Share

Bab 3

Author: Timmy
Fiona tak mengerti.

Kenapa segalanya berubah menjadi seperti ini?

Dulu, dari perkenalan hingga jatuh cinta, sampai akhirnya menikah, dia dan Dimas selalu dipandang sebagai pasangan sempurna. Orang-orang menyebut mereka bagai pasangan idaman, serasi dan membuat iri siapa pun yang melihat.

Saat melamarnya, Dimas menggenggam tangannya erat, menatap penuh ketulusan, berjanji,

“Banyak yang bilang, setelah menikah, seorang pria akan berubah hati. Tapi Fiona, tenanglah… aku nggak akan pernah berubah. Aku akan selalu menyayangimu, memanjakanmu, membuatmu selamanya jadi putri dalam dongeng.”

Dan setelah menikah, Dimas benar-benar menepati ucapannya.

Dia memperlakukan Fiona sama seperti dulu saat masih mengejarnya. Setiap hari ada bunga yang dikirimkan. Intinya pasti ada kejutan kecil yang membuat Fiona tersenyum. Apa pun yang dia inginkan, bahkan belum sempat mengatakannya, besok sudah muncul di meja samping ranjang. Seakan Dimas bisa membaca isi hatinya, menebak setiap pikiran kecilnya dengan mudah.

Sahabat-sahabat Fiona sering berkata iri, memuji betapa beruntungnya dia memiliki suami seperti Dimas, suami yang seakan tiada tandingannya di dunia.

Tapi kenapa… suami yang begitu sempurna pada akhirnya tetap berselingkuh?

Apa benar seperti yang dikatakan Erika?!

Cuma karena saat hamil tubuhnya berubah, tak lagi seindah dulu?

Tatapannya jatuh ke perut yang kini menonjol bak semangka. Kulitnya meregang, guratan samar stretch mark mulai tampak jelas.

Jelek… sungguh jelek.

Padahal sebelum hamil dulu, dia juga punya pinggang ramping seperti Erika. Kulit putih dan halus, perutnya rata tanpa guratan. Semua kini hilang, digantikan jejak kehamilan yang menyakitkan.

Betapa ironis. Demi Dimas, Fiona rela mengorbankan tubuh indahnya, menahan rasa sakit dan ketidaknyamanan, hanya untuk mengandung anaknya.

Namun di saat dia hamil, Dimas justru tega berselingkuh!

“Nyonya… ini sup ayam hitam dengan kolagen ikan yang baru selesai dimasak. Bu Mariska bilang bagus untuk bayi Nyonya. Cepat dinikmati selagi hangat, ya.”

Asisten rumah tangga masuk sambil membawa nampan.

Di atasnya ada semangkuk sup ayam hitam yang masih mengepul, sepiring kacang walnut yang sudah dikupas, dan setumpuk anggur segar yang ditata rapi.

Mariska Hermanto, ibu mertuanya percaya, makan anggur bisa membuat bayi lahir dengan mata besar, sedangkan walnut membuat otak lebih cerdas.

Demi cucu yang pintar sekaligus imut, dia bahkan menyuruh pengasuh rumah memastikan Fiona makan keduanya setiap hari. Minimal satu piring penuh.

Kalau tak dimakan, telepon dari ibu mertua akan langsung masuk.

“Orang yang tahu pasti paham kenapa aku menyuruhmu makan anggur dan kenari. Tapi mereka yang nggak tahu, mungkin mengira aku sedang meracunimu!”

“Aku lakukan ini demi cucuku! Kamu bukan gadis kecil lagi, Fiona. Kamu ibu hamil. Jangan egois. Kalau soal makan, jangan cuma menurut selera sendiri. Pikirkan anakmu!”

“Semua ini untuk kebaikanmu. Jangan selalu merasa aku ingin mencelakaimu!”

Kalimat-kalimat itu terus berputar di benak Fiona.

Dulu, meski tak suka, Fiona tetap memaksa diri makan hanya demi menghindari pertengkaran.

Namun kali ini…

“Ambil saja, Bi…”

Suaranya dingin, wajahnya berpaling.

“Aku nggak selera.”

“Meski nggak selera tetap harus makan, Nyonya. Bu Mariska bilang, semua ini dikirim khusus dari luar negeri. Murni alami, tanpa bahan berbahaya. Bagus untuk janin.”

Asisten rumah tangga mencoba membujuk, kembali menyodorkan nampan.

Saat itu, ponsel Fiona bergetar.

Pesan masuk—dari Erika lagi.

Kali ini lebih terang-terangan. Pertama, dia mengirim sebuah alamat. Lalu pesan bernada provokatif.

[Hei Bumil, berani datang nggak?]

Jari Fiona menggenggam ponsel erat-erat.

Rumah ini sudah tak lagi memberinya ruang untuk bernapas.

Kalau begitu… pergi saja melihat apa yang sebenarnya terjadi!

Fiona pun menyalakan mobil, mengikuti alamat yang dikirim Erika. Sepanjang jalan pikirannya dipenuhi tanya, sampai akhirnya tiba di sebuah gedung pelelangan mewah.

Dahinya berkerut. Pelelangan?

Kenapa Dimas harus bertemu dengan selingkuhannya di tempat seperti ini?

Namun ketika mendongak, pemandangan di depannya seketika membuat langkahnya terhenti.

Erika berdiri di barisan depan, bergandengan mesra dengan seorang wanita kaya yang berbalut perhiasan gemerlap.

Dan wanita itu... bukan orang lain.

Melainkan… ibu mertuanya sendiri, Mariska!
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Romantisme yang Menikam dari Belakang   Bab 24

    Begitu mendengar kata “hukuman mati”, pandangan Mariska berkunang-kunang. Tubuhnya nyaris ambruk. Jantungnya berdebar tak karuan.Untunglah Pak Willy sigap. Dia menenangkan dengan suara tenang tapi tegas, "Selama ada uang, masih ada celah. Masih ada harapan, sekecil apa pun itu."“Pak Willy… asal bisa menyelamatkan anakku, berapa pun harganya aku rela!” Mariska tergopoh, suaranya gemetar.“Sekalipun harus jual rumah… aku akan lakukan. Tolong selamatkan Dimas!”Pak Willy menjelaskan jalan keluarnya dengan lugas, solusi pahit tapi realistis.“Saat ini cuma ada satu cara… mengeluarkan uang agar pihak rumah sakit mau menerbitkan keterangan kalau Dimas mengalami gangguan jiwa. Kalau dinyatakan sakit jiwa, pembunuh nggak perlu bertanggung jawab. Itu artinya… Dimas nggak akan di penjara, tapi akan dikurung di rumah sakit jiwa.”“Setelah Dimas dimasukkan ke rumah sakit jiwa, barulah kita cari cara untuk mengeluarkannya kembali,” tambahnya.“Tapi selama proses itu, perlu banyak uang untuk melic

  • Romantisme yang Menikam dari Belakang   Bab 23

    Erika sudah dipukuli hingga sekujur tubuhnya berlumuran darah. Namun Dimas tak menunjukkan niat sedikit pun untuk berhenti. Matanya merah, penuh amarah, seolah ingin benar-benar membunuh Erika di jalan itu juga.Untungnya, petugas keamanan rumah sakit datang tepat waktu, menahan Dimas sebelum tragedi yang lebih buruk terjadi. Jika tidak… amarah Dimas yang membara bisa saja merenggut nyawa Erika.Meski berhasil dihentikan, aksi kekerasan Dimas tetap terekam oleh para saksi. Video itu kemudian menyebar luas di media sosial, memicu kemarahan dan keterkejutan publik.[Dimas Kehilangan Kendali! Memukuli “Pelakor” di Jalanan Nyaris Mengakibatkan Kematian!]Situasi makin runyam. Nanang yang dulu sudah mengeluarkan banyak uang untuk menekan berita perselingkuhan agar tak tersebar, kini mendapati kabar ini meledak di media. Video Dimas memukuli Erika malah menjadi trending sebelum skandal lama sempat terkubur.Kesal setengah mati, Nanang terkena serangan jantung dan pingsan seketika. Sementara

  • Romantisme yang Menikam dari Belakang   Bab 22

    Selama beberapa waktu ini, seluruh hati dan pikiran Dimas tertuju pada Fiona.Dia terus saja menggila di rumah sakit, sama sekali tak menyadari apa yang terjadi di dunia maya.Hingga akhirnya, bisik-bisik di sekitar menyadarkannya.Sebelum Viktor pergi, sepertinya benar, Viktor pernah berkata bahwa video itu akan diunggah ke internet…Panik, Dimas segera meraih ponsel dan mencarinya.Benar saja. Video perselingkuhannya sudah tersebar luas.Viktor menutupi wajah Fiona dan para dokter yang menangani operasinya, tapi Dimas dan Erika? Tak ada sensor sama sekali, wajah mereka terekspos begitu saja.Begitu video itu beredar, gelombang kemarahan di dunia maya meledak.Netizen menyerbu, menghujat mereka sebagai “pasangan mesum” yang pantas dicemooh.[Gila… aku benar-benar nggak menyangka. Dimas, si ‘pria idaman semua orang’, ternyata begitu menjijikkan di balik layar. Dulu aku bahkan sempat menyukainya… tapi sekarang melihat semua kebejatannya, rasanya seperti menelan lalat hidup, hati ini mua

  • Romantisme yang Menikam dari Belakang   Bab 21

    “Erika… di video itu kamu terlihat sangat puas, bukan? Kamu pikir, selama Fiona meninggalkanku, kamu bisa mulus menggantikannya menjadi istriku?”“Heh! Jangan mimpi! Mana mungkin aku menikahi wanita rendahan sepertimu? Di mataku, kamu nggak ada bedanya dengan wanita-wanita murahan di klub malam. Aku hanya tidur denganmu beberapa kali, dan kamu… benar-benar menganggap dirimu penting?”Dimas langsung mencengkeram leher Erika.Amarah yang membara di dadanya seperti api yang tak bisa dipadamkan, menuntut satu orang untuk menjadi sasaran pelampiasannya.Dan sialnya… Erika tepat berada di depan jalurnya.Seolah tak sengaja, dia menjadi korban kemarahan yang menggebu itu.Dimas menekannya ke dinding, menyalurkan amarah melalui pukulan bertubi-tubi, disertai makian yang kasar.“Wanita jalang! Beraninya kamu provokasi Fiona! Siapa yang kasih kamu keberanian itu, hah?”“Wanita jalang sepertimu, mana pantas dibandingkan dengan Fiona? Kamu bahkan nggak sebanding dengan jari kakinya! Menyamakanmu d

  • Romantisme yang Menikam dari Belakang   Bab 20

    Dimas bergegas ke rumah sakit, dengan polosnya dia mengira saat ini Fiona pasti masih dirawat di sana.Namun siapa sangka, saat dia dan Erika sedang bermesraan, Fiona justru sudah lebih dulu naik pesawat menuju negeri nan asing!“Biarkan aku masuk! Istriku ada di dalam! Aku harus menemui istriku!”Begitu tiba, Dimas langsung bersitegang dengan petugas keamanan di gerbang. Rumah sakit ini khusus untuk kalangan militer, tak terbuka untuk umum.Sebelumnya, karena izin Viktor, petugas sempat membiarkan Dimas masuk. Tapi kini hak istimewa itu dicabut. Otomatis, Dimas tak bisa masuk lagi.Dimas mencoba memaksa, tapi para penjaga bukan petugas keamanan biasa. Mereka mantan tentara, bertubuh kekar dan terlatih. Kalau bukan karena aturan rumah sakit yang melarang kekerasan terhadap warga sipil, mungkin sejak awal Dimas sudah dikeroyok habis-habisan.Gagal, Dimas pun mengganti strategi. Di depan pintu rumah sakit, dia berteriak lantang.“Fiona! Aku tahu kamu ada di dalam! Aku tahu kamu nggak mau

  • Romantisme yang Menikam dari Belakang   Bab 19

    Jelas sekali, Nanang dan Mariska menilai terlalu tinggi para pelayan di rumah mereka.Viktor dan anak buahnya semua berasal dari militer. Kemampuan mereka? Mustahil bisa ditahan oleh orang biasa. Bahkan, Viktor tak perlu turun tangan sendiri. Hanya dengan satu anak buahnya, seluruh pelayan Keluarga Anggara langsung dibuat tak berdaya.Bukan hanya flashdisk gagal direbut, wajah busuk Nanang dan Mariska malah terekam oleh banyak tamu lewat ponsel mereka. Begitu video itu tersebar di internet, reputasi Keluarga Anggara akan hancur berkeping-keping, dipermalukan habis-habisan!Di tengah kekacauan itu, Viktor tetap santai mengendarai SUV-nya meninggalkan lokasi, sementara Mariska terduduk di lantai, menangis histeris tanpa kendali.“Ya Tuhan! Apa yang harus kita lakukan? Keluarga Darmawan benar-benar ingin menghancurkan kita!”“Dasar anak kurang ajar!” Nanang tak bisa melampiaskan amarah pada Viktor. Semua emosinya dia tumpahkan pada Dimas. Dia melangkah maju, menampar putranya dengan keras

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status