Share

11 - Membagi waktu

11 - Membagi waktu

🍁🍁 Muhammad Arga Derimawan🍁🍁

Lekas masuk kamar, mengganti baju dengan pakaian kerja. Meraih tas lalu keluar, mataku menatap Afnan yang tengah berbincang bersama Nayla, dia berpakaian rapi bukannya yang tadi lagi. Netra kami beradu, cepat melangkah mendekat menatap mereka bergantian.

"Aku pergi kerja dulu ya," ucapku pamit.

"Mas, antar Nayla ke tempat kerjanya," pinta Afnan memegang lenganku.

"Ayo," jawabku singkat lalu mengecup kening Afnan, sehabis itu berjalan duluan ke mobil di susul Nayla.

Kami masih terdiam membisu di mobil, tanganku menyalakan mesin dan lekas melaju dengan kecepatan sedang. 

"Mas," panggil Nayla pelan, membuatku berdehem sebagai jawaban.

"Maaf soal tadi, aku gak tau," ucapnya tulus sambil melihatku.

"Tak apa, Mas aja yang berlebihan. Mas minta maaf juga ya," ucapku menatapnya sebentar lalu fokus lagi ke jalan.

"Iya Mas." 

Setelah sampai tujuan, segera pamit tak lupa mencium kening Nayla, aku harus adil sebagai suami walau belum siap untuk memberikan nafkah batin.

***

🍁🍁Author POV🍁🍁

Siang bergulir dengan cepat, Afnan melakukan aktifitasnya seperti biasa, membawakan bekal untuk suaminya. Bersenandung pelan sambil menyapa karyawan yang lalu lalang, ia berpakaian gamis bercorak pink dengan khimar senada dan cadar hitam membuatnya manis. 

Lekas mengetuk pintu saat terdengar suara mengizinkannya masuk, cepat membuka pintu dan mengucapkan salam.

"Walaikumsalam, Nyonya Afnan," sahut sekertarisnya menoleh dan mengulas senyum berpamitan, lekas membawa berkas yang ditanda tangani Arga.

"Walaikumsalam, sayangggg," jawab Arga sambil tangan menyuruh Afnan mendekat.

"Kamu gak marah sama Nayla, 'kan?" tanya Afnan hati-hati duduk dipangkuan Arga.

"Enggak kok," jawab Arga lugas sambil mencium pipi istrinya.

"Makan yuk, aku bawakan bekal," ajak Afnan berdiri dan segera menyiapkan makanan.

Arga tersenyum melihat istrinya yang selalu perhatian, setelah selesai  makan berdua saling menyuapi.  Tepat sekali suara Azan berkumandang memanggil seorang muslim untuk melakukan kewajibannya.

***

Nayla selalu menebar senyuman kepada pelanggang, jam istrirahat tiba bergegas makan siang.

"Nay, kamu harus jelaskan, kenapa tiba-tiba kamu bisa jadi istri kedua Tuan Arga?" tanya Zahra hati-hati takut menyinggung perasaan sahabatnya.

Nayla melirik sebentar lalu segera minum. "Afnan memintaku menjadi madunya," balas Nayla apa adanya dan melanjutkan makan.

"Apa! memangnya kenapa?" tanyanya penasaran.

"Maafff, Zah, aku tak bisa bilang. Mendingan kamu tanya ke Afnan saja," sahut Nayla membereskan piring dan cepat meraih tas dan berlalu.

"Kamu mau kenapa?" tanya Zahra berdiri mengikuti Nayla.

"Ke masjid deket sini." Zahra mengerjapkan matanya bingung. 

"Mau ngapain?"

Nayla mulai kesal dengan pertanyaan Zahra lalu mendengkus. "Ya mau salatlah." 

"Aku ikut, tunggu." Bergegas meraih tas dan mengikuti langkah Nayla.

Setelah salat, mereka mulai bekerja lagi. Waktu berputar sangat cepat jam pulang pun tiba, Nayla lekas mengganti pakaian dan keluar. Netranya menangkap mobil yang familiar segera mendekat dan melihat Arga dan Afnan sedang duduk di dalamnya.

"Haiiii, Nay. Ayo masuk," tegur Afnan saat tahu Nayla di dekat mobil.

Ia tersenyum canggung lalu segera membuka pintu mobil dan masuk, tak lupa mengucapkan salam.

"Terima kasih Afnan, Mas. Sudah mau repot -repot menjemputku," ucap Nayla membuat Afnan mencubit tangannya, ya mereka duduk di belakang saling bersebelahan.

"Aduhhhh, sakit Afnan," gerutu Nayla mengelus tangannya.

"Heh, suruh siapa bilang kaya gitu, kami gak merasa direpotkan kok, lagian kamu 'kan istri Mas Arga juga," ujar Afnan lugas tak lupa mengulas senyum.

"Maaf ya, apa sakit," ucap Afnan beralih ke tangan Nayla yang sedikit merah.

"Huhhhhh, sakit tau," adu Nayla menunjukan tangannya ke Afnan lalu segera ditiup-tiup olehnya.

Nayla tersenyum melihat tingkah Afnan yang tak pernah berubah sampai sekarang, ia bersyukur. "Sudah, tak sakit lagi, makasih ya," ucap Nayla menarik tangannya.

Arga ia masih diam tak ikut berbicara, fokus ke jalanan membawa dengan kecepatan sedang. Empat puluh menit dua puluh detik akhirnya tiba di rumah, segera memarkirkan mobil lalu masuk. Mereka pergi ke kamar dan bergegas mandi. Turun lagi untuk makan malam. Hening di meja makan tak ada yang mengelurkan suara, Afnan segera mencari ide untuk mencairkan suasana.

"Mas, Nay," panggil Afnan membuat keduanya menoleh.

"Kita akan bagi waktu, karena Mas sudah mempunyai tanggung jawab kepada Nayla juga. Sekarang jadwal tidur Mas tiga hari sama aku tiga hari lagi sama Nayla, satu harinya Mas bebas mau tidur sama siapa aja atau sendiri," terang Afnan membuat yang mendengar terbatuk lalu segera menyambar air.

"Ahhhh, Afnan terburu-buru sekali," ujar Nayla sehabis minum.

"Ya sudah tak apa, sekarang Mas tidur di kamar siapa?" tanya Arga menyuapkan makanan lagi.

"Nayla, dimulai hari ini," sahut Afnan menatap Arga dan Nayla bergantian.

"Afnan, Mas, aku udah selesai, mau cuci piring dulu," ucap Nayla pamit membawa cucian kotor.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status