Share

Bab 10

Author: Julio
"Bagaimana kamu bisa masuk ke sini?"

Perusahaan Regulus memiliki salah satu sistem kontrol akses dan keamanan tercanggih di dunia. Mustahil orang luar bisa keluar masuk sesuka hati.

Zayden duduk di seberang Valerio dan menirukan gerakannya. Tindakannya membuatnya makin terlihat mirip dengan Valerio.

"Aku masuk dengan orang lain."

"Nggak mungkin."

Mata Zayden berkilat dengan licik. "Petugas keamanan yang mengizinkanku masuk."

Valerio bersandar dengan malas pada sandaran kursi. Dia bersedekap dan menjawab dengan sikap santai.

"Nak, kalau kamu masih nggak mau jujur, aku akan mengajarkanmu apa yang dinamakan kejujuran."

Zayden terkejut dan mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.

"Sangat mudah. Nggak ada petugas keamanan yang jaga di pintu sisi samping gedung. Aku hanya membuka kunci kombinasinya."

Keterkejutan melintas di pelupuk mata Valerio saat mendengar jawaban anak ini.

Kunci kombinasi yang dibicarakan anak ini adalah teknologi tinggi yang dikembangkan oleh pusat penelitian dan pengembangan terkemuka di dunia. Ada pengenal tubuh inframerah yang juga dipasang di lorong. Alarm akan berbunyi kalau orang yang melewatinya bukan karyawan perusahaan. Jadi, bagaimana mungkin anak ini bisa menghindarinya?

Valerio menekan keyboard, dia mencari data di sistem keamanan dan pengawas.

Benar seperti yang dikatakan Zayden. Setelah berhasil membuka kunci kombinasi, dia menggunakan perisai untuk mengganggu sensor inframerah. Dia melakukan serangkaian tindakan dalam sekali jalan, seperti pencuri yang ada di dalam film.

"Lumayan juga." Pria itu tersenyum tipis, merasa tertarik dengan anak ini.

"Terima kasih atas pujiannya." Zayden menegakkan tubuh mungilnya. Sikapnya terlihat seperti orang dewasa.

"Ini kartu namaku. Kamu bisa menghubungiku kapan saja."

Valerio memberinya kartu nama. Zayden mencondongkan tubuhnya ke depan, mengambil kartu itu dan memasukkannya ke dalam saku celana jinnya.

"Baiklah, Pak Valerio. Apa masih ada yang lainnya?"

"Sekarang aku sangat sibuk. Aku akan meminta seseorang mengantarmu pulang." Valerio mengangkat telepon dan berkata, "Apa Bu Briella sudah selesai? Minta dia masuk."

Briella baru selesai bertemu dengan seorang klien dan belum sempat duduk. Dia meletakkan berkas-berkas yang dia bawa, lalu pergi ke ruang kerja Valerio.

Dia membuka pintu dan sangat terkejut saat melihat putranya.

Keduanya terbelalak dan terdiam selama beberapa detik.

Zayden berpikir malam ini pantatnya tidak akan selamat. Jadi, dia segera membungkuk seratus delapan puluh derajat ke arah Briella dan berkata, "Halo, Tante!"

Briella menyembunyikan emosi di wajahnya dan tersenyum tipis ke arah Zayden.

Setelah itu, dia melihat Valerio.

"Pak Valerio mencari saya?"

"Hubungi orang tua anak ini, lalu antar pulang ke rumahnya. Temui aku lagi setelah itu."

"Baik."

Briella meraih tangan Zayden. Wajahnya tersenyum, tetapi kata-katanya diucapkan dengan penuh penekanan, "Ayo pergi, anak baik."

Setelah keluar dari gedung perusahaan dan sedang menunggu mobil, Briella akhirnya tidak bisa menahan emosinya lagi dan bertanya kepada putranya.

"Zayden, kenapa kamu menyelinap masuk ke tempat kerja mama?"

Wajah pantang menyerah Zayden memerah. "Cari Papa. Aku mau cari pria dewasa untuk keluarga kita!"

Briella menggigit bibirnya dan matanya berkaca-kaca. Anaknya sudah besar dan ingin punya papa. Dia tidak pernah merasa begitu tidak berdaya seperti ini sebelumnya.

Zayden menggenggam tangan Briella dan nada bicaranya berubah lembut, "Mama, sebenarnya siapa papaku?"

Kebetulan mobil perusahaan sudah berhenti di depan mereka. Briella menarik putranya masuk ke dalam mobil.

"Kamu masuk dulu. Kita bicara lagi setelah Mama pulang."

Briella berdiri di depan perusahaan dan menatap mobil yang perlahan menjauh. Bahkan setelah mobil tidak terlihat pun dia masih berdiri di tempatnya cukup lama. Angin dingin menerpa tubuhnya, membuat pikirannya melayang.

Saat liburan semester tahun itu, dia bekerja sebagai pelayan di kapal pesiar pribadi demi bisa membayar biaya kuliahnya. Suatu malam di laut dalam, dia menyelamatkan seorang pria yang mengalami luka tembak.

Pria itu mungkin melanggar hukum karena tidak mau pergi ke rumah sakit meski sedang terluka. Briella pun membawa pria itu ke kamar kapal pesiar dan membalut lukanya. Namun, pria itu malah menekannya dan mengatakan akan membalas kebaikannya setelah berhasil melarikan diri dari situasi yang mengancamnya saat itu.

Briella menggigil kedinginan dan ingin menolak. Namun, dia sangat kelelahan sampai tidak memiliki kekuatan untuk menolak.

Ketika terbangun lagi, dia sudah terbaring sendirian di ranjang rumah sakit. Dokter mengatakan saat pertengahan musim hujan, air laut sangat dingin. Dia sangat beruntung karena tidak diamputasi.

Pria itu adalah ayahnya Zayden.

Briella sudah menunggu lima tahun dan tidak mendapatkan apa pun. Dia bahkan sampai tinggal di kota tepi pantai dan bekerja dalam keadaan hamil besar. Namun, sekarang sepertinya Briella tidak akan pernah bisa mendapatkan apa yang dia nantikan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 583

    Kecurigaan tiba-tiba terlintas di benak Briella. Dia merasa bahwa kemunculan Elena yang tiba-tiba di depan rumahnya hari ini terlalu mendadak.Ketika Briella tengah memikirkan kemungkinan ini, Valerio tiba-tiba menelepon.Pria itu pasti baru bangun tidur. Suaranya sengau, terdengar rendah dan magnetis."Apa anak-anak sudah bangun?""Pak Valerio, bisakah Pak Valerio nggak memberi tahu siapa pun alamat tempat tinggalku seenaknya?""Apa maksudmu? Aneh sekali."Mendengar sikap Valerio, Briella memiliki tebakan sendiri di dalam benaknya.Seperti yang dia duga. Elena datang bukan untuk menjemput anak-anak, tetapi untuk menyatakan kedaulatannya.Terlalu samar untuk menganggapnya sebagai ancaman."Barusan Elena datang dan bilang kalau dia ingin menjeput anak-anak.""Anak-anak ikut dengannya?""Aku nggak kasih izin."Pria itu terdiam, tidak mengatakan apa-apa lagi.Kemudian, dia berkata, "Marco sudah dapat kamar terbaru terkait anak itu. Rumah sakit memang membawa anakmu pergi dan berbohong kep

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 582

    Briella kembali ke kursi kemudi dan menyesuaikan sudut kursi, baru menyalakan mobil untuk pulang.Setelah melakukan banyak hal semalaman, Zayden mengikuti Briella pulang dan masuk ke kamar tamu untuk tidur. Briella memandangi kedua kakak beradik yang tertidur lelap di atas tempat tidur. Kedua anak kecil ini benar-benar seperti malaikat, sangat pintar dan pandai bagaimana cara bersikap. Papa mereka memang suka main perempuan, tetapi sungguh sebuah keberuntungan yang luar biasa karena bisa menemukan wanita-wanita yang bisa melahirkan anak sesempurna mereka.Briella membantu mereka memakaikan selimut, lalu kembali ke tempat tidurnya.Dia tidur hingga pukul sepuluh keesokan harinya dan dibangunkan oleh suara bel pintu.Setelah mengan mengenakan sandal rumahan dan melewati kamar tamu, Briella tidak lupa membuka pintu kamar tamu untuk melihat Zayden dan Queena yang masih tertidur.Menutup pintu kamar tamu, Briella berjalan ke pintu depan dan melihat melalui mata kucing.Wanita yang berdiri d

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 581

    Briella berjalan keluar bersama Zayden dan masuk ke dalam mobil Nathan. Saat itu sudah pukul dua pagi.Nathan mengetuk pintu mobil Briella, memberi isyarat agar Briella keluar dan berbicara.Briella menatap Zayden. "Jangan keluar dari mobil. Tidur saja kalau kamu ngantuk."Zayden memelototi Nathan dan mendengus dingin, "Banyak sekali masalah pria itu."Briella membelai kepala Zayden. "Dia memang banyak masalah. Meskipun begitu, dia bukan orang jahat. Dia akan berguna dalam keadaan darurat."Zayden menunjukkan sikap posesifnya. "Kalau begitu Mama nggak boleh suka sama dia. Mama cuma boleh suka sama Papa saja."Briella tersenyum tidak berdaya. "Apa Papa nggak pernah bilang siapa Mama kamu?""Tentu saja Papa pernah bilang. Kamu."Briella hanya menganggapnya sebagai lelucon. "Nak, tidurlah di mobil. Setelah itu, kita akan pulang."Nathan merokok tidak jauh dari situ, mengembuskan kepulan asap putih di tengah dinginnya cuaca malam. Melihat Briella turun dari mobil dan berjalan mendekat, dia

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 580

    Nathan dan Zayden berhenti berdebat dan menatap Briella bersamaan. Keduanya sedikit takut saat melihat Briella marah.Erna memperhatikan Nathan. Siapa pun pasti bisa melihat kalau Nathan sangat menyukai Briella.Dia langsung bertanya pada Nathan, "Apa hubunganmu dengan Briella?""Aku mantan pacarnya."Erna kembali melanjutkan, "Lala sudah punya tunangan. Dia akan menikah dengan Klinton, tuan muda dari Keluarga Atmaja. Lebih baik kamu nggak berhubungan lagi dengannya setelah ini.""Kamu dan Klinton bertunangan?" Nathan berkata sambil menatap Briella, bertanya dengan nada serius."Dia itu rubah tua, apalagi adiknya, Davira. Apa kamu bisa hidup damai kalau menikah dengannya? Jangan menikah dengannya. Lebih baik bersamaku daripada bersamanya. Kamu mengerti?"Briella menjawab tanpa mengangkat matanya, "Kenapa aku harus menikah? Setelah menemukan anakku, aku akan baik-baik saja bahkan tanpa menikah.""Omong kosong apa yang kamu bicarakan!" Erna melanjutkan dengan kesal, "Apa maksudnya menemu

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 579

    Cahaya di mata Zayden sudah meredup. Neneknya tidak sadarkan diri sejak dia lahir, jadi neneknya belum pernah bertemu dengan Zayden. Wajar saja kalau dia tidak mengenali Zayden."Dia Zayden Dominic. Biarkan saja dia memanggilmu begitu." Briella tidak tega melihat kelopak mata Zayden yang terkulai dan kehilangan. "Bukannya kamu ingin aku punya anak? Kebetulan sekali ada yang memanggilmu nenek."Erna melihat Zayden, lalu bertanya pada Briella dengan ragu, "Katakan, apa dia benar-benar anakmu?""Bukan." Briella menunjukkan ekspresi bingung. "Ini anak atasanku. Aku diminta menjaganya.""Kalau itu bukan anakmu, kenapa nama belakangnya Dominic?" Nathan berjalan mendekat dan menunjuk ke arah kepala Briella. "Apa kepalamu ini benar-benar terbentur. Kenapa kamu masih nggak percaya?"Briella tiba-tiba memikirkan hal ini dan ternyata benar. Zayden punya nama belakang yang sama dengannya.Namun, tidak peduli seberapa banyak Briella memikirkannya, dia tidak ingat kalau dia punya seorang putra seusi

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 578

    Briella bisa merasakan ketidakbahagiaan Nathan. Kebencian Nathan kepada Rieta sama besarnya dengan rasa sayangnya kepada Rieta. Dia tidak bisa bertemu dengan ibu kandungnya lagi, mana mungkin dia tidak sedih?"Aku memang sakit. Hatiku yang sakit."Briella menutup mulutnya dan menatap punggung Nathan tanpa berkata apa-apa."Jadi aku teringat denganmu. Melihatmu bisa membuatku merasa lebih baik.""Aku bukan obat penghilang rasa sakit. Pergilah ke rumah sakit kalau kamu nggak sehat.""Kamu jauh lebih manjur dibandingkan dokter dan perawat rumah sakit. Apa kaki dan pinggang mereka sekecil milikmu? Daripada mencari mereka, lebih baik aku menemuimu."Sebelum Briella sempat mengatakan sesuatu, Zayden berteriak marah, "Dasar memalukan!"Briella menutup telinga Zayden. "Nathan, kamu boleh sedih, tapi tolong tunjukkan rasa hormat padaku. Ada anak kecil di dalam mobil. Apa kamu nggak bisa bersikap normal?""Normal, aku sangat normal. Aku nggak nangis dan membuat masalah, kenapa kamu bilang aku ng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status