku ditanami tulip. ]Dulu, aku paling menyukai tulip. Setelah meneliti selama setahun, Collin pun menanam penuh halaman kecilku dengan tulip. Di hari aku memutuskan untuk meninggalkannya, dia yang baru selesai melakukan operasi pun mencabut satu demi satu tulip itu di bawah hujan.Aku bersembunyi di sudut dengan hati bagaikan disayat pisau. Kemudian, aku mengeluarkan lagi sekuntum demi sekuntum tulip itu dari tong sampah. Setelah mengeringkannya, ada sebagian yang kugiling menjadi bubuk dan kubuat menjadi kalung yang selalu kukenakan. Sebagian lagi kubuat menjadi bunga kering.Buket pengantinku juga adalah bunga tulip yang terbuat dari be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status