Share

Episode 11 Di Ambang Ragu

Dia menyodorkan selembar kertas berisi tulisan yang rapi. Sebuah deretan angka bernama ‘Kavalery Kartiko’. “Saya tetap menunggu jawaban Mbak Nala. Ini nomor saya, jangan sungkan menghubungi saya meskipun itu pukul 12 malam. Saya akan datang ke Jakarta untuk menjemput Mbak.”

            Kalimatnya kembali terngiang, saat di parkiran bandara Sentani tadi, dia mengucapkan itu. Hingga sekarang aku sudah berada di atas langit Makassar, semua masih terngiang jelas. Captain Kava masih jadi penghias lamunan kesepianku. Sepanjang jalan di langit malam yang sedih, hatiku mulai berani merindukannya.

            Apa pernikahan itu memang serius? Sumpah, aku tak berani memikirkannya. Siapalah aku ini? Kenapa harus menikah? Kenapa tidak dijadikan adik atau anak angkat keluarganya saja kalau cuma bermotif identi

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status