Share

Sandiwara Apa Lagi?

Penulis: Cahaya Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-09 07:09:23

Mas Hendra lalu mengantarkanku ke luar rumah.

"Mau Mas antar, Sayang?" tanyanya padaku. Aku menggelengkan kepala.

"Nggak usah, Mas, aku pakai taksi saja," ucapku padanya. Aku baru ingat bahwa saat ini mobilku berada di rumah Kak Resi. Aku berharap dia tak curiga.

"Oh baiklah, hati-hati ya, Sayang," katanya. Aku mengangguk lalu melambaikan tangan padanya sampai ia kembali menutup pintu rumah.

Mereka tidak tau, bahwa di sana hapeku tertinggal. Kita lihat saja, mereka akan hancur dengan sendirinya. Aku bergegas pergi ke rumah Kak Resi.

"Anna, bagaimana?" tanya Kak Resi saat aku baru saja sampai ke dalam rumahnya.

"Mereka pintar memainkan akting mereka, Kak. Namun mereka salah bermain-main dengan seorang Anna. Saat ini saja mereka sudah masuk dalam perangkap Anna."

"Maksudmu bagaimana, Anna?" tanya Kak Resi. Saat ini hanya kamu berdua yang ada di rumah ini, suami Kak Resi sedang pergi bekerja dan anaknya masih tidur siang.

"Aku sengaja meninggalkan ponselku di tempat Ibu, serta aku juga menghidupkan rekaman suara. Aku ingin tahu apa saja yang sedang dibicarakan oleh mereka," kataku sambil menatap ke depan. Saat ini kami sedang duduk di sofa.

"Bagus, Anna, Kakak sangat mendukungmu. Kamu jangan lemah, buktikan pada mereka bahwa siapa sebenarnya diri kamu. Buktikan bahwa kamu di atas mereka. Kakak percaya bahwa kamu bisa melewati masalah yang saat ini kamu hadapi." Kak Resi mendekat lalu memeluk dan memukul pundakku pelan, ia menguatkanku.

Tiba-tiba air mataku jatuh dengan sendirinya. Rasanya begitu sakit saat tahu seseorang yang saat ini begitu kupercaya tega mendua tanpa rasa iba.

"Menangislah, Anna, menangislah sepuasnya. Mbak tahu kamu sedang tidak baik-baik saja, jangan paksakan hatimu untuk terus terlihat tegar." Kata-kata Kak Resi meruntuhkan pertahananku.

"Sakit, Kak," ujarku dengan suara yang parau. Air mata mengalir lebih deras dari sebelumnya.

Andai saja Mas Hendra paham, bahwa aku sebenarnya rapuh. Rasanya tak percaya jika dia benar-benar menduakanku.

Masih membekas bagaimana sikapnya dulu waktu kami awal-awal saling mencintai. Saling bucin satu sama lain. Kenapa sekarang dia malah berubah begitu saja, bahkan berani bermain api.

"Luapkan semuanya, Anna," ujar Kak Resi yang membuatku semakin tersedu.

"Kenapa harus selingkuh, Kak. Kenapa? Apa kurangnya Anna selama ini di mata Mas Hendra, kenapa dia tak cukup satu wanita. Kenapa tak cukup hanya Anna saja dalam hatinya. Mengapa harus ada orang ketiga antara kami berdua?" tanyaku berulangkali meluapkan emosi yang sudah tertahan semenjak di rumah Ibu tadi.

Hampir lima belas menit aku menangis, Kak Resi hanya diam mendengarkan curahan hatiku.

"Sudah selesai menangisinya? Sudah lega? Sekarang hapus air matamu, Anna. Laki-laki sepertinya tak pantas untuk ditangisi, jalankan misimu sesuai dengan apa yang kamu inginkan. Buat mereka hancur dengan pengkhianatan mereka sendiri," ucap Kak Resi. Aku mengangguk lalu bersiap-siap untuk kembali ke rumah Ibu.

"Anna mau ke rumah Ibu lagi, Kak, untuk mengambil ponsel yang sengaja kutinggal di sana," ucapku padanya. Kak Resi lalu menganggukkan kepalanya.

***

Tok! Tok! Tok!

Aku mengetuk pintu saat sudah sampai di depan rumah mertuaku. Tak sabar rasanya ingin kembali masuk ke dalam rumah.

Klek!

Pintu terbuka. Kembali Mas Hendra yang membuka pintunya. Nampak keterkejutan dari wajahnya karena kedatanganku kembali ke rumah ini.

"Lho, Sayang. Kok balik lagi?" tanya Mas Hendra.

"Ponselku tertinggal, Mas," ucapku dengan senyuman manis. Aku berharap mata bekasku menangis tadi tak akan ketahuan olehnya.

Mata Mas Hendra melotot menatapku.

"Biar Mas ambilkan," ujarnya. Sebelum ia melangkah masuk, aku memegang lengannya.

"Nggak perlu, aku bisa ambil sendiri kok." Setelahnya aku berjalan masuk ke dalam rumah dan menghampiri Sandra yang berada di sebelah Ibu. Matanya terlihat habis menangis, tapi aku malas bertanya. Karena bagaimanapun juga aku tahu apa yang sudah terjadi.

Apalagi kalo bukan dia tersinggung dengan perkataanku? Sandra sebenarnya bukan tandinganku, tapi sepertinya dia ingin merasakan rasanya bermain dengan orang seperti Anna.

Segera kuambil ponsel dan mematikan rekaman itu. Lalu berjalan ke luar rumah. Tanpa berpamitan, entah curiga atau tidak Ibu dengan sikapku yang berbeda. Aku sudah tak peduli bagaimana nanti ke depannya.

Karena saat semua sudah diketahui, kerugian terbanyak ada pada Mas Hendra dan Ibu, bukan padaku.

Lagipula, jika aku bercerai dengan Mas Hendra. Aku akan tetap berdiri di pondasi yang kokoh, entah untuk Mas Hendra. Karena ada kalimat yang mengatakan, beda istri, beda rezekinya.

"Ya udah aku berangkat dulu ya, Sayang," ucapku setelah sudah sampai di luar pintu. Mas Hendra lalu mencium pipi kanan ini.

"Hati-hati bawa mobilnya ya, Sayang. Daah," ujar Mas Hendra lembut.

Aku mengangguk, walau tak dapat dipungkiri ada rasa sakit di dalam sana. Sebahagia apapun yang terlihat dariku sekarang, ada luka yang mulai terasa sakit di dalam sana. Di hatiku.

Sepulang dari tempat Kak Resi tadi, aku langsung membawa mobilku ke pekarangan rumah Ibu, agar tak menambah kecurigaan mereka.

Namun aku lupa, padahal jarak rumahku dengan Ibu sangat jauh. Semoga saja Mas Hendra tak curiga denganku. Aku tak ingin terbongkar begitu cepat

***

"Non, darimana?" tanya Bik Wati padaku saat baru saja duduk di ruang tamu. Aku tadi lupa memberitahukan beliau bahwa aku akan pergi ke luar rumah.

"Dari tempat teman, Bik. Maaf Anna lupa memberitahukan Bibi," kataku padanya. Bik Wati sudah kuanggap seperti keluarga, dari aku kecil dia yang selalu ada untukku bahkan sampai Mama tiada.

"Nggak papa, Non. Non mau dibuatkan teh?" tanyanya.

"Boleh, Bik," jawabku. "Makasih ya, Bik." Bik Wati mengangguk lalu bergegas ke dapur.

Aku merenung, memijat pelipis yang terasa sakit. Apa yang ingin mereka ambil dariku, padahal keluarga Mas Hendra merupakan keluarga berada.

Apa selama ini pernikahan kami hanya sebatas kerja sama untuk membangun perusahaan mereka lebih maju.

Aku bukanlah orang yang lemah. Tunggu saja sebentar lagi sedikit demi sedikit akan kubuat Mas Hendra dan keluarganya jatuh.

Rasanya, aku tak dapat mempercayai jika lelaki yang selama ini terlihat menyayangiku berbalik menghianati perasaan ini.

Sebelum terlambat, aku akan mengamankan aset-asetku terlebih dahulu. Jangan sampai saat dia pulang, dia mengambilnya tanpa sepengetahuanku.

Mas Hendra hebat, ia dengan mudahnya menghancurkan bangunan yang sudah lama terbangun indah.

Kepalaku mendadak pusing dengan permasalahan ini. Kenapa mereka terlihat mempermainkanku?

Ting!

Ponselku berbunyi, tanda pesan masuk.

[Anna, Ibu mau ngasih kamu hadiah nih, mau?] Pesan itu tertulis.

Nama pengirimnya adalah Ibu Mertuaku, aku mengernyitkan dahi heran. Mengapa tiba-tiba ia ingin memberikan aku hadiah. Padahal aku baru saja dari rumahnya, kenapa tidak dari tadi saja.

Ini aneh!

Oh iya, apa mungkin karena siang tadi baru saja dia mengataiku, bahwa aku adalah wanita b*doh.

[Hadiah untuk apa, Bu?] balasku padanya

Tak berselang lama, Mama langsung membalas.

[Nanti kamu akan tahu sendiri, oh ya, boleh kah kamu mengirimkan uang lagi pada Ibu Ann, tiba-tiba Ibu membutuhkannya secara mendadak.] tulis Ibu lagi.

[Nanti ya, Bu,] balasku singkat. Dasar keluarga tak tahu malu. Padahal baru saja dua Minggu lalu aku memberikan uang padanya. Dan sekarang ia malah meminta lagi.

Begitu, malah mengkhianatiku.

[Secepatnya ya, Sayang. Mama makin sayang dengan Anna.] Pesan Mama kembali masuk. Cih! Sayang dia bilang, bilang saja sebenarnya dia sayang dengan uangku.

Awas saja kamu, Mas, aku akan menonaktifkan kartu atm-mu. Bahkan membuatmu turun jabatan di perusahaan ayahku.

Untuk apa Mama meminta uang secara tiba-tiba.

Drama apalagi yang sedang dipermainkan mereka. Baiklah, sepertinya permainan ini akan sangat seru, ternyata pura-pura nggak tau, padahal tau semuanya itu enak banget.

Kayak ada sakit-sakitnya gitu.

"Non!" Panggilan Bik Wati membuyarkan lamunanku.

"Eh, Bik," ucapku.

"Bibik panggil daritadi, Non Anna malah ngelamun." Bik Wati lalu menyerahkan teh untukku.

"Lagi ada yang dipikirkan aja, Bik. Ya udah tehnya saya bawa masuk aja, Bik. Sekalian mau mandi bersih-bersih badan," ucapku padanya.

"Oh, iya, Non. Bibik juga mau lanjut masak," ujar Bik Wati.

"Iya, Bik," jawabku lalu bergegas untuk pergi ke kamar.

Saat berjalan ke kamar, pikiranku melayang. Pesan yang dikirimkan Ibu, apalah itu salah satu trik mereka untuk mengalahkan diri ini.

Apa perlu aku memberi tahu Ayah permasalahan ini, batinku.

Namun, aku ragu. Ini masalahku, masalah ini masih bisa kuselesaikan secara baik-baik. Tak perlu bantuan Ayah terlebih dahulu.

-

-

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rotul Isa
buka kunci mksdnya hhh
goodnovel comment avatar
Rotul Isa
kebanyakan buka pin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • SAAT SUAMIKU MELARANG KE RUMAH IBUNYA   Tikungan Tajam

    "Pergilah ... memang itu yang kuinginkan, aku memang sudah lama ingin berakhir dari laki-laki bodoh sepertimu, Zoe ...." tutur Sandra setelah punggung Zoe tak nampak lagi di pandangan mata.Bahkan Sandra sama sekali tak merasa kehilangan saat Zoe pergi begitu saja. Padahal selama ini, tak Sandra temukan laki-laki yang begitu mencintainya. Sandra malah membuangnya begitu saja dan mungkin saja setelah ini Sandra akan merasakan penyesalan dan juga kehilangan yang sangat mendalam.***"Bagaimana, Bu, apakah ada perkembangan? Apa Hendra akan segera ke luar dari penjara yang menyebalkan ini?" tanya Hendra pada sang Ibu yang saat ini mengunjungi dirinya."Ibu masih mencari cara Hendra, masalahnya bukti yang diberikan Anna memang sangatlah kuat hingga membuat Ibu sangat sulit untuk mengeluarkanmu dari sini. Lagipun, jika Ibu menggunakan kekuasaan justru Anna lebih memiliknya. Dia lebih kaya dari kita, Ibu saat ini benar-benar sangat bingung tak tahu harus bagaimana lagi caranya agar kamu bisa

  • SAAT SUAMIKU MELARANG KE RUMAH IBUNYA   Putus!

    "Bawa sekalian komplotanmu itu! Jangan membuat emosiku habis karena harus berhadapan dengan kalian yang tak tau diri itu!" teriak Bagaskara mengiri langkah kaki Ibu Hendra yang ke luar dari rumah milik Anna.***"Masih berani rupanya dia menunjukkan wajahnya di depan kita. Sudah bersalah, tidak mau mengaku malah membuat karangan cerita seolah-olah dia yang paling tersakiti. Ayah sangat-sangat heran dengan tingkah manusia yang seperti Hendra dan ibunya itu."Biarlah, Ayah, Anna berharap Hendra mendapatkan hukuman yang setimpal atas kesalahannya. Jangan sampai uang yang bekerja untuk membuat Hendra bebas." Anna berucap, dia khawatir jika Hendra dengan sangat mudah akan ke luar dari penjara.Karena Anna tau, keluarga Hendra juga banyak yang termasuk keluarga terpandang. Bisa dibilang berpengaruh di dalam dunia kerja kepolisian.Bisa saja mereka melakukan segala cara agar tuduhan malah berbalik kepada Anna dan keluarganya."Tenang saja, mereka bisa bermain curang. Kita bisa lebih curang d

  • SAAT SUAMIKU MELARANG KE RUMAH IBUNYA   Ancaman!

    "Jaga mulutmu, jalang kecil. Anakku dalam masalah itu juga karenamu, jangan membuatku buta dan langsung menghabisimu di sini," ancam Ibu Hendra yang membuat Sandra terdiam dengan penyesalan yang amat banyak.'Seharusnya dari awal aku tak usah ikut campur permasalahan mereka. Ternyata keluarga Hendra sejahat ini,' batin Sandra meringis menahan ketakutan di dalam dirinya yang sekarang sedang bergejolak."M-maafkan aku, Ibu," ucap Sandra. Ia lalu menundukkan kepalanya."Kamu tenang saja Hendra, Ibu akan mencari segala cara untuk bisa mengeluarkanmu. Keluarga kita banyak, Om Rezamu adalah seorang polisi, dia pasti bisa membantumu untuk ke luar dari sini." Ibu Hendra berucap sambil tersenyum sinis.Setelah beberapa menit berbicara, Hendra kembali dibawa masuk oleh petugas polisi. Sandra dan Ibu Hendra lalu memilih untuk segera pulang ke rumah."Sandra, jangan pernah berpikir untuk bisa pergi begitu saja dari masalah ini. Kamu harus tahu, kamu juga masuk dalam permasalahan yang sudah terjad

  • SAAT SUAMIKU MELARANG KE RUMAH IBUNYA   Mereka Sejahat Itu

    "Peluk aku, Zoe, setidaknya untuk terakhir kalinya," kata Sandra lirik. Zoe dengan cepat membawa Sandra ke dalam pelukannya. Mereka menangis dan saling menguatkan."Maafkan aku," kata Sandra di dalam pelukan Zoe. Dia menangis semakin kencang, merasakan sesak yang tak kunjung redanya.Setelah dirasa tenang, Sandra melepaskan pelukannya dari Zoe. Dia menghapus air matanya yang masih membasah di pipi."Berbahagialah, kau lelaki baik, Zoe. Aku beruntung bisa dicintaimu dengan begitu dalam. Aku juga beruntung sudah menjadi sosok wanita yang kau banggakan dan lindungi.""Sandra ....""Maafkan aku, karena selama ini sudah banyak mengecewakanmu. Maafkan aku, karena sudah membuatmu merasakan sakit yang berkali-kali. Sekali lagi, aku minta maaf, Zoe.""Aku titip Mama dan adikku. Tolong sampaikan nanti saat kamu pulang, bahwa aku baik-baik saja. Aku akan selalu ada dalam hati mereka. Terima kasih Zoe, sudah menjadi lelaki terbaik. Menjadi tameng di saat aku rapuh dan terpuruk. Aku tak pernah m

  • SAAT SUAMIKU MELARANG KE RUMAH IBUNYA   Drama Sandra

    “San ….” Zoe mengejar Sandra yang mulai menjauh. Sandra menghempaskan tangan Zoe dengan kasar. Saat ini dia benar-benar sangat marah dengan Zoe yang tak memahami posisi dirinya.“Apalagi? Aku capek tau nggak, Zoe. Kamu nggak pernah ngertiin posisi aku. Nggak pernah sekalipun menjadi penyemangat dalam hidup aku. Aku sama kamu itu Cuma nambah pikiran, karena kamu orang yang sangat egois. Pengennya dimengerti tapi nggak pernah mau ngerti posisi aku. Coba kamu pikir pernh nggak sekali aja kamu jangan ngehakimin aku!”“Kamu sebenarnya pacarku apa bukan sih? Ke mana peranmu sebagai seorang kekasih. Aku Cuma mau saat aku terpuruk seperti ini, kamu harusnya selalu ngedukung aku sekalipun aku salah!”“Nggak bisa lah, San. Gimana maksudnya aku harus ngedukung kamu di situasi apa saja, Itu saja sudah salah. Aku nggak janji bakalan terus jadi yang terbaik buat kamu, tapi setidaknya aku pengen buktiin kalo aku selalu ada untuk kamu.” Zoe yang daritadi hanya diam langsung angkat bicara di kala Sandr

  • SAAT SUAMIKU MELARANG KE RUMAH IBUNYA   Dua Kepala Batu

    Hari ini Sandra berangkat ke kampusnya setelah tiga hari tak masuk kelas. Sepanjang jalan, mata para mahasiswa dan siswi tak lepas darinya.Padahal selama ini, Sandra bukanlah mahasiswi yang terkenal. Bisa juga dibilang tak terlalu populer. Jadi, sekarang dia heran mengapa dirinya menjadi pusat perhatian."Aneh, emang ada yang salah ya dengan penampilanku, kok daritadi mereka ngelihatin aku terus," ujarnya pada diri sendiri. Ia berjalan dengan cepat untuk sampai ke dalam kelas.Sama halnya di dalam kelas, baru saja sampai tatapan tajam langsung dilayangkan padanya."Wih, yang baru esek-esek sama banyak om-om dan suami-suami orang. Masih punya muka ternyata muncul di kampus, nggak malu apa, ya udah bikin nama kampus tercoreng.""Iya lho, sampai kesebar gitu beritanya. Apa nggak malu gitu, 'kan, dengan sengaja dia nyebarin dirinya sendiri sebagai penggoda lelaki yang sudah beristri. Kalo aku sih malu, ya, saking pengennya dia kuliah sampai harus ngorbanin harga diri.""Bener banget! Ngg

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status