Home / Romansa / SAHABATKU MADUKU / 4 - Berbincang

Share

4 - Berbincang

Author: Pena_Receh01
last update Last Updated: 2021-05-27 04:25:12

4 - Berbincang 

Bertepatan hari ahad Afnan berjanjian bertemu Nayla di cafe untuk membicarakan hal serius. Afnan berpakaian gamis polos dengan dua warna yang berbeda, kerudung pasmina membuat dirinya terkesan elegan dan simple. Tak lupa make-up tipis di parasnya, lekas meraih tas slempang  bergegas turun untuk sarapan bersama Arga.

"Pagi Mas," sapa Afnan lalu meraih piring untuk diisi nasi, lauk dan sayur lalu diberikan ke suaminya, tak lupa menyendok untuk dirinya sendiri.

"Pagi juga sayang," balas Arga.

 "Kamu mau ke mana, rapi sekali." Arga menyuapi Afnan yang hendak menyahut.

Setelah menghabiskan makanan di mulutnya. "Aku mau bertemu sahabat kecilku, bolehkan," mohon Afnan dengan puppy eyes karena lupa memberitahu suaminya. 

Arga mengerutkan keningnya lalu menyeringai. "Tidak boleh, kecualiiii," ucap Arga membuat Afnan mengigit bibir bawahnya.

 "Kamu melayani aku di sana." Tunjuk Arga mengarah ke kamar. 

Afnan melirik jam tangan yang menunjuk pukul enam pagi, mereka berjanjian jam delapan masih ada waktu untuk melayani Arga tetapi ia malu. "Apa gak ada yang lain," tawar Afnan sambil memilin jarinya.

"Tidak! ayo cepat habiskan sarapanmu lalu layani aku," perintah Arga lalu melahap makanannya, Afnan tertunduk pasrah lekas menghabiskan sarapan.

Selesai sarapan Arga langsung mendekati Afnan yang baru saja menyusun piring kotor untuk di cuci, tetapi tangannya dicekal Arga membuat menoleh.  Pria itu menarik Afnan dan menggendong ala  bride style membawanya ke ranjang, Meletakan Afnan dengan hati-hati di kasur lalu segera melucutkan bajunya. Terlihat perut sixpack yang mengiurkan, Afnan lekas memalingkan wajah saat semburan merah merambat ke dua belah pipi mulusnya.

Arga merangkak mendekati Afnan dan meraih dagu sang istri untuk menatapnya. Netra hitam nan pekat itu menumbruk bola mata cokelat terang yang membuat hatinya selalu sejuk. Tatapan meneduhkan milik Afnan, bersitatap cukup lama dengan Arga. Lelaki itu menyeringai semakin merapatkan tubuhnya, lalu berbisik di cuping Afnan.

"Wah sepertinya akan ada ronde." Afnan tersadar lalu mendorong Arga agar menjauh, lekas menyuruh sang suami agar tengkurep, segera ia menaiki dan memijit sampai Arga tertidur pulas.

Afnan melirik jam dinding yang menuju angka tujuh, segera meraih tas tak lupa mengecup pipi Arga lalu segera berjalan keluar untuk menemui Nayla.

***

Nayla memainkan ponsel-nya sambil kaki mengetuk marmer cafe yang ia tempati saat ini, melirik jam sudah menuju angka delapan pagi, tetapi sahabatnya itu belum datang, menghela napas pelan lalu mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya.

"Tak biasanya Afnan datang terlambat," gerutu Nayla jenuh sudah empat puluh menit ia berada disana.

Afnan turun dari mobil dan menyuruh Mang Tatang untuk pulang, cepat melangkah ke cafe dan mencari meja pesanannya setelah ketemu. Ia mendekat lalu mendaratkan bokong dikursi. Tatapan kesal ditunjukan Nayla saat netra mereka bertemu.

"Assalamualaikum. Maaaf, telat," ucap Afnan menaruh tasnya di meja.

"Walaikumsalam, gak papa walau kesel sedikit sih," sahut Nayla melipatkan kedua tangannya di dada.

"Maaf, ada sedikit  problem tadi," ucap Afnan lalu segera memesan makanan.

"Apa yang ingin kamu bicarakan? Sepertinya serius, mengajakku ketemu biasanya kalau tidak serius hanya lewat ponsel," celetuk Nayla penasaran.

"Kita makan dulu aja, baru bahas itu," sahut Afnan mengambil minuman bekas Nayla.

"Itu bekasku," cegah Nayla hendak merebut gelasnya tetapi sudah disedot Afnan.

Afnan melirik lalu tersenyum menaruh gelas itu kembali ke meja. "Tak apa, aku masih sama seperti dulu kok," tuturnya, Nayla tersenyum mendengar pengakuan sahabatnya.

"Semoga kamu tak'kan pernah berubah," ucap Nayla memegang tangan Afnan menyalurkan kasih sayang lewat tatapan abu-abu miliknya.

Afnan membalas perkataan Nayla dengan senyuman, setelah makanan datang mereka makan sambil tertawa karena lelucon yang dilontarkan Nayla. Memang Nayla orang humoris membuat Afnan yang sedih akan tertawa terbahak-bahak, sehabis makan suasana mulai tegang, Afnan berdehem menetrakan jantung yang bertalu yang kencang.

"Tegang banget sih, emang mau ngomong apa?" tanya Nayla sambil menyeruput minumannya.

"Mau gak jadi adikku," ucap Afnan tanpa basa - basi lagi.

Nayla mengeryitkan alisnya bingung. " Kitakan memang menganggap satu sama lain saudari Afnan," cecar Nayla mencubit pipi Afnan gemas.

Afnan menggeleng. "Maksudku bukan ituuuu," ujar Afnan pelan.

"Tapi jadi adik maduku." Perkataan Afnan membuat Nayla membulatkan matanya tak percaya.

"Kalau ngomong jangan ngawur deh," sergah Nayla menatap tajam Afnan yang berkata sembarang menurutnya.

"Aku gak ngawur Nayla, aku bener-bener pengen kamu jadi adik maduku," ucap Afnan kukuh membalas tatapan Nayla.

Nayla menghela napas lalu memijat keningnya yang pusing oleh permintaan Afnan.

"Apa yang membuat kamu mencari madu, dan menginginkan aku jadi adikmu?" tanya Nayla.

Afnan tersenyum walau hatinya sakit saat meminta Nayla jadi madunya. "Aku ingin mempunyai bayi dari benih suamiku. Kenapa aku memilihmu jadi adikku, karena aku udah kenal lama banget, aku percaya sama kamu kalau kita akan rukun menjadi adik, kakak."

Nayla melirik Afnan sebal. 

"Aku sudah tidak perawan lagi Afnan, mahkotaku direngkut paksa oleh mantan kekasihku," ucap Nayla parau sambil menundukkan kepalanya menatap kaki.

Afnan membulatkan matanya terkejut, lalu lekas bangkit mendekati Nayla yang menunduk saat melihat riak wajah yang mendung. "Tak apa, pasti suamiku akan menerima kekuranganmu," terang Afnan mengelus rambut Nayla dengan sayang.

Nayla mendongak lalu memeluk Afnan. "Terimakasih, kukira tak'kan ada lelaki yang meminangku karena sudah tak perawan lagi," ucapnya serak untuk cafe sedang sepi jadi mereka leluasa.

"Jadi kamu menerima permintaanku jadi madu?" tanya Afnan hati-hati mengelus punggung Nayla.

Nayla mengangguk tak lupa mengembangkan senyumannya.

"Allhamdulillah," ucap Afnan bersyukur.

 "Nanti aku ajak menemui suamiku, ya."

Nayla mengangguk lalu memegang tangan Afnan. "Terimakasih, kamu adalah penyelamatku."

Afnan mengangguk lalu mengacak-acak rambut Nayla yang tergerai, mereka tertawa dan bercanda layaknya saudari. Tak lama kemudian dering ponsel Afnan berbunyi, membuat Afnan segera mengangkat panggilan saat melihat siapa meneleponnya.

"Kamu di mana?

"Aku di cafe."

"Cafe mana, aku mau menjemputmu. Ada acara penting dan kamu harus ikut,"

"Cafe Naz, aku tunggu sambil mengenalkanmu pada seseorang,"

"Oke, love you sayang,"

"Love you too."

Afnan menunduk malu saat mengucapkan kata-kata terakhir, Nayla senyum-senyum mendengar penbicaraan pasangan suami istri itu, apakah dirinya bisa bersama membangun mahligai rumah tangga sebagai istri kedua.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SAHABATKU MADUKU   75 - Sebuah janji

    75 - Sebuah Janji "Kenapa kalian dia saja?" tanya Afnan melirik semuanya. "Eh, ayoo makan," ajak Nayla dengan suara gugup, membuat Afnan menatapnya curiga. "Nayla!" panggil Afnan membuat wanita itu mengembuskan napas lalu membalas tatapan Afnan. "Ada apa, Mbak? ayoo makan, ini enak lho," ujar Nayla merasa tatapan Afnan semakin membuatnya sesak. "Kalian sembunyiin apaan?" tanya Afnan lagi, menatap semua orang yang berada di dalam. "Ayo sayang, katanya mau makan, makanan ini," seru Arga hendak menyuapi Afnan tetapi wanita itu tolak. "Massss, jawab pertanyaanku!" Arga mengembuskan napasnya kasar, lalu bersandar di dinding. "Rahimmu diangkat, kamu tidak akan bisa hamil lagi," ucap Arga seperti petir menyambar ke diri Afnan, wanita itu diam membuat semua orang khawatir. "Apa! Kamu pasti bohong 'kan, Mas!" raung Afnan dengan matanya sudah banjir dengan air yang terus berjatuhan. "Mbak, kamu harus ikh

  • SAHABATKU MADUKU   74 - Mereka anak kita

    74 - Mereka anak kitaSenyuman terpatri di bibir Arga, saat mendapatkan telepon dari istri keduanya, bahwa Afnan sudah sadar semenjak koma. Ia melangkah dengan tergesa - gesa sambil menuntun anak - anaknya, karena Leon dan Leana ingin berjalan."Ayo Nak, kita harus cepat - cepat ke ruangan Bund, soalnya Bunda sudah bangun dari tidur panjangnya," jelas Arga berusaha agar anak - anaknya melangkah lebih cepat."Wah, Unda uda angun, Eana engen enger cuala Unda," kata Leana dengan girang sambil loncat - loncat."Iya sayang, Ayah juga rindu suara Bunda," sahut Arga dibalas anggukan oleh Leana.Setelah sampai Arga langsung membuka pintu, matanya melihat Afnan tengah makan disuapi Nayla."Mas," ucap Afnan spontan dengan mata berkaca - kaca, terlihat sorot rindu dari manik keduanya."Sayang, akhirnya kamu bangun," ucap Arga lalu melangkah bersama Leana dan Leon mendekati brankar Afnan."Mas rindu kamu," kata Arga lalu meraih

  • SAHABATKU MADUKU   73 - Nestapa terguncang

    73 - Nestapa terguncangDua tahun kemudian ...Seorang pria dengan telaten menyisir rambut istrinya, yang masih terbaring di brankar. Tubuh wanita itu kurus, surainya semakin panjang, tetapi matanya masih betah terpejam selama dua tahun ini."Sayang, kapan kamu membuka mata? aku sangat merindukanmu, anak kita juga," ucapnya pelan, sungguh ia tak sanggup rasanya, saat mendengar perkataan dokter tadi pagi."Apakah kamu tidak menyayangi kami? kenapa tertidur terlalu lama, ini sudah mau dua tahun sayang. Ayo buka matamu," pintanya lagi, lalu mengecup pipi yang tirus itu."Leana, sebentar lagi ulangtahun lho, bersama Leon, ayo bangun kita rayakan bersama," bujuknya menggenggam lengan wanita yang terpasang infus. "Tolonggggg, bangunlah. Kami sangat merindukanmu," bisiknya ditelinga sang istri."Aku salat dulu, ya. Di sini kok sambil menunggu adikmu dan anak kita," ujarnya melangkah ke toilet untuk berwudhu.***"S

  • SAHABATKU MADUKU   72 - Kecelakaan

    72 - KecelakaanNayla tengah berbincang di cafe milik sahabatnya yaitu Zahra, ia sesekali meneguk kopi dengan perlahan. Sebenarnya dia menahan sesuatu terlihat dari wajahnya yang pucat."Duh, kenapa perutku sakit dan mulas ya, pinggangku juga terasa panas," erang Nayla memegang perutnya."Mungkin kamu mau melahirkan, Nay. Ayo kita cepat - cepat ke rumah sakit," ajak Zahra ia lekas membantu sahabatnya berjalan lalu dia antar menggunakan mobilnya."Rasanya semakin sakit, Zah," rengek Nayla, ia bergerak dengan gelisah."Sabar Nay, coba kamu telepon Mbakmu, kasih tau kalau mau lahiran," perintah Zahra, Nayla mengangguk ia segera merogoh tas mencari ponselnya dan menelepon Afnan."Assalamualaikum, Mbak," ucap Nayla sambil menahan rasa sakit yang hilang timbul."Walaikumsalam, ada apa Nay? kok kamu kaya ke sakitan gitu," sahut Afnan khawatir."Sepertinya aku mau lahiran, Mbak. Aku dan Zahra sedang dalam perjalan ke rumah sakit,

  • SAHABATKU MADUKU   71 - Kebahagiaan

    71 - kebahagiaanArga menatap puas seseorang yang berada dibalik jeruji besi, ia melangkah lalu mengulas senyum saat Farhan bangkit dan mendekatinya."Lepaskan aku sialan! beraninya kau memasukanku ke sini!," maki Farhan menatap tajam Arga, membuat pria itu terkekeh."Kau pantas disana, dan siap - siap pergi ke pengadilan agar tau selama apa kau tempat ini," kelakar Arga sambil terus memegang perutnya, karena tidak kuat dengan tawanya yang tak berhenti."Aku pergi, tidak ada waktu berurusan denganmu," ucap Arga sinis lalu pergi meninggalkan Farhan yang sangat marah.***Setelah Farhan menjalani persidangan, akhirnya di dijatuhkan hukuman penjara selama sebelas tahun. Faresta tidak bisa membantu sama sekali, karena pengacara yang dibawa Anisa dan Nayla sangat hebat.Pria itu sudah dikawal oleh polisi saat mendekati Anisa yang tengah menggendong Haidar, ia mengulas senyum."Selamat kau menang, Anisa," ujar Farhan menatap Haid

  • SAHABATKU MADUKU   70 - Meminta restu

    BAB 70MEMINTA RESTUDavid berjalan ke ruangan CEO, untuk bertemu Arga. Melangkah dengan santai, lalu membuka pintu tanpa mengetuk pintu, membuat Arga yang tengah fokus kesal karena terganggu."Awas jika membawa berita tidak penting," ancam Arga menaruh berkas di meja, ia menatap kesal ke arah David yang sudah dihadapannya."Kau harus menaikan gajiku," ucap David sombong, lalu menarik kursi untuk di duduki."Cepatlah katakan! aku ingin segera menyelesaikan pekerjaanku," seru Arga."Farhan sudah ditangkap, dia sekarang di kantor polisi," kata David membuat bibir Arga melengkung membentuk senyuman."Baguslah, nanti kutranfer uangmu, sebagai hadiah," ujar Arga membuat David langsung tersenyum."Terimakasih, Bro. Sekalian kasih gue cuti dong," ucap David senang."Nanti, bantu aku mengerjakan ini semua. Baru kuberi cuti beberapa hari," seru Arga, David mengangguk semangat."Nanti aku bantu, agar cepat selesai." Dav

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status