Halo semuanya! Apa kabar?
Author baru saja mengedit dan merevisi hampir semua bab. Barangkali bingung, mungkin bisa dibaca dari awal lagi sambil menunggu chapter selanjutnya di update. Ada beberapa perubahan juga dalam ceritanya tetapi tidak terlalu jauh berbeda dari sebelumnya.
Author juga tidak mengubah alurnya, hanya merevisi bagian-bagian yang harus dan perlu direvisi. Jadi tidak perlu khawatir mengenai alur ceritanya.
Seperti sebutan untuk kaum hasil perkawinan Bangsa Kahyangan dengan Bangsa Manusia yang tadinya disebut Half-Vier, sekarang author ganti menjadi Half-Angel.
Saran dan masukan sangat author terima ya^^
Semoga bermanfaat^^
Jika ada pertanyaan ataupun apapun, kalian bisa memberitahu author melalui kolom komentar ataupun kolom ulasan yang tersedia. Terima kasih banyak author ucapkan, sampai jumpa^^
"Kita sudah sampai," ucap seorang pria makhluk hibrida yang masih bertransformasi menjadi seekor naga berwarna amethyst yang sangat besar---makhluk hibrida tersebut adalah Argan. Dari atas langit tempat tersebut, Argan yang masih mengudara memberitahu Klevance bahwa mereka telah sampai di tempat yang dia maksud sebelumnya. "Dimana ini, Argan?" Klevance mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat tersebut, mengamati lebih jelas tempat yang dimaksud oleh pria hibrida yang sedang ia tumpangi saat ini. Argan lalu mendaratkan tubuhnya di tanah tepat di hadapan bangunan tersebut. Klevance segera turun dari tubuh Argan dan berdiri di sampingnya, menunggu pria tersebut berubah menjadi wujud manusianya. Setelah selesai mengubah wujudnya menjadi manusia kembali, Argan berkata, "Masuklah, akan kuberi tahu nanti tempat apa ini." Klevance mengernyitkan keningnya dan menatap Argan sejenak. Dia bingung apa tujuan Argan mengajak nya ke tempat tersebut. Klev
Keheningan menyelimuti taman belakang Istana Orava. Hanya embusan angin dan gemerisik dedaunan yang berjatuhan memenuhi atmosfer disana. Para Healer dan Nymph penjaga kepercayaan Dewi Aegle telah menunggu jawaban darinya mengenai pertanyaan yang Neva lontarkan sebelumnya. Mereka sama penasaran nya dengan Neva, terutama Nymph penjaga yang terlibat langsung di tempat kejadian tersebut. Dewi Aegle menatap para asisten kepercayaannya itu satu-persatu. Dia menyadari bahwa mereka sudah tidak sabar mendengar jawabannya. Lantas Dewi Aegle pun menghela napasnya dalam-dalam. "Apa kalian sangat penasaran bagaimana Lucifer tersebut bisa kabur tanpa terlihat oleh satupun penjaga?" tanya Dewi Aegle kepada mereka semua. Dengan serentak para asisten nya tersebut segera menganggukkan kepala mereka. "Tentu saja. Kami sangat penasaran, Dewi!" ucap mereka begitu antusias dengan kompak dan bersamaan. Kemudian para Healer dan Nymph
"Klevance—!” Mata Argan menyusuri sekelilingnya yang sangat tidak familiar, lalu berhenti ketika melihat seorang wanita yang sedang bersantai di atas sebuah kubus. "Ini—!” Argan lalu terfokus pada tubuhnya yang sudah kembali menjadi wujud manusianya. Pandangannya menyapu sekujur tubuhnya dan menyadari dia tidak bisa bertransformasi di dunia ini. "Cukup bermain-main nya, Argan! Aku akan memberikanmu sedikit pelajaran agar kau tidak kembali melakukan sesuatu yang sangat ekstrem dan membuat dirimu sendiri dalam bahaya!" teriak Klevance, suaranya menggema di seluruh sisi dunia elpízo---dunia khusus miliknya. Kemudian Klevance segera turun dari kubus yang dia tempati sebelumnya dan menghampiri Argan yang masih kebingungan dan terkejut. Klevance kemudian mengeluarkan sebuah senjata ilusi, lebih tepatnya pedang ilusi yang dia tiru dan buat dari senjata pedang pusaka asli miliknya---yang sekarang masih berada di Hutan Aurora bersama sebuah kotak misterius. Argan tida
"Apa maksudmu? Sisi Putihku?" tukas Klevance kebingungan jiwanya disebut sebagai sisi putih dari dalam dirinya. "Ya, tentu saja karena kau adalah sisi putih diri kita atau lebih tepatnya sisi yang terlahir dari Bangsa Kahyangan. Dan aku..." "Perkenalkan, aku adalah sisi Hitammu dan anak kecil yang berada di sampingku ini adalah sisi Abu-abumu," ujar si Hitam memperkenalkan diri kepada si Putih. "Halo," sapa si Abu-abu sambil tersenyum riang kepada si Putih. Klevance atau yang lebih tepatnya sisi putihnya itu, tidak paham akan maksud dari si hitam dan si abu-abu padanya. "Apa maksud kalian? Aku sama sekali tidak paham ini semua!" tukasnya kesal dan mulai geram. "Lalu, kalian bilang kalian adalah bagian dari diriku juga? Sungguh tidak masuk akal! Bagaimana bisa satu tubuh dihuni oleh tiga jiwa yang berbeda seperti ini?! Apa kalian sedang mengelabuiku?!" teriak Klevance. Kemudian sisi Putih Klevance pun ingin segera mengeluarkan k
"Klevance juga memiliki mata ketiga?! Kenapa kau menyembunyikan banyak fakta tentangnya dariku, Ratu?" tutur Zelus terkejut sekaligus kecewa kepada sang Ratu Bangsa Kahyangan yang beridiri di hadapannya. "Itu karena ... aku tidak bisa mengatakan sebelumnya padamu karena aku takut akan lebih banyak orang yang mengetahui fakta tentang Putriku itu. Jika sudah seperti itu, Klevance akan berada dalam bahaya yang lebih besar setiap harinya," jelas sang Ratu dengan penuh kecemasan dan raut wajah gelisah terlukis dengan jelas. "Jadi selama ini kau tidak pernah percaya pada diriku, Ratu? Kukira kau selalu mempercayaiku sebagaimana kau mempercayai Putrimu, Klevance," timpal Zelus sedikit kesal. Sang Ratu Bangsa Kahyangan tersebut pun menoleh ke arah Dewa yang sedang mempertanyakan kepercayaannya itu. Dengan penuh penyesalan dia berkata, "Tidak, aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Aku mempercayai dan juga menyayangimu seperti anak kandungku sendiri. Tapi, aku j
Si Putih menatap si Abu-abu dengan tatapan nya yang masih begitu curiga dan tidak percaya sedikit pun dengannya. Sudah setengah jam lebih, si Putih berpikir dan mencoba mencermati ucapan dari si Abu-abu yang berkata bahwa dia tidak akan ikut mengambil alih. Aku benar-benar tidak mengerti, kenapa Abu-abu tidak akan ikut mengambil alih seperti si Hitam? Apakah mereka berdua sedang merencanakan sesuatu tanpa melibatkan diriku? Atau bahkan mereka berniat menipu ku dan membuat ku tertidur seperti diri mereka sebelumnya? Putih terus menerka-nerka sekaligus bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Putih kini sudah terbebas dari kungkungan rantai kegelapan si Hitam. Tentu saja, si Hitam yang melepaskannya karena si Putih tidak bisa melepasnya sendiri. Kemudian, untuk bunga-bunga yang masih ditahan oleh si Hitam, akan dia berikan kepada si Putih jika si Putih setuju dengan persyaratan yang diajukannya. "Abu-abu, kenapa si Putih terdiam begitu lama sedari tadi?!
Si Hitam mencoba berjalan menyusuri dunia elpízo milik si Putih terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk keluar dari sana. Dia ingin melihat dan mengamati cara kerja dunia ini. Dengan penuh hati-hati, si Hitam melewati jalan yang masih dalam bentuk labirin tersebut. Namun, saat dia menelusurinya selama beberapa saat, dia tidak berhasil menemukan ujung dari labirin tersebut. Dia pun lantas menggunakan sayapnya dan terbang mengudara di dunia elpízo untuk melihat lebih jelas segala sesuatu yang berada di sana. Si Hitam mengedarkan pandangannya ke segala penjuru di dunia elpízo dengan saksama. Matanya menyisir segala sisi tanpa ada yang terlewat sedikit pun dari penglihatannya yang tajam. Begitu banyak pedang di dunia ini. Sebenarnya apa fungsi dari pedang-pedang tersebut? Aku jadi penasaran! Kemudian dia mengehentikan pengamatannya saat melihat seorang laki-laki yang masih terjebak di dalam dunia elpízo milik Klevance. Laki-laki itu terlihat ber
'HAHAHA, DASAR BODOH!' teriak si Putih sambil tertawa terbahak-bahak melihat si Hitam tidak mengetahui cara keluar dari dunia khususnya ini. Diam kau, Putih! Cepat katakan padaku bagaimana keluar dari tempat ini?! 'Tidak ada cara lain untuk keluar dari dunia khususku selain menyentuh pedang yang berada di puncak kubus bewarna ungu.' Brengsek kau! Bukankah sebelumnya kau mengatakan padaku untuk tidak menyentuh pedang apapun di dunia khususmu ini?! Dan sekarang dengan mudahnya kau mengatakan padaku untuk menyentuh pedang yang berada di puncak kubus? Kau berencana membunuhku, ya?! "Klevance? Ada apa dengan raut wajahmu itu? Apakah ada masalah?" ujar Argan yang membuat perbincangan si Hitam dengan si Putih menjadi terhenti sejenak. Si Hitam---Klevance sontak sedikit terkesiap dan segera menatap Argan dengan sewajarnya agar tidak dicurigai oleh pria itu. Kemudian dia menggeleng pelan, sebagai tanda dirinya tidak