Share

Rosélina fall in love
Rosélina fall in love
Penulis: Himesama

Hari pertama

Roselina, seorang gadis dengan rambut hitam panjang yang diikat tinggi serta kacamata minus yang bertengger di hidungnya. Dia menenteng berkas lamaran pekerjaan sembari menatap sebuah gedung yang menjulang tinggi.

gedung pencakar langit dengan sebuah tulisan besar terpampang jelas , Terrell-one, sebuah perusahaan internasional yang berkembang dengan sangat pesat di kota tersebut.

Dia menghela napas panjang, setelah mengumpulkan keberaniannya, dia pun mulai melangkahkan kaki menuju gedung tersebut. Sebelumnya dia telah dihubungi pihak HRD untuk melakukan wawancara hari ini.

Beberapa saat kemudian di ruangan HRD. "Nona Roselina, selamat Anda diterima bekerja diperusahaan ini. Kriteria anda sudah memenuhi posisi sebagai sekretaris Presdir. ruangan beliau berada di lantai paling atas dari gedung ini."

mereka beranjak dan saling berjabat tangan "Terima kasih, kalau begitu saya permisi dulu." Rose pun keluar dari ruangan HRD dan pergi ke ruangan Presdir untuk segera melapor dan menjalankan pekerjaannya.

Rose tersenyum menyeringai "Sesuai Rencana." batinnya, dia naik elevator untuk sampai di ruangan Presdir yang berada di lantai paling atas di gedung tersebut.

Kilas balik,

Malam itu di tempat biasa, paman Marko meminta Rose datang menemuinya, dia mengatakan bahwa ada sesuatu yang harus dia beritahukan mengenai misi selanjutnya.

"Rose, tugasmu kali ini adalah mendekati seorang Presdir muda dari perusahaan Terrell-one. Dia memiliki sesuatu yang sangat berharga dan bagaimanapun caranya kau harus mendapatkannya." perintahnya.

Rose yang tengah terduduk, karena rasa penasarannya kemudian menengadahkan kepalanya menatap paman, "Sesuatu yang berharga apa?" tanya polos Rose.

Paman membalikkan tubuhnya lalu berjalan mendekat pada Rose, ketika sampai di hadapannya diapun sedikit membungkukkan badannya "Sebuah kunci. Rose kau harus mendapatkannya." bisik paman.

Kilas balik selesai.

Rose tiba di depan ruangan Presdir. Perlahan dia mengangkat tangannya dan mulai mengetuk pintu.

"Presdir ... Aku sekretaris baru, apa boleh masuk?" tanyanya dengan nada malas, tapi perkataannya itu tidak mendapatkan balasan membuatnya semakin keras mengetuk pintu.

Entah sudah berapa lama dia mengetuk pintu namun tak kunjung mendapatkan balasan, pintu pun tidak bisa dibuka. Tak lama..

"Ehem." suara seseorang berdehem di belakangnya. Rose lantas menoleh. Dibelakangnya berdiri seorang pria tampan dengan setelan Jas mahal.

Pria berambut hitam dengan model rambut orang - orang barat, dibawah mata kanannya terdapat tahi lalat kecil.

Tampangnya terlihat dingin namun memiliki tatapan yang hangat. Pria itu memiliki tinggi badan berkisar 180an, sangat tinggi membuat Rose harus sedikit mengangkat kepalanya.

"Minggir! Kau menghalangi jalan." ucap pria itu.

Rose mengkerutkan alisnya "Aku yang tiba duluan, jangan menyerobot!" balasnya ketus.

"Menyerobot? Jika kau ada keperluan tinggal masuk saja, kenapa berdiri di depan pintu, menghalangi jalan saja!" balas pria itu.

"Pak Presdirnya belum mengijinkan masuk, mana boleh masuk!" balas Rose dengan wajah datar.

"Pft."

"Kenapa kau tertawa?" ia terheran melihat pria aneh itu.

"Ngomong - ngomong, siapa nama Presdirnya?" tanyanya.

Rose menaruh tangan di dagu, seolah sedang berpikir "Kalau tidak salah, Light Andrean." ucapnya.

"Hm, kalau begitu tolong baca tulisan nametag ini." ucapnya sembari menunjuk nametag berwarna emas yang menempel di Jas-nya.

Rose mendekatkan wajahnya, meruncingkan tatapannya dan berusaha membaca tulisan itu dengan membenarkan posisi kacamatanya.

"Li-Light Andrean? Hah?!" dia terkejut sampai memasang ekspresi yang sangat lucu. Bodoh! Baru saja dia bersikap tidak sopan pada atasannya.

Ternyata dia bosnya, Light Andrean. Menyadari kesalahannya Rose langsung membungkuk dan meminta maaf.

"Benar, aku Presdir Light Andrean, kau bisa memanggilku Tuan El."

"M-maaf, pak Presdir. Aku tidak tahu, tolong maafkan aku." ucapnya dengan berusaha tetap tenang.

Rega menghela nafas panjang "Hm, tak apa. Kau sekretaris baru ya? Ayo masuk." ajaknya sembari mendorong pintu.

Rose menatap pria itu dari belakang dengan tatapan tajam, "Langkah pertama sudah selesai." gumamnya kemudian tersenyum menyeringai. Setelah itu diapun mengikuti Rega masuk ke ruangan.

Wangi yang sangat harum dan menyejukkan, ruangan Presdir memang berbeda dari yang lainnya. Rose mengikuti langkah Rega sembari menoleh kesana kemari terkesima oleh ruangan itu.

Tak lama pria itu duduk di kursi Presdirnya. Menatap Rose yang berdiri dihadapkan nya. Rose paham apa yang dia nantikan.

"Selamat pagi, saya Roselina, sekretaris baru anda." ia memperkenalkan diri.

"Roselina kah? Nama yang bagus. Selamat bergabung dengan perusahaan Terrell-one, meja kerjamu disana." ucapnya sembari menunjuk salah satu sudut ruangan yang terdapat meja kerja bertuliskan sekretaris Presdir.

"Terima kasih." Rose kemudian pergi ke tempat duduknya. Di atas meja terdapat beberapa tumpuk buku, Rose pun membacanya satu persatu.

Tak berselang lama..

Kriiiing! Kriiiing!

Ponsel Rega berbunyi, Rose mengintip dari sudut komputer di depannya. Dilihatnya Rega yang memandang ponselnya yang terus berdering, seperti enggan menerima panggilan tapi tidak bisa.

Dia kemudian beranjak dan berjalan menuju sisi ruangan dan menatap keluar kaca jendela, menatap pemandangan diluar kemudian mengangkat panggilan itu.

"Iya, Bu." ucapnya, Rose membuka lebar telinganya untuk menguping pembicaraan Rega dengan seseorang itu. Barang kali ada sesuatu yang berkaitan dengan misinya.

"Lagi? Bu, sudah aku katakan, aku belum ada niat menikah. Berhenti mencari wanita untukku, satupun dari mereka aku tidak menyukainya."

"Aku kira orang kaya tidak memiliki masalah, ternyata salah." Rose bergumam, dirasa hal itu tidak ada hubungannya dengan misinya, diapun kembali fokus pada pekerjaan.

Paman bilang perlahan tapi pasti, yang penting sekarang sudah berada di dekat orang itu, tinggal cari tahu kemudian melakukan pergerakan.

Tak lama terdengar helaan nafas kasar, sudah selesai menelponnya? Batin Rose, dia kembali mengintip.

Dan dilihatnya pria itu sudah kembali ke kursinya, dia memegangi kepalanya dan sesekali memijatnya ringan.

"Rose!" panggil El membuat Rose terkejut dan langsung berdiri. El yang melihatnya malah terheran.

"I-itu ... Bisakah memanggilku Lina? Aku tidak terbiasa dipanggil nama depan." padahal bukan itu alasannya.

"Baiklah, Lina, bisa buatkan aku teh hangat? Asistenku sedang cuti hari ini." pintanya.

Hanya membuat teh saja, itu hal kecil. Batinnya.

"B-baik." dia pergi untuk membuatkan teh. Siapa yang tahu bahwa Rose sangat handal membuat minuman hangat yang satu ini.

Sekitar 15 menit lamanya, Rose akhirnya kembali dengan nampan yang di atasnya terdapat secangkir teh. Dia kemudian meletakkannya di meja kerja El.

"Silahkan dinikmati." ucapnya.

"Terima kasih." tangannya menggapai telinga cangkir, lalu mengangkatnya perlahan. Seruputan pertama telah dilakukan.

Jika dalam misi sebenarnya, Rose mungkin sudah menambahkan sesuatu ke dalam teh itu. Nalurinya sebagai seorang Assasin mungkin harus dia tahan untuk beberapa waktu kedepan.

Setelah itu diapun kembali ke tempat duduknya.

Sepenggal kisah tentang Roselina.

Sejak berumur 8 tahun kedua orang tuanya meninggal, diapun tinggal bersama pamannya yang bernama Marko. Dia memiliki pekerjaan yang sangat misterius, dia mendidik Rose dengan sangat baik dari waktu ke waktu. Sampai dia menyadari sesuatu, sesuatu bernama Assasin telah melekat pada dirinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status