Share

BAB 5 WANITA KEDUA DI HATI

Setelah Bryan membelikan makan malam untuk wanita itu dan dirinya, mereka pun makan malam bersama. Setelah itu, Bryan segera memberikan obat yang tadi sempat dibeli.

"Kamu yakin nggak mau ke dokter aja?" Tanya Bryan sambil menyerahkan beberapa tablet obat dan air putih.

Wanita itu menggeleng lemah. "Nggak usah sweetie. Aku baik-baik aja kok."

"Yaudah sekarang kamu istirahat ya, biar besok pas bangun kamu udah segeran lagi." Wanita itu pun mengiyakan ucapan Bryan dan segera membaringkan tubuhnya dibantu Bryan.

"Kalau gitu aku pergi dulu yah, soalnya aku udah janji sama Ruby mau nemenin dia kerja pr malam ini. Kamu cepat sembuh, biar kita-"

"Sweetie ... aku boleh minta sesuatu nggak sama kamu? Aku janji ini yang terakhir." Ucap wanita itu dengan tatapan teduhnya. Tatapan teduh yang membuat Bryan jatuh hati, pada saat pertama kali mereka bertemu.

"Emangnya kamu mau minta apa sih sweetie?" Tanya Bryan sambil mengangkat sebelah alisnya.

Terlihat wanita itu menatap manik mata Bryan dalam, kemudian helaan nafas pun terdengar sangat berat. Ia tahu, posisinya saat ini sangatlah salah. Bryan adalah suami orang, ini semua memang sudah salah sejak awal ketika Bryan mengajaknya untuk menjadi selingkuhan.

Tetapi apalah dayanya, dia sudah terlanjur jatuh hati pada Bryan sejak saat pertama mereka bertemu, begitu pun juga dengan Bryan.

Mereka berdua sama-sama saling mencintai, tapi bedanya dia juga harus merelakan cinta Bryan pada istri sahnya karena Bryan pernah mengakui bahwa ia sangat mencintai sang istri dan juga wanita itu. Bahkan Bryan tidak mau kehilangan kedua wanita itu. Istri sahnya dan juga selingkuhannya.

"Aku tahu permintaan aku kali ini udah melanggar perjanjian kita sebelumnya. Tapi ...,"

"Tapi apa? Please jangan yang aneh-aneh sweetie, kamu tahu itu kan," Bryan menunggu jawaban wanita itu.

"Aa-aku ...," wanita itu menggantung ucapannya.

"Izinin aku buat memiliki kamu seutuhnya sweetie, aku juga pengen jadi istri kamu dan punya anak yang akan selalu kamu kasihi seperti kamu mengasihi Ruby."Jelas wanita itu dengan raut wajah kesedihan. Ia tau ini adalah permintaan yang salah dan mungkin sampai kapanpun tidak akan pernah Bryan wujudkan.

Bryan yang mendengar hal itu pun langsung tersentak dengan raut wajah yang berubah 180° dari yang sebelumnya. Suasana ketegangan pun melingkupi ruangan tersebut.

"Kamu tahu kan perjanjian awal kita," tegas Bryan tanpa menatap wanita dihadapannya kini.

Jujur Bryan sangat marah saat ini, bagaimana mungkin wanita selingkuhannya ini lupa akan perjanjian mereka saat awal mereka memulai hubungan ini.

"Aku ingat. T-tapi mau sampai kapan kita kaya gini hah? Menjalani hubungan diam-diam di belakang istri kamu dan menjalani hubungan tanpa status dan kejelasan. Aku capek Bryan, capek. Aku pengen kaya teman-temanku yang punya keluarga bahagia."

"Lagian, kita bisa menyembunyikan pernikahan kita, gampang kan," jelas wanita itu.

"Menyembunyikan? Gampang? Kamu pikir gampang?Hah ...," amarah Bryan semakin memuncak.

"Iya, buktinya sampai saat ini hubungan kita baik-baik aja. Dan istri kamu nggak pernah sekalipun curiga soal hubungan kita."

"Iya emang dia nggak curiga. Tapi aku nggak bisa menjamin untuk kedepannya, apalagi kalau sampai kita nikah dan punya anak. Dia akan curiga dan aku bakal semakin nggak bisa untuk menghandle itu semua. Kamu harus tau itu. Rania itu wanita cerdas," jelas Bryan frustasi.

"Trus mau sampai kapan kita kaya gini terus?" ucap wanita itu yang kini sudah berurai air mata.

Sungguh yang dia inginkan hanya memiliki Bryan seutuhnya dengan menjadi istri Bryan.

Jika kalian mengatakan kalau wanita selingkuhannya hanya membutuhkan uang, kalian salah ... itu semua tidak berlaku pada wanita itu. Yang dia inginkan hanya cinta Bryan dan menjadi istri Bryan sehingga ia dapat membangun keluarga bahagia impiannya sejak lama.

"Sampai waktu yang nggak bisa ditentukan. Tapi nggak sekarang, please kamu ngertiin aku. Selain itu ini semua juga demi kebaikan Ruby anakku." Setelah itu Bryan pergi meninggalkan wanita itu sendiri di kamar.

Saat ini yang Bryan butuhkan hanya ketenangan agar dia dapat memikirkan semua dengan baik-baik. Agar kelak, apapun keputusannya. Bryan berharap itu semua yang terbaik, ia tidak mau mengorbankan istrinya, Ruby ataupun wanita selingkuhannya hanya karena keegoisan semata.

***

"Mah, Papa kapan pulangnya sih? Lubi udah nunggu dali tadi lho padahal," celoteh Ruby begitu melihat sang Mama yang datang menghampiri dari arah dapur, sambil membawa segelas coklat hangat kesukaan Ruby.

"Paling bentar lagi sayang." Ucap Rania sambil mengelus sayang rambut panjang Ruby. "Ini coklat hangatnya diminum dulu, sambil nunggu papa pulang."

"Kok tumben ya, jam segini Mas Bryan belum pulang juga. Apa mungkin ada meeting lagi ya," batin Rania.

"Mah susu coklatnya udah Lubi minum, tinggal setengah." Ruby menunjukkan gelas yang berisi susu coklat hangat tadi tinggal setengah.

Rania tersenyum lembut. "Anak pintar, hmmm ... gimana kalau Ruby ngerjain pr nya bareng Mama aja. Gimana? Soalnya Mama takut Papa pulangnya kemalaman, terus Ruby ketiduran gimana?"

Ruby menunduk lesu. Kenapa akhir-akhir ini Papanya selalu mempunyai banyak kesibukan hingga waktu untuknya tak pernah ada. Jangankan untuk menemani Ruby belajar, membacakan dongeng atau mengantarkan Ruby ke sekolah saja sudah jarang akhir-akhir ini.

"Papa kenapa sih meeting telus Mah. Padahal Lubi pengen banget diboboin papa, telus ditemenin belajal." Wajah gadis cantik nan menggemaskan itu perlahan dipenuhi oleh kesedihan.

"Sayang, papa kan kerja buat kita. Biar nanti kita bisa jalan-jalan pergi liburan bareng kaya waktu itu. Kita ke Disneyland, Ruby masih ingat kan." Rania berusaha menghibur Ruby, agar anaknya itu tidak bersedih lagi.

Mendengar kata 'Disneyland' mata Ruby yang tadinya sempat menyiratkan kesedihan langsung berbinar. "Inget dong Ma, selu banget deh. Lubi pengen ke sana lagi Mah. Nanti kita ke sana baleng papa, mama dan Lubi, heheh," tawa nyaring Ruby menggema di seluruh ruang keluarga.

"Wah, ada apa nih Bu? Tumben sih non Ruby ketawanya nyaring banget. Kayanya lagi bahas yang seru-seru ya non Ruby. Kok nggak ngajak Mbok Iyem sih," ucap Mbok Iyem sambil membawakan nampan berisi toples-toples kue kering yang baru dibuatnya sore tadi.

"Ini lho Mbok, Lubi sama Mama lagi ngomong soal disnilen. Emang mbok pelna ke disnilen?" tanya Ruby yang kini entah bagaimana sudah berdiri di samping mbok Iyem yang sedang menata toples-toples kue kering buatannya.

"Ya Allah non, Mbok mah nggak pernah ke dis apa itu tadi."

"Disneyland Mbok," jawab Rania seadanya.

"Nah iya maksud Mbok. Mbok mah nggak pernah ke sana, jangankan ke sana. Tempatnya aja mbok nggak tau," jelas Mbok Iyem.

"Telus mbok pelna libulan ke mana aja?" Selain cerewet, Ruby juga termasuk anak yang selalu ingin tahu akan hal-hal baru.

"Hmmm, Mbok mah kalo liburan ya paling-paling waktu muda ke pantai atau nggak ya mentok-mentok di sungai hehehe."

"Iiihhhh itu mah bukan libulan kali," kesal Ruby.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status