Home / Romansa / Rindu Yang Terpendam / Rindu Yang Terpendam Episode Lima

Share

Rindu Yang Terpendam Episode Lima

Author: Bilqis Sahara
last update Last Updated: 2021-08-25 15:08:18

Bagaikan gelas kaca yang terjatuh ke lantai, hati Zahra kini benar-benar hancur berantakan. Luka yang belum sepenuhnya kering karena kehilangan orang tuanya, kini kembali basah karena menyaksikan lelaki yang sangat ia sayangi sedang berpelukan mesra dengan sepupunya sendiri tepat di depan matanya.

Tanpa ia sadari, iapun terhempas jatuh kelantai karena kakinya tak bisa lagi menopang tubuhnya.

"Tuhan, tolong sadarkan aku, mimpi Ini terlalu buruk untukku." ucapnya sambil mencubit tangannya sendiri, berharap ini benar-benar hanyalah mimpi buruknya. "Auw" tangannya sakit, tapi hatinya lebih sakit mengetahui inilah kenyataan yang sesungguhnya.

"Kenapa Ra ?" tanya Rini sambil melepaskan pelukannya dari lelaki yang memberikannya bunga yang tak lain adalah Evan Saputra kekasih dari sepupunya sendiri.

Zahra hanya bungkam, tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Tubuhnya bergetar bersama dengan air matanya yang jatuh, ia tak bisa lagi menahannya. Dengan cepat Zahra menghapus air matanya berharap Rini tak melihatnya. Ia tak ingin merusak kebahagiaan sepupunya meskipun ia harus mengorbankan hatinya. Ia mencoba berdiri kembali, tapi tetap saja kakinya tak mampu menopang tubuhnya.

Segera Rini membantu Zahra untuk duduk di posisi semula, sedangkan di depannya, Evan hanya berdiri melihat Zahra dengan tatapan kebencian. Entah kenapa dengan Evan? Jangankan menolong Zahra, ia bahkan hanya menarik Rini dan membisikkan sesuatu padanya.

"Aku tidak mau malam ini terganggu, siapapun dia aku mau dia pergi sekarang atau aku yang akan pergi."

"Cepat ambil keputusan atau aku akan pergi sekarang," ucap Evan dengan sedikit kasar.

Rini pun tersentak kaget, lelaki yang ia anggap lemah lembut berbicara kasar kepadanya.

"Ra, maafkan aku, tapi ini berat buatku, kamu tak apa-apakan pulang sendiri nanti ku pesankan taxi untukmu?" ucap Rini dengan wajah sedih.

"Jangan sedih kak, Maafkan aku telah membuat malam bahagiamu hancur, tiba-tiba saja badanku terasa tidak enak, aku akan pulang, bersenang-senanglah." Dengan sekuat hati Zahra mencoba untuk tersenyum agar tak membuat Rini curiga.

"Aku antar kamu ke depan ya Ra?"

"Tidak usah kak, aku masih bisa sendiri." Tepis Zahra dengan halus. Iapun melangkah pergi membawa luka yang baru saja dapatkan dari lelaki yang sangat berarti dalam hidupnya.

Hati kecil Zahra ingin meminta penjelasan dengan Evan, tapi sayang jangankan berbicara menatapnya saja ia sudah tak sanggup, hatinya benar-benar hancur, hancur berkeping-keping.

Setelah sekian lama menunggu, malah yang ia harapkan berbanding terbalik dengan yang ia impikan.

"Kenapa kak? kenapa seperti ini? Apa salahku padamu? Aaaaaaaaaa." Air matanya tak bisa lagi ia bendung bahkan ia tak memperdulikan orang yang berlalu lalang di dekatnya. Hatinya hancur, dunianya telah runtuh. Seseorang yang membuatnya bertahan dalam setiap duka kini tega mengporak-porandakan hatinya.

Tiga hari setelah kejadian malam itu, Zahra berpamitan kepada Tante Mia untuk berziarah ke makam orang tuanya. Sesampainya di sana ia berdoa dengan khusyuk lalu menangis menumpahkan semua beban d hatinya.

"Pa, Bu, Zahra datang, Zahra tidak kuat lagi menjalaninya sendiri." Ia menangis sesenggukan hatinya benar-benar lelah. 

Zahra yang awalnya hanya duduk di samping makam orang tuanya kini telah berbaring di atas pusara ibunya. Ia bahkan tak memperdulikan keadaannya yang telah basah kuyup akibat derasnya hujan.

"Jangan terlalu lama bersedih, om dan tante pasti akan sedih jika melihatmu seperti ini." Kata seorang pemuda yang tiba-tiba datang memayungi Zahra yang tak lain adalah Dokter Rayan.

Zahra yang kaget mendengar suara itu seketika menghapus air matanya lalu bangkit dari tempatnya berbaring. "Kak Rayan? Kenapa bisa disini? Sejak kapan kakak datang?" Pertanyaan bertubi-tubi kini di keluarkan oleh Zahra karena ia tak menyangka jika di belakangnya ada Dr.Rayan.

Pemuda itu hanya terdiam lalu bergegas membantu Zahra untuk berdiri. Tak lupa juga ia memakaikan jaket pada Zahra. Ia tak mau gadis di depannya itu kedinginan.

"Jangan banyak tanya, ayo ikut ke mobil, aku tidak mau kamu sakit gara-gara terlalu lama kena hujan." Segera Dr.Rayan membawa Zahra ke mobilnya. 

Dari dulu Dr.Rayan memang ada rasa dengan Zahra. Rasa sayang yang melebihi sayang kakak ke adiknya. Bermula ia hanya mengagumi Zahra dan tanpa ia sadari rasa kagum itu kini telah berubah menjadi cinta. Tapi sayang Zahra hanya menganggapnya tak lebih dari seorang kakak.

Setelah sampai di dalam mobil Dr.Rayan pun memberikan Zahra minuman hangat. "Minumlah ini biar badanmu kembali hangat." Ucapnya sambil menyerahkan minuman itu ke Zahra.

"Aku sedang ada tugas di kampung ini, tapi pas melewati jalan ini aku melihatmu kehujanan makanya aku kesini. Ucapnya kembali menjelaskan.

"Oh." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Zahra dan akhirnya hening tak ada lagi percakapan selama perjalanan menuju rumahnya.

"Kamu pulang ke Ma****** hari apa Ra? Siapa tau kita bisa bareng." Tanya Dr.Rayan tiba-tiba memulai pembicaraan ketika sampai di rumah Zahra.

"Aku berangkat nanti malam kak soalnya besok ada pengumuman kelulusan di sekolah."

Ada rasa kecewa di hati Dr.Rayan, ia yang berharap bisa pulang bersama dengan Zahra ternyata hanyalah mimpi belaka untuknya karena ia hanya boleh pulang ketika tugasnya selesai di desa ini dan itu berarti dua hari lagi ia bisa kembali.

"Terima kasih kak sudah mengantarku pulang."

"Iya sama-sama Ra, Aku tidak mampir ya soalnya banyak kerjaan di puskesmas. Jangan lupa memberiku kabar jika nanti malam kamu mau berangkat."

"Iya kak, tidak apa. Hati-hati di jalan."

Pukul 18.30 Zahra sudah berada di depan rumahnya untuk menunggu bus. Ia memilih menggunakan bus malam karena ia ingin perjalanannya nyaman tidak seperti dengan bus siang ia harus berdesak-desakan dengan penumpang yang lain di tambah lagi jalan macet jika siang hari. Saat hendak mengunci pintu rumahnya tiba-tiba ada seseorang yang membiusnya dari belakang dan akhirnya gelap Zahra pun pingsan.

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Dua Puluh Enam

    Wanita paruh baya itu segera mengambil handphonenya yang berada di tasnya. Bergegas ia menghubungi putrinya untuk memastikan keberadaannya saat ini. Sudah berapa kali ia menelfonnya namun Rini sama sekali tak menjawabnya. "Ya Allah Rini, Kamu di mana nak ?". Batinnya sambil memegangi dadanya yang terasa sakit. Ia sangat mencemaskan putrinya itu. Bagaimana jika ada seseorang yang menangkapnya lalu menghakimi putrinya ? "Ah tidak-tidak." Segera ia membuang jauh fikirannya itu. Iapun kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas kemudian menuju ke ruangan di mana suaminya di rawat. Fikirannya hari ini benar-benar kacau. Terlalu banyak kejadian yang membuat ia ingin menyerah saja. Belum sampai di tujuan, ponselnya berdering. Sebuah panggilan masuk dari nomor yang ia tunggu-tunggu, yaitu nomor Rini. "Halo sayang, kamu di mana nak?", Ucapnya lembut. Ia tak ingin mengasari anak gadisnya itu karena jika ia melakukannya, resikon

  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Dua Puluh Lima

    "Hay !" Ucap Rini sambil tersenyum manis.Evan yang berada di posisi depan pun sontak terhempas ke belakang karena kaget. Begitu pun dengan bundanya dan Zahra. Segera ia memegang erat tangan Zahra dan meraih tangan bundanya lalu mereka pun mundur perlahan."Tetap tenang, aku tidak akan membiarkan siapapun menyakiti kalian." Ucap Evan menenangkan dua wanita yang berada di belakangnya, meskipun ia sendiri merasa takut. Namun ia tak mau memperlihatkan ketakutannya pada dua wanita yang sangat ia sayangi itu."Ups, maaf ya kalau sudah membuat kalian kaget." Ucap Rini santai."Mau apa kamu Rin ? Apa selama ini kamu tidak puas menyakiti Zahra ?" Tanya Evan tanpa basa-basi."Santai dong sayang, jangan marah-marah dulu, kita ini kan baru bertemu lagi, apa kamu tidak merindukanku ?" Ucap Rini sambil mendekati Evan.Perlahan ia meraba wajah Evan dengan pisau yang ia bawa kemudian ia mencium bibir Evan dengan lembut berharap Zahra akan marah melih

  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Dua Puluh Empat

    Sesampainya di parkiran Rini bergegas memperbaiki posisi mobilnya lalu kembali duduk di kursi samping pengemudi, takut jika mamanya curiga jika melihatnya."Untung saja mama belum datang, hhmm ternyata begini rasanya jika kita berhasil melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain, rasanya sangat menyenangkan hahaha." Ucap Rini sambil tertawa puas."Rini !" Panggil mamanya dari samping mobilnya."Mama, sejak kapan mama berada di situ ?" Tanya Rini panik, ia takut jika mamanya mendengar ucapannya barusan."Baru saja sayang, kamu kenapa, kok wajahnya ceria sekali ?" Tanya wanita paruh baya itu penasaran."Hhmm tidak apa-apa kok mah, Rini cuma senang saja akhirnya bisa keluar dari rumah sakit dan tinggal bareng mama lagi." Ucap Rini beralasan."Oh gitu sayang, ya sudah ayo kita pulang, kamu harus banyak istirahat." Ucap mamanya sambil duduk di kursi kemudi. Kali ini wanita paruh baya itu yang membawa mobil karena keadaan Rini belum terlalu puli

  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Dua Puluh Tiga

    Rini tampak tenang berada di pelukan mamanya. Hanya wanita paruh baya itu yang mengerti akan dirinya. Meskipun sekarang ia bagaikan singa yang kelaparan tapi ia tetap tenang ketika bersama dengan mamanya agar wanita paruh baya itu tidak merasa takut saat dekat dengannya."Ma, maafkan Rini ya, selama ini Rini telah menyusahkan mama." Ucap Rini lembut. Hati kecilnya bergetar melihat mamanya yang begitu tegar. Kali ini ia benar-benar tulus meminta maaf pada mamanya karena ia baru tahu jika yang di alami mamanya sama halnya yang ia alami beberapa tahun yang lalu."Tidak apa-apa kok sayang." Ucap wanita paruh baya itu sambil menahan air matanya."Setelah ini kita mau kemana mah ? Apa kita akan kembali ke rumah lagi, Rini tidak mau tinggal serumah dengan papa." Ucap Rini tegas.Dari awal wanita paruh baya itu memang sudah menduga, jika akhirnya Rini akan membenci papanya setelah ia tahu semuanya. Namun apa mau dikata, nasi telah menjadi bubur, semua telah terja

  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Dua Puluh Dua

    Hampir satu jam dr.Linda menunggu dr.Rayan sadar dan akhirnya lelaki yang ada di depannya itu mulai membuka matanya perlahan. Memegang kepalanya yang terasa sakit kemudian mengarahkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Dr.Linda yang melihatnya pun merasa senang."Dokter, kamu sudah bangun ?" Tanya dr.Linda pelan sambil tersenyum.Bukannya menjawab pertanyaan dr.Linda, dr.Rayan malah bertanya kembali karena ia bingung kenapa tiba-tiba ia berada di ruangan dr.Linda."Dr.Linda, kenapa aku bisa ada di ruanganmu ?" Tanya dr.Rayan sambil mencoba duduk.Segera dr.Linda membantunya untuk duduk dan menjelaskan apa penyebabnya sehingga ia bisa berada di ruangannya."Terima kasih dr.Linda, kamu memang sahabatku yang paling baik, semalam aku sudah tidak bisa lagi mengendalikan diriku hingga mengkonsumsi berbagai macam obat." Ucap dr.Rayan sambil menundukkan kepalanya.Ada rasa nyeri di hati dr.Linda saat mendengar ucapan lelaki yang berada di depannya.

  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Dua Puluh Satu

    Hampir semalaman Evan tak bisa memejamkan matanya. Ia selalu kepikiran dengan kejadian tadi."Bodohnya aku, aarrhh... Maafkan aku Ra, aku hampir saja menghancurkan masa depanmu." Batin Evan sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.Segera ia berbaring kembali di sofa, memejamkan matanya namun hasilnya tetap nihil, ia tak bisa terlelap hingga pukul lima pagi. Setelah itu barulah ia bisa memejamkan matanya namun baru sebentar ia tertidur tiba-tiba ia terbangun kembali saat mendengar ponselnya berdering berulang kali. Sebuah panggilan masuk dari bundanya."Assalamualaikum bunda." Ucapnya Evan sopan."Wa'alaikum salam sayang, bagaimana kabar kalian, apa kalian baik-baik saja ?" Tanya bundanya."Alhamdulillah kami baik bund, cuma...Evan tak melanjutkan kata-katanya, ia takut jika bundanya mengetahui kejadian semalam ia pasti akan sangat kecewa karena dari dulu wanita paruh baya itu selalu mewanti-wanti anaknya agar ia tidak melakukan hal yang belu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status