Share

Bab 6 Firasat Seorang Istri

"Semalam kamu nginep di mana?" tanya Rania dengan wajah datar, begitu Bryan masuk ke kamar.

Bryan sempat terperanjat kaget melihat keberadaan Rania. Bukannya di jam segini Rania, sudah harus pergi ke butik? Bahkan Bryan sengaja datang di jam segini untuk menghindari Rania dan pertanyaan-pertanyaan yang akan di lontarkan oleh Rania. Tentang dimana dia semalam? Kenapa tidak pulang? Dan masih banyak lagi.

"A-aku ...," Bryan sedikit gelagapan karena jujur saat ini dia tidak bisa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Rania. Pikirannya sedang kacau.

"Sebenarnya kamu lagi menyembunyikan apa dari aku Bi?" tanya Rania tegas.

Entah hanya firasatnya atau memang ini adalah sebuah kebenaran, tapi entah mengapa Rania merasa akhir-akhir ini Bryan agak sedikit berbeda dari yang biasanya.

Bryan yang dulu dia kenal tidak seperti ini. Dari raut wajah Bryan, terlihat bahwa ada sesuatu yang sedang disembunyikan. Tapi apa.

"Please jujur sama aku, kalau memang ada yang kamu sembunyikan ... atau mungkin kamu ada masalah, kamu bisa cerita ke aku. Aku ini istri kamu Bi, cerita ke aku." Rania berjalan ke arah Bryan yang saat ini penampilannya benar-benar jauh dari kata rapi.

Untuk pertama kalinya Rania melihat seorang Bryan yang selalu rapi dengan setelan kemejanya ketika pulang kerja, tiba-tiba hari ini pulang dengan keadaan lusuh.

Bryan mengusap wajahnya kasar, kemudian menghela nafas berat. Dia tidak bisa menceritakan yang sebenarnya kepada Rania, wanita yang sangat dia cintai sekaligus wanita yang sudah dia sakiti secara perlahan dengan menyimpan wanita lain dibelakang.

"Bi, maaf tapi ... aku nggak bisa cerita ini ke kamu sekarang. I'm so sorry. Tapi aku janji, kalau udah waktunya pasti aku akan ceritakan semuanya." Bryan menatap Rania sendu.

Rania tersenyum tipis. "Okey, kalau kamu nggak mau menceritakan semuanya ke aku sekarang. Tapi kamu harus janji untuk menceritakan ke aku semuanya kalo udah waktunya."

"I'm promise."

Saat ini memang Rania tidak bisa memaksakan agar Bryan menceritakan kepadanya tentang apa yang sebenarnya telah terjadi, mungkin ini bukan saat dan waktu yang tepat. Tetapi Rania yakin, Bryan pasti akan menceritakannya kelak. Bryan adalah orang yang terbuka menurut seorang Rania, mungkin memang belum waktunya saja atau mungkin Bryan memang tidak ingin menambah beban pikiran Rania, pikir Rania.

"Okey, kalau gitu sekarang kamu mandi trus nanti aku bawain sarapan ke sini. Air panas udah aku siapin."

Setelah selesai mandi dan mengenakan pakaian santainya, Rania kemudian masuk dan membawa satu nampan berisi sarapan pagi untuk Bryan.

"Ini di makan. Trus hari ini kamu nggak ke kantor Bi?" Rania sambil menyodorkan sendok dan garpu ke Bryan.

"Aku mau istirahat dulu Bi. Untuk pekerjaan aku udah serahkan semua ke sekertaris ku."

Rania mengangguk seadanya, sambil memperhatikan Bryan yang kini tengah lahap memakan sarapan paginya.

"Kamu sendiri nggak ke butik?" tanya Bryan begitu menghabiskan suapan terakhirnya.

"Aku pergi ke butik, cuma hari ini agak kesiangan karena tadi aku cemas nunggu kamu. Hari ini aku ada janji sama Dinda mau fitting gaun pernikahannya."

"Ngomong-ngomong soal Dinda, tolong sampaikan maaf aku ke Dinda dan calon suaminya karena nggak sempat hadir di makan malam kemarin," sesal Bryan.

"It's okey, nanti aku sampaikan." Senyum tulus Rania walaupun tipis, tak pernah luntur dari bibir mungilnya, membuat perasaan bersalah itu selalu menghantui Bryan.

Bagaimana bisa dia telah menyakiti hati wanita setulus Rania.

"Thank you Bi," ucap Bryan tiba-tiba.

Rania menyerit. "Untuk?"

"Semuanya."

"Ini udah kewajiban aku sebagai istri kamu Bi," jelas Rania. "Nggak perlu bilang terima kasih. Ini adalah tugas aku. Dan tugas kamu adalah menjadi kepala keluarga dan ayah yang baik, yang tidak akan pernah mengkhianati kepercayaan aku dan Ruby." Rania kembali tersenyum.

Deg!!

"Maaf aku tidak bisa menjadi seperti itu. Karena sekarang aku udah menjadi kepala keluarga sekaligus ayah yang buruk. Aku harap kamu bisa memaafkan aku, jika suatu saat kamu tahu yang sebenarnya terjadi," batin Bryan.

***

"Iya sih, parah banget kan aku-"

"Eh, ini pagi-pagi malah mengosip bukannya kerja," tegur Rania yang baru saja datang dan melihat karyawan-karyawanya yang sudah berkumpul entah membicarakan apa.

"Ah ibu, ini lho Bu kita lagi ngebahas soal Suci," timpal Airin.

Rania mengerutkan keningnya. "Suci? Suci yang karyawan baru itu?" Ya, memang Suci adalah karyawan baru yang menggantikan Fitri yang sudah resign karena menikah.

"Iya Bu. Saya kan tetanggaan sama dia. Trus saya denger info dari ibu-ibu kompleks katanya suaminya Suci itu berselingkuh Bu. Makanya kita lagi ngebahas soal itu. Kasihan Suci Bu," tambah Wati.

"Iya Bu, saya turut prihatin lho. Kok bisa-bisanya Suci di selingkuhin, padahal Suci tuh udah cantik, baik, sopan, pinter cari duit pula. Emang ya laki-laki jaman sekarang itu nggak akan pernah puas hanya dengan satu wanita saja," ucap Airin dengan raut wajah penuh amarah.

"Jadi tambah takut buat nikah nih, kayanya harus dipikir 1000 kali deh," tambah wanita berkacamata bulat dengan rambut dikuncir kuda, Rere.

"Nggak semua laki-laki seperti itu kok," ucap Rania mengingatkan. Dan memang kenyataannya seperti itu, setiap orang memiliki sisi positif dan negatifnya berbeda-beda.

"Iya deh Bu, kaya Pak Bryan kan maksudnya hehehe. Andaikan ya Bu, semua laki-laki di dunia ini kaya Pak Bryan. Udah ganteng, tajir, setia dan baik hati. Huh, udah dipastikan saya bakal nikah muda deh hehehe," canda Wati.

"Dan tentunya nggak makan hati," timpal Rere.

"Plus nggak akan ada yang namanya patah hati club."

"Apalagi sakit hati karena diselingkuhin."

"Hahaha, kalian nih bisa aja. Pokoknya kita doakan yang terbaik saja untuk Suci, dan ingat jangan ngegibahin orang terus. Daripada pusing mikirin orang lain, mending pusing mikirin kerjaan yang ngasilin duit. Lagian Tuhan tuh udah punya rencana yang baik untuk Suci kok."

"Iya juga ya Bu. Yaudah balik kerja guys. Deadline mengejar, tagihan mengejar dan cicilan mobil mengejar. Semangat!! semangat!! semangat!!" teriak Rere penuh semangat.

Mereka pun kembali melanjutkan pekerjaan mereka yang tadi sempat tertunda.

***

"Sampai kapan kamu akan menjadi cewek simpanan terus? Apa kamu nggak cape, hah?"

Wanita yang ditanyai itu hanya tersenyum miring. "Aku nggak cape, karena aku mencintai Bryan. Cinta aku tulus ke Bryan, begitu pun sebaliknya dan sampai kapanpun aku nggak akan pernah meninggalkan Bryan. Sekalipun aku harus berurusan dengan keluarga besar kalian."

"Kamu harus ingat satu hal, aku mengingatkan ini sebagai seorang sahabat. Please kamu stop buat ganggu kehidupan rumah tangga Bryan, dia udah punya istri dan anak. Kamu harus berhenti, sebelum hidup kamu hancur," jelas wanita itu frustasi kepada sahabat kecilnya yang tidak mau melepaskan Bryan sama sekali.

Entah harus bagaimana lagi dia harus menasehati Sahabat masa kecilnya ini.

"Aku nggak peduli, karena aku cinta sama Bryan dan begitu pun sebaliknya."

"Kamu hanya dibutakan oleh cinta. Ini adalah peringatan terakhirku, tolong jauhi Bryan atau hidup kamu akan hancur begitu mereka tau yang sebenarnya." Wanita yang menggunakan dress merah maron selutut itu langsung pergi meninggalkan Sahabatnya.

Ia hanya berniat untuk membuka pikiran Sahabat masa kecilnya itu sekaligus memperingati, agar meninggalkan Bryan sebelum semua tahu kebenarannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status