Share

Bab 3

Author: CewekTauruz30
last update Last Updated: 2025-01-27 02:42:07

Nayra pulang dengan perasaan kesal dan tentu saja sedih. Nayra menyimpan barang belanjaannya dan segera masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan badannya. Nayra berdiri di bawah shower, membasahi tubuhnya dengan air dingin. Nayra bermaksud supaya otaknya bisa ikut dingin juga. Pertemuan dengan adik dan mertuanya membuat moodnya malah tidak baik. 

“Mengadu apa yang terjadi hari ini pun percuma, yang ada mas Albi pasti akan membela ibunya dan meminta aku terus memakluminya. Padahal, ini sudah sangat keterlaluan.” Nayra menghela nafas panjang. “Rasanya aku ingin meminta mas Albi untuk membawa aku pindah dari kota ini. Menghayal saja dulu, toh kenyataannya itu tidak mungkin.” Nayra terkekeh. 

Setelah merasa lebih baik, Nayra segera menyelesaikan mandinya dan segera berpakaian. Nayra membuka semua barang belanjaannya hari ini. Dia melihat satu pakaian yang menurutnya tidak pernah dibelinya. Membeberkan pakaian itu yang ternyata baju untuk wanita hamil. 

“Astaga, kenapa baju ini ada pada tas belanjaanku? Apa pelayan itu salah menaruh pakaian? Tapi tidak mungkin, tadi hanya aku saja yang sedang membayar di meja kasir.” Nayra terus berpikir. Nayra lalu mengecek struk pembelian yang tadi diberikan kasir tersebut. Tapi memang baju itu ada dalam list pembayarannya. 

“Bajunya tidak sesuai denganku, apalagi mahal banget harganya. Aku kembalikan saja nanti sore, minta antar Mas Albi sekalian jalan-jalan. Sudah lama kita tidak jalan-jalan sore berdua.” 

Nayra melipat kembali pakaian itu, dia masukan kembali ke paperbag. Nayra lalu menghubungi suaminya dan minta jalan-jalan sore. Albi yang memang tidak ada jadwal penting langsung pulang. Menyenangkan hati istri memang tidaklah buruk, pikir Albi. 

“Mas, kok sudah pulang?” tanya Nayra saat dia sedang berada di dapur. 

Albi memeluk istrinya dari belakang. “Katanya ada yang mau jalan-jalan sore, makanya Mas pulang cepat. Tapi, apakah tadi jalan-jalan siang tidak menyenangkan sampai-sampai harus pergi jalan-jalan lagi sama suaminya?” 

“Sebenarnya mau nanyain sesuatu ke pelayan butik.” 

“Ada masalah?” 

“Tadi pas aku belanja beberapa pakaian, aku enggak cek lagi pas di sana. Ternyata ada satu pakaian yang aku enggak beli masuk ke pembayaran aku, memang sih pakaiannya juga ada sama aku, tapi …,” 

“Tapi apa?” tanya Albi memotong perkataan istrinya. 

“Pakaian itu untuk ibu hamil yang sudah besar, Mas. Aku enggak tahu siapa yang punya pakaian itu. Saat tadi di kasir justru hanya aku yang ada disana. Mana mahal banget lagi bajunya, pantas saja tadi pas bayar sempat aneh.” 

“Ih gitu, memangnya gak mau kamu simpan aja buat nanti jika sudah saatnya kamu hamil dan memerlukannya?” 

“Mas, nanti saja jika memang aku memerlukan pakaian seperti itu. Membeli sama saja membuat aku sedih, Mas.” Nayra cemberut sambil menatap suaminya yang ternyata memang lebih tinggi darinya. 

“Ya sudah, kita kembalikan nanti sore setelah Mas mandi. Sekarang, Mas ingin makan masakan kamu.” 

Nayra tersenyum. “Baiklah, dengan senang hati.” 

Nayra langsung mengeksekusi sayuran yang ada di dapur, Nayra begitu lihai saat memasak. Memasak memang sudah sering dia lakukan, sehingga dia cukup pintar sekarang. Masakannya juga tidak terlalu buruk, bahkan suaminya saja sangat menikmati masakan istrinya. 

“Mas, besok malam kita disuruh ibu buat makan malam dirumah ibu,” ucap Nayra. 

“Kapan kamu ketemu ibu? Apa ibu ada hubungi kamu?” 

Nayra menggelengkan kepalanya. “Tadi pas di butik aku ketemu ibu bersama dengan Aninda. Ibu sedang membelikan Aninda pakaian banyak sekali.” 

“Jadi ini alasan kamu jadi gak mood?” 

“Kata-kata Aninda yang bikin aku kesal.” 

Albi hanya tersenyum dan tak menjawab, mereka langsung menuju butik langganan keluarga Albi. Beberapa pelayan disana sudah mengenal Albi, mereka langsung menyambut dengan ramah. 

“Mbak, saya tadi belanja beberapa pakaian. Tapi saya tidak pernah membawa ataupun berniat membeli baju ini, apakah tdi baju ini tidak sengaja masuk ke belanjaan saya?” tanya Nayra sambil menunjukan lakian hamil itu. 

“Tapi sepertinya ini memang baju anda, nyonya.” 

“Baju yang saya pilih? Tidak, saya benar-benar tidak memilih ataupun berniat membeli pakaian ini,” bantah Nayra. 

“Sudahlah sayang, kamu ambil aja dan simpan. Siapa tahu nanti kamu membutuhkan pakaian ini,” bisik Albi. 

“Maaf, nyonya. Tadi seseorang yang sedang bersama nyonya Laila yang meminta saya untuk menyimpan ini di belanjaan anda. Katanya anda sedang mencari pakaian itu karena anda sekarang tengah hamil, dan beberapa bulan lagi kehamilan anda membesar. Jadi, nyonya itu yang meminta saya memberikan kejutan untuk anda.” pelayan yang tadi membantu Nayra akhirnya angkat bicara. Mendengar penjelasan pelayan itu membuat Nayra marah. 

“Mas! Adik ipar kamu itu sudah sangat keterlaluan!”

Nayra langsung meninggalkan suaminya, Nayra benar-benar kesal. Adik iparnya terus saja mengganggu dan terus mengungkit masalah kehamilan. Nayra lalu duduk dia sebuah cafe yang masih satu atap dengan butik itu. Sementara Albi menyelesaikan pengembalian baju tersebut. Nayra menangis, dia begitu cengeng ketika menyangkut dengan masalah kehamilan. 

“Jangan menangis, Mas yakin jika Aninda hanya bercanda saja.” 

“Bercanda? Bercandanya itu sangat tidak lucu, Mas. Bukannya lucu malah bikin orang sakit hati dan kesal!” 

“Biar nanti mas yang bicara dengan ibu. Kamu tenang saja,” sahut Albi.

“Mas bicara sama ibu? Nanti yang ada ibu belain dia, Mas. Harusnya mas lngsung bicara sama orangnya aja. Kalau perlu beritahu juga adik kamu supaya bisa membuat istrinya sedikit lebih menghargai atau menjaga perasaan orang lain!” 

“Iya, mas akan bicara pada Rafael juga nantinya. Sekarang kita pulang atau mau makan dulu?” tanya Albi. 

“Langsung pulang aja, lagian tidak ada yang ingin aku beli lagi. Semua sudah cukup,” jawab Nayra. 

*****

Keesokan harinya, Albi dan Nayra datang kerumah utama. Keduanya memang sudah berjanji akan datang makan malam dirumah Laila. Albi langsung ikut bergabung dengan ibu, adik dan kakak nya di ruang keluarga. Sementara Nayra pergi ke dapur untuk mengambil minum karena memang dia merasa kerongkongannya kering. 

“Mbak Nayra, sudah sampai rupanya.” tanpa disangka Aninda sedang ada di dapur sedang membuat susu yang biasa dia minum. 

“Maksud kamu apa menyimpan pakaian hamil di tas belanjaanku?” tanpa menunggu waktu lagi, Nayra langsung bertanya pada Aninda. 

“Pakaian hamil apa, mbak?” 

“Jangan pura-pura gak tahu! Aku sudah bertanya pada pelayan di butik itu kemarin dengan mas Albi. Salah satu pelayan itu bilang kalau semua itu kamu yang nyuruh, maksud kamu apa?” 

“Maksud aku baik, mbak. Aku hanya ingin membelikan sesuatu yang pastinya kamu akan membutuhkannya suatu saat nanti. Apa salahnya.” tidak ada penyesalan yang terlihat diwajah Aninda. 

“Kamu memang keterlaluan, bercandaan kamu itu tidak lucu sama sekali, Aninda!” kata Nayra dengan berusaha bicara pelan. 

“Ada apa ini?” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 30

    “Mas!” panggil Nayra ketika suaminya baru saja keluar dari kamar mandi. “Kenapa? Apa masih kurang?” goda Albi sambil mengerling genit. “Apa sih, kamu ini kalau ngomong pasti ke situ-situ aja.” Albi tersenyum, dia berjalan menuju nakas dan mengambil air minum. “Lalu apa?” “Suami Kharisma itu siapa, sih? Bukannya kemarin kata Anin suami Kharisma itu dari keluarga Hartanto juga?” Mendengar pertanyaan Nayra membuat Albi langsung tersedak karena Albi memang sedang minum. Nayra mendekat dan mengusap punggung suaminya dengan lembut. Albi masih kaget dengan apa yang ditanyakan Nayra. “Kenapa sampai tersedak kek gitu, sih? Kaget banget aku tanya suami dari Kharisma?” “Bukan gitu, aku kaget aja tiba-tiba kamu tanya suami Kharisma. Ada apa?” tanya Albi mencoba bersikap biasa. “Aku bingung aja, Kharisma hamil tapi ibu bilang Kharisma ngidam mangga muda sama kamu. Apa hubungannya, coba?” “Masa sih?” Nayra mengangguk. “Baru saja aku liat ponsel kamu dan ada pesan dari ibu. Kharisma katany

  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 29

    “Mas, lagi liat apa, sih?” tanya Nayra yang berdiri di hadapan Albi. Albi yang sedang terus menatap ponselnya langsung mematikan ponsel itu dan menyimpannya. “Tidak, Mas kebetulan lagi periksa beberapa email yang masuk. Kamu udah darimana?” “Tadi habis dari tetangga sebelah, anaknya baru pulang dari luar negri. Aku yang sedang ada di halaman depan dipanggil dan berkunjung mencicipi beberapa oleh-oleh yang anaknya bawa,” jawab Nayra seraya duduk di samping suaminya. “Selama ini aku selalu diam dirumah, tanpa mengenal para tetangga. Rasanya sangat rugi sekali, ternyata tetangga kita baik-baik, Mas. Katanya mereka sebenarnya ingin mengajak aku untuk gabung ketika sedang berkumpul, tapi mereka agak segan sama kamu, Mas. Ada-ada aja,” imbuh Nayra. “Padahal mereka selalu menyapa Mas kalau Mas pulang atau pergi kerja,” jawab Albi sambil tersenyum. “Kalau sekali-sekali aku undang mereka ke rumah, boleh?” “Tentu saja boleh, kamu juga butuh teman ngobrol dan supaya tidak bosan juga di ruma

  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 28

    “Mas, aku hamil.” Albi terdiam, dia terkejut dengan apa yang dikatakan Kharisma, istri keduanya itu. “Mas, apakah kamu tidak bahagia mendengar kabar ini?” kata Kharisma kembali yang sontak membuat Albi tersadar. Albi menghela nafas panjang. “Apa yang kamu katakan itu benar?” “Apa Mas tidak percaya dengan apa yang aku katakan?” Kharisma berjalan menuju meja rias, dia mengambil alat yang tadi digunakan untuk mengecek kehamilan. Kharisma lalu memberikan alat itu pada Albi. Albi kembali diam, dia menatap benda yang kecil yang terlihat ada garis dua. Entah apa yang harus dia rasakan sekarang, apakah dia harus bahagia karena akan mempunyai anak? Atau dia harus bersedih karena anak yang akan lahir itu bukan dari rahim Nayra. “Kamu yakin ini adalah anakku?” “Apa maksud pertanyaan kamu itu, Mas? Apakah kamu pikir aku melakukan itu dengan pria lain?” Kharisma menatap tajam suaminya. “Apa kamu tidak sadar jika yang pertama kali melakukan itu adalah kamu? Aku tidak pernah tidak menyangka k

  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 27

    Anak cantik udah nyampe, sehat, sayang?” tanya Fitri menyambut kedatangan keponakan tersayang nya. “Aku sehat, tante. Aku mau main di sini, boleh?” “Kenapa tanya seperti itu? Tentu saja rumah ini terbuka lebar untuk kamu, kapan saja kamu bisa datang. Kamu mau tinggal disini juga boleh, jangan pernah bertanya seperti itu lagi. Kamu ini anak Tante, mengerti?” Nayra mengangguk sambil terlihat air matanya sudah akan jatuh, segera Fitri memeluk keponakan yang sudah dianggap sebagai anak nya itu. Albi mengusap punggung istrinya, Albi menatap Fitri seolah meminta supaya Tante dari istrinya itu menghibur istrinya. “Oh iya, sudah lama kamu tidak menginap dirumah Tante. Kamu menginap satu malam aja, boleh?” Nayra melepaskan pelukannya. “Aku gimana mas Albi saja, kalau memang diizinkan untuk tinggal disini, aku tidak masalah. Lagian aku juga kangen sih sama Tante, banyak banget yang ingin aku ceritakan ke Tante.” “Baiklah, kita akan menginap disini malam ini.” Jawaban Albi sontak membuat N

  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 26

    “Bu, tadi ada paket dan saya sudah simpan di ruang tamu.” kata wanita yang baru berusia lima puluh tahunan itu. “Paket apa, bi?” tanya Nayra pada wanita yang baru bekerja di rumah Nayra itu. “Sepertinya dari rumah sakit, Bu. Biar saya ambilkan dulu,” jawab Epi sambil berjalan menuju ruang tamu. Epi bekerja pada Nayra dan Albi baru dua bulan. Albi saat itu meminta Laila untuk mencari seorang art, karena art sebelumnya tidak bisa bekerja lagi. “Bu, ini suratnya.” Nayra mengangguk. Dia tahu surat yang sedang dia pegang itu adalah hasil pemeriksaan dari rumah sakit. Nayra berjalan menuju kamar, dia lalu duduk di sofa dan membuka amplop coklat dan segera membacanya. Dadanya sakit, sesak dan sepertinya dia kehabisan nafas membaca hasil pemeriksaan. Air mata mengalir begitu saja tanpa diminta, tidak percaya dengan apa yang dia baca barusan. “Apa yang akan Mas Albi katakan nanti ketika tahu hasil pemeriksaan ini? Aku yakin pasti Mas Albi akan kecewa sama aku, aku harus bagaimana?” liri

  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 25

    Aninda, Laila dan Rafael berjalan beriringan. Sementara Albi dan Nayra berjalan dibelakang, Albi menggenggam tangan Nayra, Albi terus melontarkan candaan pada istrinya. Albi tidak ingin Nayra bersedih, apalagi melihat Laila yang sedari tadi menggandeng Aninda dan memperlakukan Aninda sangat spesial. Tak lama Kharisma muncul dengan senyum manis pada Albi dan Nayra. “Mbak, kamu udah disini aja,” ucap Anin sambil menghampiri Kharisma. “Iya, tadi ada teman aku yang kebetulan tugas di rumah sakit ini,” jawab Kharisma. “Udah buat janji, kan?” imbuh Kharisma. “Udah, sepertinya languang masuk ruangannya aja.” Aninda mengusap perutnya yang sekarang sudah terlihat membuncit. “Mau ikut pemeriksaan juga kamu, Bi?” tanya Laila pada putranya. “Aku dan Nayra tunggu disini dulu aja, Bu. Lagian gak enak juga kalau ikut masuk ruangan pemeriksaan semua, kebanyakan,” jawab Albi sambil terkekeh. “Baiklah, sekarang kamu yang nunggu disini. Besok kamu ikut keruangan untuk memeriksa istri ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status