Home / Fantasi / Risking the Betrayal / Bab 6. Festival Terakhir di Desa Talewind

Share

Bab 6. Festival Terakhir di Desa Talewind

Author: Ara.Sa
last update Last Updated: 2025-01-25 00:59:08

Setelah perjalanan yang menguras tenaga, Liora dan rombongannya tiba di Desa Talewind, sebuah desa kecil di lembah Pegunungan Erto. Jalan-jalan berbatu yang biasanya sunyi, hari ini desa terlihat berbeda, penuh warna, penuh kehidupan. Festival Angin dan Cahaya akan segera dimulai, dan seluruh desa larut dalam semangat persiapan.

Jalanan berbatu dipenuhi warga yang sibuk menggantung lentera angin dari kertas pastel. Panggung besar berdiri megah di tengah alun-alun, dihiasi pita-pita berwarna yang menari bersama angin lembut khas Talewind yang membawa aroma bunga liar, kini membawa gelombang kebahagiaan.

Toko-toko kecil memamerkan pernak-pernik festival dari ukiran kayu berbentuk serigala, burung, dan bunga Lily of the Valley yang masing-masing menjadi simbol harapan, perlindungan dan penjaga Zephyros. Aroma ayam panggang manis, roti keberuntungan, dan pai buah hutan menggoda indera setiap yang melintas.

“Liora, aku ingin yang itu!” seru naga kecil, matanya berbinar sambil menunjuk permen berbentuk bintang. Tubuh transparannya berkilau samar di bawah cahaya sore, nyaris tak terlihat oleh mata manusia biasa.

Liora tersenyum lembut. “Baiklah. Selagi menunggu Aelric, kita bisa berkeliling sebentar.

Kael dan sang naga langsung berlari ke kios tersebut. Liora menyerahkan beberapa koin dan mengingatkan, “Jangan terlalu jauh.”

Ia sendiri tetap di alun-alun, matanya terpaku pada boneka kayu berbentuk serigala. Ukirannya halus terpahat dengan rapi, menggambarkan keteguhan dan kebijaksanaan.

“Itu simbol Sang Penjaga Zephyros,” ujar seorang lelaki tua di balik kios. Suaranya dalam dan tenang. 

“Serigala kayu ini mewakili keberanian dan perlindungan seperti sang penjaga Zephyros yang melindungi dunia ini.”

Liora mengenal legenda itu. Sang Penjaga, pelindung agung Zephyros yang akhirnya akan jatuh dalam sihir kegelapan, menjadi ancaman yang akan menghancurkan Zephyros.

Lamunannya buyar saat suara familiar terdengar, “Pak, saya beli boneka itu, tujuh koin emas.”

Aelric berdiri di sampingnya, senyum ramah menghiasi wajah teduhnya. “Maaf terlambat.”

Liora tersenyum. “Tidak masalah. Aku takjub Desa Talewind luar biasa indah dan ada festival.”

“Aku akan membawamu menikmati festival disini.”

Mereka berjalan berdampingan melewati lentera dan tawa. Tapi mata Aelric menyimpan sesuatu yang tak terucap.

“Semua tampak bahagia,” gumamnya. “Padahal, ini mungkin festival terakhir Talewind.” 

Liora terhenti. “Festival terakhir? Kenapa?”

Aelric menatap desa, seolah ingin mengingat setiap detailnya. “Talewind akan dikosongkan. Penduduk harus pergi. Para monster yang terinfeksi sihir kegelapan mulai menyebar dan menyerang desa. Kami tak mampu menahan semuanya.”

“Bukankah ada ksatria Ordo Ksatria Pelindung?”

“Peperangan yang merenggut sang putri dan enam penjaga kekuatan ordo ksatria mulai melemah dan mereka di sebar di tiap wilayah. Para ksatria yang bertugas di sini mulai kelelahan.”

Liora terdiam. Simbol perlindungan yang ada di tangannya kini terasa hampa. Festival ini buka perayaan... melainkan perpisahan.

“Maaf,” ucap Aelric, mencoba mengangkat suasana. “Ini festival pertamamu di sini. Ayo bantu aku menyiapkan semuanya.”

Hari berlalu dalam kehangatan. Liora membuat lentera bersama Aelric, sementara Kael mencoba kostum lucu dan sang naga kecil dengan tubuh transparannya menyihir makanan yang dimakan jadi transparan.

Saat malam semakin larut, mereka kembali ke rumah Aelric, sebuah rumah kayu sederhana, hangat, dan penuh kehidupan. Setelah berbincang sejenak, Liora masuk ke kamar yang sudah disiapkan Aelric. Kael dan sang naga langsung tiduran di kasur.

Liora menghela napas, duduk di kursi menghadap jendela.

“Kenapa Aelric tidak menyadari dia salah satu dari enam penjaga dan orang-orang tidak mengetahuinya.” pikir Liora setelah menghabiskan waktu bersama Aelric.

Sistem

[Anda harus menyelesaikan misi.]

Teks sistem muncul, menyala di udara.

“Tidak bisakah kau membiarkanku memikirkan semua ini.” gumamnya, muak dengan tuntutan sistem.

Namun ketenangan itu runtuh saat dentang lonceng bergema.

Sekali. Dua kali. Tiga kali.

Tanda bahaya.

“Kael! Bangun!” seru Liora, meraih pedangnya. Kael dan sang naga langsung bersiap.

Di luar, Aelric yang telah siap dengan senjata di tangan. Matanya tertuju ke arah barat desa.

“Apa ada penyerangan?”

“Gudang makanan diserang monster,” jawab Aelric. “Kalau tak dihentikan, kita kehilangan stok musim dingin.”

“Kami akan ikut membantu,” sahut Liora, menggenggam erat pedangnya.

“Semakin banyak orang yang membantu, semakin besar peluang kita menang.” ucap Aelric.

Mereka berlari menembus malam, angin dingin menyibak wajah mereka. Lentera yang tadi menyala indah, kini redup dalam bayang-bayang ketakutan.

Namun di hati Liora, tekad berkobar. Ia bukan hanya ingin membantu Talewind, ia juga ingin menyelesaikan misi dan menghapus cap sebagai Sang Pengkhianat.

Dan saat mereka nyaris tiba di lokasi, tanah bergetar.

Dari balik kegelapan, makhluk itu muncul. Bukan monster biasa. Tidak kali ini.

Tinggi dua kali dari manusia dewasa. Berbentuk bison raksasa dengan tanduk bercahaya yang memancarkan aura kegelapan. Matanya menyala merah darah.

Kael menelan ludah. “Liora… itu bukan monster biasa.”

Liora mengangkat pedangnya, pandangannya tajam.

“Itu.. Para penjaga telah jatuh.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Risking the Betrayal   Bab 20. Pertarungan di Bawah Langit Membeku

    Perlahan, angin kencang dengan salju menjadi badai ganas, menggulung langit kelabu dan membekukan nafas siapapun yang berdiri disini. Ini bukan sekedar badai biasa tapi kemarahan dari Fronstntra.Dua matanya yang membara membelah kabut, menatap tajam ke arah mereka yang berdiri di hadapannya.“Kemurahan hatimu, Cael…. telah membawa kehancuran ini! Sudah kuperingatkan kau!”Cael mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. Dia tahu, semua ini adalah buah dari keputusannya sendiri. “Saya… akan bertanggung jawab, Sang Naga.”Ysirth mengeluarkan tawa panjang, bergema hingga puncak gunung yang jauh. Suaranya mengguncang salju.“Ha..Ha…Ha.. Tanggung jawab?”Badai makin menggila. Liora yang berdiri di sisi Cael menatap sosok naga itu dengan tajam. Namun, saat matanya bertemu dengan tatapan biru Ysirth, sejenak waktu terasa seperti terhenti.“Zuko…” suara naga itu menggelegar, menyebut nama yang membuat mereka menegang.“Kau akan menerima hukuman atas kematian Lore.”Cael membatu.Lore yang menjag

  • Risking the Betrayal   Bab 19. Melawan monster di Fronstntra

    Happy Reading ❄️Aelric berteriak, “Lioraaa!!”Tanpa sadar, Liora mengalirkan elemen Electro dari dalam tubuhnya. Pedangnya berubah memancarkan cahaya ungu menyala.Dalam satu tebasan cepat, ia membelah serangan es yang meluncur ganas ke arahnya. Retakan es menyebar di udara menjadi serpihan debu putih.Dari kejauhan, Cael menyipitkan mata, terkekeh. “Huh, keren juga. Tapi aku tidak akan kalah.”Ia melompat turun dari punggung Row dengan kelincahan khasnya, elemen icy mulai berputar di sekelilingnya.Liora melirik ke arahnya, senyum tipis muncul di bibirnya. “Kalau begitu, waktunya kita tunjukkan siapa yang sebenarnya berkuasa di medan ini.”Tanpa aba-aba, Blizzenok melolong dan meluncurkan serangan es ke arahnya. Bongkahan es sebesar manusia ditembakkan, memecah tanah. Liora melesat ke kanan, lalu ke kiri, menghindari setiap serangan dengan gerakan yang lincah dan berani. Saat satu serangan nyaris mengenainya, ia meloncat tinggi, mengalirkan elemen Electro ke pedangnya hingga bilahny

  • Risking the Betrayal   Bab 18. Sekutu baru

    Cael dengan hati-hati memasukkan bunga Cryzale ke dalam ramuan yang sedang mendidih. Aroma manisnya menyebar di gubuk kecilnya, mengisi udara dingin dengan harapan yang hangat. Dengan cepat, ia melumuri ramuan itu ke seluruh tubuh ayah Erdo, yang terbaring membeku dalam keheningan. Seketika, cahaya biru berkilau memancar dari tubuh Erdo yang pucat, dan perlahan-lahan, warna kehidupannya kembali pulih.“Ughh... Aku di mana?” suara ayah Erdo terdengar lemah, tetapi penuh kebingungan.“Ayah..”Erdo memeluk ayahnya dengan penuh kebahagiaan, air mata mengalir di pipinya. Ramuan yang Cael berikan telah menghapus kutukan yang mengikat ayahnya, mengembalikan harapan yang hilang.“Terima kasih, Tuan Cael.” ucap Erdo, suaranya bergetar penuh rasa syukur.Namun, Cael hanya mengangguk acuh, wajahnya kembali dingin dan tak terbaca. “Kalian harus pergi dari sini, Liora,” katanya, nada suaranya tegas.“Tuan Cael, Anda harus kembali ke desa,” pinta ayah Erdo, gelisah, matanya penuh harap.“Tidak. Ram

  • Risking the Betrayal   Bab 17. Cael Winterblade - Ksatria Penjaga Gerbang Icy

    Di puncak tebing berselimut salju, seorang pria bertopeng berdiri membisu, menatap ke bawah. Di bawah sana, kawanan Blizzenok bersorak liar, menikmati pesta dingin mereka dengan raungan yang menggema di udara. Angin membawa tawa dan teriakan mereka, tetapi Maltherio hanya menatap, muak karena harus tetap diam.“Berapa lama lagi kita hanya akan menonton?” gumamnya kesal, suaranya penuh ketidakpuasan. “Ayolah, Zuko. Sudah waktunya membuat sedikit kekacauan, bukan?”Anak laki-laki berjubah dengan kepala tanduk rusa perlahan menatap Maltherio. Ia melepas penutup kepalanya, memperlihatkan mata emas yang menyala di tengah badai salju, seolah menyimpan kekuatan yang tak terduga.“Diam,” ucap Zuko dingin, suaranya seperti salju yang jatuh perlahan, menambah ketegangan di antara mereka.Maltherio mendengus, topeng di wajahnya menyembunyikan senyum miring. “Kau tahu aku tak suka dipaksa menunggu. Kekacauan... adalah permainan yang lebih mengasyikkan daripada hanya diam melihat kawanan Blizzenok

  • Risking the Betrayal   Bab 16. Anak kecil di tengah monster

    Happy Reading ❄️Liora menghentikan langkahnya. Matanya menyipit, berusaha menangkap suara itu.“Aelric… kau dengar itu?”Aelric menoleh. Ekspresinya menegang.“Ya, aku mendengarnya.”Di kejauhan, bayangan gelap mulai terlihat di balik kabut. Para monster sedang mengelilingi sesuatu, gerakan mereka lincah dan penuh ancaman. Liora menahan nafas, jantungnya berdegup kencang.Lima monster kristal salju berdiri mengelilingi sesuatu di tengah lingkaran mereka. Tubuh mereka transparan, berkilau seperti pecahan kaca, memantulkan cahaya bulan yang redup.“Aertherwing, lihat dari atas!” perintah Aelric tegas, suaranya penuh otoritas.Burung besar itu langsung mengepakkan sayap emasnya dan terbang menembus hawa dingin, menghilang ke dalam kabut.Beberapa detik kemudian, Aertherwing kembali turun, wajahnya serius. “Ada anak laki-laki di sana. Ia terjebak... oleh Blizzenok.”Liora menegang. “Blizzenok?”Aelric tidak menjawab. Ia sudah menarik tombaknya, melempar dengan kekuatan mana penuh ke arah

  • Risking the Betrayal   Bab 15. Teleportasi ke Frostntra

    Liora menatap kastil megah di halaman belakang Duke, dikelilingi oleh rimbunnya pepohonan yang menjulang tinggi. Saat gerbang besi perlahan terbuka dengan derit berat, hawa dingin dan misterius menyambut mereka. Langkah kaki mereka menggema di halaman belakang yang luas, menciptakan suasana yang penuh harapan dan ketegangan.“Jika ini dunia nyata,” pikir Liora, “kastil ini sudah pasti aku jadikan latar utama dalam novel.”Baginya semua terasa terlalu sempurna untuk dianggap nyata, terutama sosok karakter game Aelric, Roderick, dan sang Duke sendiri. Mereka bukan hanya berkarisma, tetapi juga tampak menakjubkan dalam kenyataannya.Di depan pintu belakang kastil, Aelric berdiri dengan Aertherwing, burung itu bertengger tenang di pundaknya. Di sebelahnya, Duke Vireon dan Theo menyambut mereka dengan senyum tipis.“Selamat datang, Liora,” ucap Duke Vireon, suaranya dalam dan penuh wibawa.“Terima kasih, Yang Mulia,” balas Liora, sedikit membungkuk dengan rasa hormat.Ia membalas senyum Ael

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status