Home / Romansa / SAHABAT DAN KISAH CINTAKU / 5. RASANYA JADI ANAK SMP

Share

5. RASANYA JADI ANAK SMP

last update Last Updated: 2021-03-16 15:27:01

Senin pagi, Ups hampir saja aku telat berangkat ke sekolah, aku bangun lebih siang padahal mama dan papa sudah sibuk membangunkan aku, tapi ya begitu aku selalu nikmat tidur, mereka sering meledekiku kalau tidur seperti kerbau atau orang mati saja. Aku lari saat bel masuk sekolah berbunyi.

Ya hari ini aku piket menjadi petugas pengibar bendera. Aku mengambil bendera, aku rapikan bersama Vina dan Maria, dan kami bersiap. Dari kejauhan tampak Iwan yang telah siap sebagai pemimpin upacara, dia tersenyum kepadaku. Aku pun tak lupa membalas senyumannya itu.

Gugup, ini hari pertama aku mengibarkan bendera di Sekolah Menengah Pertamaku. Banyak kakak kelas tentunya begitu pula teman -teman kelas satu. Total sebanyak 21 kelas, tiba saatnya aku mengibarkan bendera. Aku yang bertugas memberikan aba -aba. Aku pun yang harus memantau pergerakan bendera agar stabil berkibar sesuai dengan ketukan lagu Indonesia Raya saat di nyanyikan bersamaan. Alhamdulillah, semua berjalan lancar. Aku pun kembali berdiri melanjutkan upacara hari Seninku sampai dengan selesai semua.

Saat Jam istirahat.

Setelah membeli jajanan dari kantin sekolah, kami kembali berbincang -bincang di dalam kelas, aku, Vina, Maria dan Catur. Kami lagi senang -senangnya bergantian mengisi biodata di Diary masing -masing apalagi tujuannya kalau bukan tahu alamat rumah dan telepon satu sama lainnya. Hari ini pelajaran Bahasa Inggris, Bu gurunya lumayan terkenal tegas dan galak. Sial, karena aku tidak fokus Bu guru memanggilku untuk mengerjakan tugas di papan tulis, Iwan memberikan bukunya padaku, senangnya aku mendapat bantuan, tanpa aku baca, tanpa aku pelajari terlebih dahulu langsung saja aku tulis semua jawaban dari bukunya. Baru saja beberapa detik aku menulisnya di papan tulis, Bu guru dan teman-teman satu kelas menertawakanku beramai- ramai.

"Sin Kamu tulis apa itu?", Bu Guru bertanya kepadaku.”

"Jawabannya kan Bu?" 

"Iya, tapi salah semua." 

Astaga, aku pucat pasi, aku malu, dan aku lihat Iwan dan Rio yang terbahak -bahak tertawa di tempat duduk mereka, aku baru sadar kalau Iwan mengerjaiku. Aku duduk kembali ke kursiku, dan Iwan yang kena batunya sekarang maju ke depan kelas mengerjakan soal -soalnya. Sialnya dia memang jago dalam Bahasa Inggris, Ok, aku terima tantangannya, lain kali aku akan membuatnya malu di depan teman -teman.

Teman sih teman, tapi jangan iseng terus dong, aku kan jadi malu jadi ejekan di depan kelas, tidak kira -kira deh, sungguh aku marah. Dia terus tersenyum padaku, menggodaku dengan segala cara agar aku tidak marah dengan kejailannya yang cukup buat aku kesal ini.

Vina pun mendekatiku, aku rasa dia akan menghiburku.

"Sin, sudah abaikan, dasar iseng tuh si Iwan." 

"Iya Vina, marah sih enggak, cuma Aku kan jadi malu karena ulah isengnya itu, keterlaluan deh, aku kesal." 

"Santailah, nanti juga pada lupa dengan semua itu." 

“Iya Fina, tapi aku benar -benar kesal."

Sesampainya di rumah, setelah makan siang aku pun duduk santai di tengah rumahku. Apalagi kalau bukan mendengarkan acara musik kesayanganku di ANTV Planet Remaja yang lagi menjadi Hits dan idola para Anak Baru Gede. Aku sangat suka dengan Agnes, Potret, Stinky, Jamrud, RIP, Gigi dan Dewa 19. Bagiku musik adalah teman dikala sepi. Apalagi kalau mama dan papa tidak di rumah seperti saat ini.

Kring....Kring....Kring...

Telepon rumah pun berbunyi kencang. Aku bergegas mengangkatnya, siapa tahu telepon yang penting.

"Halo Selamat Sore.." 

"Iya, Halo bisa berbicara dengan Sintia?" 

"Iya, Ini Sintia, ini siapa ya?" 

"Masa enggak hafal dengan suaranya Sin?" 

"Maaf, siapa ya?" 

"Ini Iwan.." 

"Ehmmm, kenapa Wan?" 

"Duh masih marah Dia, maaf ya kalau bercandanya Aku keterlaluan." 

"Ya Aku tidak suka, jangan di ulang ya?" 

"Dek, Kamu lihat deh buku matematika Kamu yang Aku pinjam tadi." 

"Memang ada apa?" 

"Ya sudah, Kamu cek dulu gih, lima menit lagi Aku telepon kembali ya." 

Tut....tut...tut....teleponku mendadak di matikan olehnya. Ehmmm ada ulah apalagi sih Iwan, belum puas apa kejailan -kejailan di sekolah beberapa hari belakangan ini kepadaku.

Aku pun bergegas mencari buku Matematika di dalam tas sekolahku, takutnya ada semacam permen karet yang ditempelkan atau sebuah ulah konyol lainnya. Aku membolak -balikan bukuku apa sih tidak ada apa -apa, aku cek satu persatu tidak ada apa -apa. Keterlaluan Iwan, masih saja jail kali ini terhadapku.

Kring....Kring... 

"Iya halo Wan!" 

"Sudah ketemu belum yang di cari?" 

"Sudah, tidak ada apa -apa tuh." 

"Ehmmm dasar, Kamu itu enggak pernah teliti Sin." 

"Memang enggak ada apa -apa?" 

"Nona, coba deh Kamu tekuk bukunya, Kamu rapatkan, dari sisi -sisi bukumu itu, akan terlihat sebuah tulisan." 

Aku pun menekuk bukuku sesuai permintaan Iwan, astaga benar ada tulisannya "Sintia I Love You." 

"Halo Sin, ketemu? Sin" 

"Iya, ketemu Wan." 

"Apa bacaannya?" 

"Iya, Aku sudah baca." 

"Ya apa? Coba baca lagi Aku mau dengarnya langsung?" 

"Iya, Sintia tahu." 

"Sin, baca, kalau enggak di baca telepon enggak akan Aku tutup nih!" 

"Sintia I Love You" 

"Apa? coba ulang lebih keras?" 

"Sintia I Love You." 

"Nah itu baru jelas, terus apa jawabannya?" 

"Entah Ah." 

"Besok harus ada jawabannya, Dah Sin."

Tut....tut...tut...telepon pun putus kembali.

"Gokil nih si Iwan." 

Sepuluh menit kemudian. 

Mama dan papa pulang dari kantor dan kuliahnya. Mereka membawakan aku Ciki dan aneka makanan ringan kesukaanku lainnya. Dan yang tidak pernah absen mereka bawa, ya Ciki dan teh kotak Sosro jajanan kegemaranku sejak usia sekitar 3 tahun, semua sudah menjadi tradisi dan jatah untukku hampir setiap hari mama dan papa belikan untukku sebagai upah menunggu rumah dengan baik. Sudah ah, lupakan anggap saja enggak terjadi apa -apa. Mungkin dia iseng seperti kebiasaannya. Aku mengambil pekerjaan rumahku, hari ini ada pekerjaan rumah Bahasa Indonesia dan Matematika, aku selalu disiplin dan tak pernah menunda -nunda mengerjakannya, agar besok saat ada jadwal pelajarannya, aku tidak tergesa-gesa apalagi sampai lupa mengerjakan pekerjaan rumah, bisa di hukum oleh guru nanti. Tapi ada beberapa soal yang aku tidak bisa kerjakan, terpaksa besok aku bertanya ke Catur atau Iwan , aku rasa mereka lebih paham jawabannya.

"Sin, Iwan memanggilku dari bangku sebelah. Bagaimana tentang yang kemarin? jawab ya Sin , Aku mohon please."

Aku belum pernah jatuh cinta, ini perasaan cinta pertama yang aku dapatkan, aku harus bagaimana ya? Ervina pun mendesak aku untuk menjawab surat cinta dari Iwan, aduh masa pacaran sih? bagaimana kalau mama dan papa tahu. Pasti nanti aku akan habis -habisan di ledeki mereka karena Iwan teman kecilku, dan anak sahabat dari papaku. Terjadi pergolakan dalam hatiku, bingung aku harus menjawab apa, jawab ya atau tidak ya? Nanti saja deh jawab pernyataan cinta dari Iwan, lebih baik aku menghindarinya dahulu, selama masih bisa berkelit dan menunda menjawabnya.

Pasti ini akibat Rio dan kawan -kawan meminta nomor telepon rumahku beberapa hari lalu, tanpa curiga sih aku berikan saja nomor telepon ku 072544604. Bel sekolah pun berbunyi tandanya kami akan pulang sekolah. Aku mengemasi segala peralatan sekolahku, pasti papa telah menungguku di depan pagar sekolahan. Ya benar saja mobil papa sudah berada di depan sekolah tepat, papa sangat tepat waktu orangnya, ya karena papa khawatir padaku. Aku pun bergegas lari ke depan pagar sekolah, tapi Iwan menarik tanganku sejenak.

"Sin apa jawabannya, iya atau tidak?"

"Besok saja Aku menjawabnya Wan, maaf Papa sudah menunggu nih, tuh lihat mobilnya sudah nangkring di depan pagar."

“Ehmmm, selalu saja menghindar.”

Untuk sementara aku aman, aku belum harus menjawabnya, ya benar Wan aku lagi menghindar. Karena jujur aku bingung harus jawab apa ke kamu.

Saat sedang bersantai di dalam kamar, telepon pun berdering. Tak lama kemudian Mbak Sri asisten rumah tanggaku memanggil.

"Mbak Sin, ini ada telepon Mbak."

"Telepon dari siapa Mbak Sri?"

"Telepon dari Mas Iwan ini Mbak."

Aku pun bergegas mengambil gagang telepon di kamarku.

"Ya Mbak tutup saja ya Mbak teleponnya, Saya sudah angkat ini di kamar."

"Halo Wan"

"Iya halo ini Iwan ."

"Iya Wan ada apa? Kamu telepon Aku lagi, tapi ngomong-ngomong kok Kamu tahu sih nomor telepon rumahku? Kamu dapat dari Erfina ya. Sungguh Anak itu enggak bisa jaga rahasia Aku deh!"

"Dek, Aku dapat nomor teleponmu bukan dari Vina kok, tapi dari Rio, kan beberapa hari lalu Dia tanya ke Kamu, Aku yang menyuruhnya bertanya kepadamu."

"Ehmmm pantas saja deh."

"Sudah jangan marah ya, Aku cuma ingin bertanya yang tadi, tentang pernyataan Aku yang kemarin, apa jawabannya? pasti Kamu tolak Aku ya Dek, pasti Kamu tidak tertarik ya sama Aku?"

"Sebenarnya Wan, Aku itu sudah sejak lama sering pandangi Kamu, rasanya kalau Kita lagi sama -sama saling memandang kok ada sesuatu yang aneh ya, apa karena Kita sahabat kecil atau apakah ini ya yang di namakan cinta, Maaf ya Wan Aku jadi malu nih mengutarakannya."

"Ya, itu perasaan cinta Sin. Berarti Kamu terima Aku dong, iya kan Dek?"

"Iya Wan Aku terima Kamu jadi pacar Aku, sudah dulu ya teleponnya ada Papa dan Mama nih, Aku takut di marahi mereka telepon lama-lama."

"Iya deh, sampai besok di sekolah ya Sin, terima kasih."

"Ok Wan, sampai besok di sekolah."

"Dadah....bilang dong..”

"Bilang apa?

"I Love You gitu."

"Ehmmm enggak mau ah, dadah Wan, sampai besok."

Aku pun terbaring di kamarku, kok rasanya jantungku jadi jedak -jeduk begini ya, duh jadi aneh begini rasanya hatiku sekarang setelah jawab cintanya Iwan, apa dia lagi memikirkan aku? Seperti aku memikirkannya? Mau keluar kamar kok jadi takut dan gugup begini sih, ternyata ini kah ya rasanya jatuh cinta itu, kalau kata pepatah berjuta rasanya. Kemudian aku pun membantu mama memasak di dapur, untuk makan malam kami nanti. Seperti biasa aku bertugas membantu mama memotong -motong dan memilih sayuran yang masih segar.

Sehabis makan malam, aku pamit masuk ke kamar, karena harus mengerjakan Pekerjaan rumah dan tidur. Belum -belum aku kok jadi gugup begini ya, rasanya dag -dig -dug, dan yang terbayang Iwan terus, lagi -lagi ingat wajah Iwan. Bagaimana kalau besok bertemu dengan si Dia pacar baruku itu. Bisa panas dingin nih, seakan serba salah deh jadinya. Ingin ketemu sih, tapi malu itu perasaan yang aku rasakan sekarang, malu -malu tapi aku mau. Apakan ini yang di namakan cinta pertama?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   63 KISAH

    Bagian 1 (Kisah Masa Lalu)Hari KelahirankuNamaku Sintia, aku terlahir di Bandung tanggal 23 September 1985, di seorang Bidan desa teman ibuku. Aku dilahirkan dari ibunda yang bernama Eni suryani dan ayah yang bernama Wito. Bagi mereka lahir itu anugerah, tetapi bagiku itu awal kepergianku, ya aku akan di adopsi. Tidak lain tidak bukan yang akan mengadopsi ku adalah Kakak dari papa kandungku sendiri, yang tidak punya keturunan karena menderita penyakit dan sangat menginginkan keberadaan anak dalam rumah tangganya.Hal itu berawal saat ibu kandungku yang sedang mengandungku tiga bulan bingung mendapatkan kenyataan bahwa ia akan memiliki seorang anak kembali, Sedangkan beliau sudah memiliki empat orang anak yang masih kecil - kecil. Akhirnya mereka berniat membantu kakaknya agar memiliki anak, ahli waris dan teman saat tua nanti. Ya mungkin saja keputusan yang mereka ambil telah di diskusikan dan menjadi jalan keluar yang tepat.“Wito ke mana En, mas

  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   62. SEMUANYA BELUM USAI

    Sudah hampir tiga tahun sejak ayah dan ibuku meninggal. Namun faktanya, kini persoalan sengketa tanah dan rumah tampaknya belum juga usai. Aku lelah, dan bisa dibilang jika aku sudah menyerah.Saya telah memberikan amanah kepada kakak laki-laki saya, untuk membantu mengurus semua ini. Entah kenapa hal yang biasanya mudah menjadi sulit dan rumit seperti ini mereka buat. Ya, itu karena bibi dan paman saya terus bertindak buruk, seolah-olah mereka tidak puas dengan hasil yang saya berikan dan jalan yang saya berikan. Saya telah pasrah dengan semua permintaan mereka untuk menjual harta dan warisan mama dan papa. Dan pada saat proses penjualan pertama saya juga hadir dalam transaksi tersebut. Padahal dari kecil hati saya menjerit dan sakit hati karena kehilangan warisan yang saya miliki dari ibu dan ayah. Meski sangat berat, terpaksa saya jual, dengan alasan menjaga hubungan baik antar keluarga. Saya berharap dengan keputusan saya semuanya akan berakhir, tetapi

  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   62. TAROT

    Tahun terus berjalan walau sering terseok-seok dalam masalah. Malam ini aku iseng mulai melihat tentang hoki, keberuntungan, rasi bintang, shio ataupun tentang tarot. Kebetulan ada tarot online yang melintas di dinding Geoglle info saat membaca berita. Tak harus tunggu lama aku langsung mengklik nya dengan cepat. Aku masuk ke link admin, mereka meminta aku memasukan nama, tanggal lahir dan jenis kelamin. Langsung deh iseng, aku isi semua itu tanpa ragu. Beberapa detik kemudian aku berganti layar. Admin meminta agar aku memilih kartu tarot secara online sebanyak 3 lembar. Karena ketutup semua jelas saja aku klik secara acak. Tak lama kemudian layar HP memperlihatkan layar 3 kartu yang aku pilih. Sosok wanita sederhana itu kartu pertama yang aku dapat, sosok permaisuri dalam kematian, dan sosok permaisuri yang tampak duduk anggun dalam singgasananya. Tak lama berselang setelah aku melanjutkan pilihan lanjutan munculnya penjelasan dari ke tiga kartu

  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   60. MENGGAPAI CITA LEWAT TULISAN

    Semenjak mama dan papa meninggal, selain mengurus Suami dan anak aku pun mulai mengisi kekosongan hariku dan kegiatanku, aku berjualan pulsa HP dan token listrik, membantu suami menjalani bisnis percetakan, jualan Online Shop kecil-kecilan, dan menulis puisi dan novel di sela-sela mengajar. Itu merupakan hobi dan kegiatan baruku. Walau aku tidak bisa berkarier seperti dulu lagi tapi aku harus tetap dapat berkarya di kelilingi kegiatan anak-anak. Alhamdulillah mas Dwi sebagai suami sangat mengertikan aku, beliau selalu mendukungku, walau tidak banyak modal yang dapat di berikan tapi dukungan itu menjadi sangat penting dan berharga sekali. Begitu pun aku, dengan kebebasan untuk berkarya, bergaul dan berkegiatan dari yang Dwi berikan padaku aku harus berikan segala yang terbaik, seperti mengurus rumah ku, anak-anakku dan keperluan mereka dengan baik. Apalagi jika mereka sakit, merawat, menjaga dan memperhatikannya menjadi hal yang lebih penting dari segala aktiv

  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   59. MENGENANG KISAH

    Sudah hampir dua tahun mama dan papa meninggal. Terkadang masih timbul rasa sedih yang masih sesekali muncul di benakku. Teringat masa kecilku dulu, di saat mama dan papa yang sangat mencintaiku, dan memberikan ku segala hal yang terbaik. Rindu sekali saat-saat itu Mama yang sering menelepon ku, mengingatkan aku makan, mengingatkan aku Shalat, aturan jam 21.00 malam harus sudah ada di rumah saat pacaran, atau berbeda pendapat dalam mengasuh ketiga anakku, dan segala celoteh Mama yang sering membuatku gemas dan kesal. Atau sosok dia papaku, kalau aku sakit atau jatuh papa akan menjadi orang yang paling cemas, buru-buru membawa aku ke dokter atau mengurut kaki dan tangan ku jika terkilir, bahkan papa jua lah yang selalu menangis kalau dulu melihat aku di putus in pacar-pacarku atau gagal mengarungi rumah tangga. Terkadang beliau menjadi teman, dan kadang menjadi musuh terbesarku jika beda pendapat. Tapi kini mereka sudah tiada, aku pun hanya dapat merin

  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   58. MENUA BERSAMAMU

    Usia kami aku dan mas Dwi kini sudah tak muda lagi, Mas Dwi sudah 43 tahun dan aku hampir 37 tahun. Belum lama sih kami mengarungi hidup bersama membentuk rumah tangga, yang baru ini, tak terasa sudah menginjak 5 tahunan bersama dalam rumah tangga. Tiga orang anak-anak yang lucu pun memberikan keindahan dan kebahagiaan tersendiri bagi hari-hari kami, dan mas Dwi kian rajin bekerja, demi memberikan segala kebutuhan yang terbaik untuk kami, begitu pun aku yang terus berusaha membantu dengan cara dan gayaku kini. Walau semua itu perlu 1 kata iklas dan perjuangan. Iklas menerima takdir tuhan baik kebaikan ataupun paket ujian-ujian yang Allah berikan kepada kami. Mas Dwi masih selalu romantis, jika saja aku masih muda pasti ingin menambah seorang anak lagi, hal itu mungkin akan memberikan keramaian lebih di rumah ini, tapi sudah cukup tiga anak saja. zaman sekarang memiliki anak banyak cendrung harus memiliki finansial yang baik, kita harus ter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status