Share

8. Kamar 1

last update Last Updated: 2024-06-27 16:04:36

RINDU YANG TERLUKA

- Kamar

"Aku tidur di kamar Noval," jawab Rinjani datar.

"Tidur di kamar ini saja. Kita bisa ngobrol, Rin."

Rinjani melepaskan cekalan tangan Daffa. Namun jemari itu kuat mencengkramnya. Malah Daffa menjatuhkan lututnya dan memeluk kaki Rinjani. "Rin, please! Berikan mas kesempatan untuk bicara. Mas minta maaf, Sayang."

Seringai tipis terbit di bibir Rinjani. "Jangan panggil aku Sayang. Aku muak mendengarnya, Mas. Sebutan yang kau pakai untuk perempuan itu juga." Rinjani berusaha melepaskan kakinya. Namun rangkulan Daffa menguncinya.

"Rin, maafkan mas."

Rinjani diam. Membiarkan Daffa meracau dengan kalimat-kalimat penyesalannya. Tidak sepatah kata ia menjawab. Tatapan wanita itu terbuang di sudut kamar. Cinta, rindu, benci, kecewa, marah, muak, dan entah kata apa lagi berkecamuk dalam dadanya. Membuat sesak dan ingin mengamuk rasanya.

"Jangan diam, Rin. Bicaralah. Maki dan sumpah serapahi suami ini. Mas akan menerimanya."

Wanita itu membeku.

"Sayang." Daffa mengguncang pelan lengan istrinya.

"Jangan panggil sayang. Aku muak tahu, Mas. Seharusnya aku mendengar nasihat orang lain sebelum memutuskan menerimamu sebagai suami. Ternyata kamu nggak berubah. Perempuan itu yang ketauan, entah dengan yang lain." Rinjani akhirnya berkata penuh amarah.

Daffa berdiri. "Nggak ada, Rin. Maafkan. Mas hanya terjebak dengan Bila. Nggak ada niat meninggalkanmu."

"Bersenang-senang di luar dengan alasan cari hiburan, bosan, merasa terjebak lalu sadar dan pulang padaku? Aku bukan tempatmu pulang lagi, Mas. Kamu sudah mengkhianatiku." Rinjani menatap tajam Daffa, lantas hendak pergi tapi lengan kokoh itu menahannya.

"Lepaskan aku." Rinjani mengibaskan lengannya, tapi gagal.

"Dengarkan dulu, Please!" Daffa benar-benar memohon. "Saat kamu memergoki kami, waktu itu aku datang menemui Bila untuk memintanya jangan mencariku lagi, tapi ...."

"Aku nggak ingin mendengarnya," potong Rinjani sambil mendongak dan menatap lekat sepasang mata yang memandangnya putus asa.

Apa Daffa tahu betapa hancur hatinya ketika melihat dengan jarak yang begitu dekat, bagaimana perempuan itu mengeratkan pelukannya.

"Rin."

"Kamu sudah mengkhianati pernikahan kita, kamu mengingkari janjimu sendiri. Aku nggak percaya lagi padamu."

Keduanya saling berpandangan. Seperti sepasang musuh yang sedang adu kekuatan. Daffa lengah, cekalannya mengendur dan sekali hentak lengan Rinjani terlepas. Namun tubuh tegap itu dengan cepat menghadang Rinjani yang hendak keluar.

"Biarkan aku keluar."

"Nggak. Kita perlu bicara dan kamu harus mendengarku."

Rinjani menahan murka. Dia harus bisa mengendalikan diri supaya jangan sampai keceplosan ingin bercerai. Agar mempermudah menemukan buku nikah yang disembunyikan oleh suaminya.

"Aku nggak ingin mendengar alasan klise-mu, Mas. Itu pembelaan diri dikala perselingkuhan sudah diketahui pasangan. Sekali playboy tetap playboy. Mas, nggak akan berubah. Dan satu lagi, aku kecewa dengan papa. Anaknya yang berulah, aku yang disalahkan. Biarkan aku keluar. Aku nggak akan sekamar denganmu."

Daffa bergeming. Menjebak Rinjani di antara tempat tidur dan meja rias. Lengan lelaki itu menggamit pinggang istrinya, tapi di tepis oleh Rinjani. "Jangan sentuh aku."

"Aku mencintaimu."

Tawa penuh luka Rinjani pecah menggema dalam kamar yang kedap suara. Untung kedap suara, jadi tidak sampai terdengar hingga keluar. "Kamu mesti belajar lagi apa itu mencintai, Mas. Karena mencintai tidak akan pernah menduakan dan mengkhianati."

"Maafkan mas, Dok." Daffa merengkuh tubuh Rinjani yang lebih langsing karena kehilangan berat badan selama di tahanan.

"Lepaskan!" Rinjani berkata tegas sambil mengacungkan gunting yang sempat ia sambar dari meja rias. Namun Daffa bergeming. Dia tidak takut dengan benda itu.

"Lepaskan atau ...."

"Lakukan saja jika dengan cara itu kamu bisa memaafkanku. Tapi aku nggak akan melepasmu," sahut Daffa cepat. Netra laki-laki itu memerah dan benar-benar terlihat sangat frustasi. Daffa tahu, walaupun tidak mengatakannya, Rinjani pasti merencanakan untuk meninggalkannya dengan perceraian. Dan ia tidak akan membiarkan.

Rinjani menjatuhkan benda itu ke lantai. Netranya dipenuhi buliran bening yang merambat turun ke pipinya. Daffa hendak menghapus tapi Rinjani bergerak mundur.

"Jangan tinggalin mas, Rin. Dia bukan apa-apa bagi, Mas. Kamu dan Novallah segalanya."

"Buaya kamu, Mas."

"Terserah apapun yang kamu katakan, mas nggak akan membiarkanmu pergi." Daffa bergerak mundur ke pintu lantas menguncinya. Menyimpan kunci ke saku celana.

Harus nekat kalau tidak ingin Rinjani terlepas. Terserah istrinya berpikiran bagaimana, yang pasti dia tidak ingin kehilangan dokter Rin dan si kecil Noval.

"Kenapa menguncinya. Aku ingin keluar dan tidur dengan anakku," protes Rinjani menatap marah pada suaminya.

"Kita bicara dulu!"

Rinjani luruh terduduk di lantai dan memeluk lututnya. Daffa juga duduk di sampingnya.

"Mas nggak ingin kehilanganmu dan Noval. Mas mengaku salah. Juga jangan pikirkan perkataan papa."

Rinjani bungkam. Kembali terngiang ucapan papa mertuanya yang begitu jelas di ingatan. Sakit sekali rasanya. Dia dihukum karena kesalahan orang lain. Daffa meraih tangannya, tapi Rinjani menepis.

Daffa menarik napas panjang. "Mas tahu kesalahan ini fatal, Rin. Tapi ketahuilah kalau mas ingin meninggalkannya, tapi dia selalu mengancam. Memberitahu padamu tentang hubungan ini."

"Tanpa diberitahu oleh kekasih gelapmu, aku sudah tahu semuanya, Mas. Chat kalian sudah menjelaskan segalanya."

Wajah Daffa pias saat memandang istrinya. Jadi, apa Rinjani menyadap ponselnya.

"Aku nggak nyadap ponselmu, aku membacanya langsung ketika Mas sakit dua hari dan perempuan itu kebingungan mencarimu. Cinta banget ya dia sama kamu, Mas," sindir Rinjani.

Daffa kian pias. Jadi Rinjani membaca semua chat dari Abila?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Sartini Cilacap
Emang mendingan ditinggalkan lelaki bedebah
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
Daffa egois.. maksa Rinjani bersabar & memaafkannya.. kira² klo Rinjani yg selingkuh kamu maafin gk?
goodnovel comment avatar
Icha Majhaf
Mba Lis...karya ini kok terluka banget hi..hi..hi..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rindu yang Terluka    174. Sehari di Surabaya 3

    Rasa bahagia sekaligus haru menyelimuti ruang perawatan mamanya Bobby. Pria dengan seragam lapas itu memeluk erat dua putrinya. Air mata tumpah tak terkira. Karena isaknya, sampai menyulitkan untuk bicara.Sang mama yang tergolek di atas brankar tak bisa bergerak selain menangis. Adik Bobby sibuk menghapus air matanya sendiri. Begitu juga dengan Ika. Tidak menyangka jika jalan kehidupan putri-putrinya seperti ini. Reza merangkul sambil mengusap-usap lengan istrinya untuk menenangkan. Ika bukan menangisi Bobby, tapi menangis untuk kedua anaknya.Sedangkan Nasya yang tidak seberapa mengerti, duduk diam di sebelah papanya."Terima kasih banyak, Pak Reza. Sudah menjaga dan membimbing anak-anak saya. Terima kasih. Saya titip mereka." Bobby yang sudah mulai tenang, bicara pada Reza."Jangan khawatir, Pak Bobby. Saya akan menyayangi dan menjaga mereka dengan baik," jawab Reza dengan penuturan sopan dan ramah. Bobby ganti memandang mantan istrinya. "Maafkan kesalahanku. Maafkan keluargaku j

  • Rindu yang Terluka    173. Sehari di Surabaya 2

    Ika menghela nafas panjang. Pantaslah suara mantan adik iparnya terdengar cemas. Perempuan yang beberapa bulan lalu sempat mencak-mencak dan marah karena sang kakak mendapatkan hukuman lumayan lama, kini melunak. Mungkin sekarang benar-benar merasakan bagaimana kehilangan support dan ATM berjalannya.Selama ini Bobby dan Ika yang mensupport pengobatan wanita itu. Makanya kesehatannya terjaga. Namun mulai drop setelah Bobby masuk penjara dan tidak ada dukungan finansial lagi.Sudah hidup enak karena Ika tidak sayang uang buat mereka, tapi mereka diam-diam malah memberikan dukungan pada Bobby bermain serong. Apa mereka pikir, hidupnya akan jauh lebih baik lagi? Orang tamak akan terperosok pada ketamakannya sendiri."Bagaimana, Ma?" Reza menyentuh pundak sang istri yang masih berdiri di teras rumah.Ika mengajak suaminya duduk. Kemudian menceritakan tentang percakapannya dengan mantan ipar."Sebenarnya ini solusi, Ma. Kalau pihak keluarga Bobby mau mengajukan permohonan supaya Bobby diiz

  • Rindu yang Terluka    172. Sehari di Surabaya 1

    RINDU YANG TERLUKA- Sehari di Surabaya "Ma, papa nggak ngelarang kamu membawa anak-anak menjenguk papanya. Apapun yang terjadi, nggak ada yang bisa memisahkan darah yang mengalir sama di tubuh mereka. Tapi papa ngasih saran, bisakah diusahakan bertemu selain di penjara?"Malam itu Ika memberitahu sang suami perihal pesan yang dikirim mantan adik iparnya. Tentu Ika harus mendiskusikan bersama Reza untuk mengambil keputusan. "Pikirkan psikologis anak-anak. Selama ini mereka hanya mendengar papanya di penjara dari cerita. Tidak menyaksikan secara langsung. Kalau mereka melihat sendiri, pasti akan menjadi beban mental dan mengusik ketenangan jiwa anak-anak. Terutama Zahra yang sudah besar."Ika mengangguk. Benar yang dikatakan sang suami. Karena dia pun memikirkan hal yang sama."Bobby baru setahun menjalani hukumannya, Pa. Mana mungkin diizinkan keluar sebentar dengan alasan tertentu.""Ada beberapa alasan yang bisa membuat pihak berwenang memberi izin untuk Bobby keluar dalam beberap

  • Rindu yang Terluka    171. Biarlah Berlalu 3

    "Sudah. Tadi malam Iren ngasih tahu kalau Mas Yansa diopname. Livernya kambuh lagi. Kamu mau nyambangi?""Kayaknya nggak, Mbak. Rin juga lagi sakit.""Sakit apa?""Masuk angin.""Jangan-jangan istrimu hamil lagi?""Nggak. Hanya masuk angin. Beberapa hari ini memang sibuk di klinik sampai malam karena rekannya ada yang cuti. Minggu kemarin, tiga hari Rin juga bolak-balik ke Batu untuk seminar.""Nanti mbak ke rumahmu.""Oke. Kalau gitu aku berangkat dulu, Mbak.""Kamu nyetir sendiri?""Iya. Ibnu sudah berangkat pagi tadi ngantar proposal ke Surabaya."Daffa bangkit dari duduknya. Menyapa sebentar pada Bu Murti yang sedang memetik sayuran di halaman samping, lantas masuk mobil dan pergi.Ika masuk ke dalam rumah dan langsung ke dapur. Sebelum mulai sibuk dengan pekerjaannya, dia selalu menyempatkan untuk membantu memasak. Sambil memotong sayuran, ia teringat dengan sepupunya. Mereka pernah membesar bersama di dalam keluarga besar Joyo Winoto. Itu nama kakek mereka. Disaat masih sekola

  • Rindu yang Terluka    170. Biarlah Berlalu 2

    "Noval sudah berani tidur sendiri di kamarnya, Mas. Asal sebelum tidur ditemani dulu. Kalau Rachel biar tidur di kamar kita untuk sementara. Setelah dia bisa jalan biar ditemani oleh Mak Sum di kamarnya. Gimana?""Oke," jawab Daffa seraya merapatkan pelukannya. Mereka berdua sedang duduk menyaksikan hujan di luar dari balik jendela kaca."Terima kasih untuk hadiahnya, Mas. Tadi pagi kita buru-buru sampai aku nggak sempat bilang terima kasih." Rinjani berkata sambil menyentuh kalung di lehernya."Apa yang mas berikan tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang kamu berikan dalam hidup mas, Rin. Kamu menyempurnakan hidup lelaki yang tidak sempurna ini. "Kamu memberikan gelar lelaki br*ngsek ini sebagai seorang ayah. Memberikan kesempatan disaat kesalahan mas teramat fatal. Maaf, untuk semua kesalahan kemarin. Mas bangga memilikimu.""Nggak usah diingat lagi. Kita sudah melangkah sejauh ini. Yang lalu biarlah berlalu. Kita berjuang untuk masa depan keluarga kecil kita. Tapi sekali lagi

  • Rindu yang Terluka    169. Biarlah Berlalu 1

    RINDU YANG TERLUKA - Biarlah Berlalu Kejutan macam apa ini. Daffa malah sukses membuat Rinjani kelabakan dan tergesa-gesa ke klinik dengan rambut yang belum kering. Dan jadi pusat perhatian, karena belum pernah ia datang ke klinik dengan rambut seperti ini.Mau marah, tapi ini hari ulang tahunnya. Mau marah, tapi Daffa seromantis itu. Ah, sejak dulu sebenarnya Daffa memang sangat romantis meski kemauannya tidak bisa dibantah. Bahkan di tengah perselingkuhannya, Daffa tetap romantis plus egois.Rinjani menghela nafas lalu duduk di kursinya. Meraba kalung berlian di balik kerah bajunya. Daffa yang memakaikannya sesaat sebelum pria itu membawanya terbang ke nirwana."Ini harus dipakai. Nggak mengganggu aktivitasmu, kan?"Sekarang hadiah istimewa itu melingkar dan di sembunyikan di balik kerah baju. Rinjani selalu memakai baju dengan kerah yang menutupi leher jenjangnya."Nanti malam kita dinner dan nginap di Batu," kata Daffa sebelum Rinjani turun dari mobil saat di antar tadi. Jarak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status