Share

9 - Menikah

9 - Menikah

"Kamu cantik banget Nay," puji Afnan berdiri lalu mendekati Nayla, saat dirinya sudah selesai di dandani. 

"Aku gugup Afnan," kata Nayla melirik Afnan yang disebelahnya.

"Rileks saja Nay," tutur Afnan memegang bahu Nayla lalu tersenyum saat mereka sama-sama menatap pantulan di cermin.

Setelah berbincang-bincang di kamar, terdengar suara Arga mengucapkan ijab kabul setelah itu kata sah terdengar.

Afnan tersenyum kaku, mengajak Nayla keluar. Mereka menuruni tangga ditatap oleh semua orang, ada yang berbisik membicarakan Afnan yang dimadu, cibiran untuk Nayla. Genggaman Afnan menguat menyalurkan kekuatan untuk sahabatnya yang terlihat gelisah, setelah sampai Nayla didudukan disamping Arga. Pria itu memasangkan cincin, mengecup kening Nayla dengan wajah datarnya. Tak ada senyuman di bibirnya, Nayla ia lekas meraih tangan Arga dan menciumnya takjim.

Setelah akad selesai, ketiganya lekas menyambut tamu dan duduk di kursi pelaminan, ucapan selamat dilontarkan oleh tamu undangan walau dengan nada lembut atau sinis. Nayla memakluminya dia membalas dengan senyuman terbaiknya, Arga terpaku oleh bibir yang melengkuk  dengan mata yang menyipit itu, cepat - cepat mengalihkan tatapan untuk menatap Afnan yang duduk disamping tentu atas perintahnya.

🍁🍁Afnan Zakia POV🍁🍁

Ini keinginanku, tapiiiii, kenapa dada ini sesak sekali! saat mendengar suamiku mengucapkan ijab kabul kedua kalinya.

Nayla merasakan apa yang kurasakan saat Mas Arga memakaikan cincin dan mencium kening. Selesai akad mereka menyambut tamu, aku menyuruh keduanya untuk duduk di kursi pelamin, Mas Arga menggandengku untuk ikut naik, sempat menolak tapi tatapan itu meluluhkanku. Kami bersalaman pada orang - orang berpamitan pulang, ada mengucapkan selamat pada Nayla tetapi dengan nada lembut dan juga sinis.

 Sepertinya Nayla memakluminya, bersyukur memiliki saudari sepertinya. Namunnn, saat melihat Mas Arga terpaku melihat Nayla tanpa berkedip saat tersenyum, seperti ada berpuluh-puluh pisau menghujami dada. Sesak perih ingin segera pergi dari sini tetapi suamiku menatapku lalu tersenyum dan duduk disisiku. Hati ini menghangat saat dirinya mengecup pipi membuatku merona, Nayla melihatnya ia tersenyum lalu mengodaku.  Waktu terus berputar, malam pun tiba para tamu sudah pulang. Lekas memerintahkan Mas Arga dan Nayla untuk ke kamarnya. Setelah itu bergegas masuk ruanganku merebahkan tubuh dipembaringan, netra ini terpejam tak lama air mata jatuh tanpa bisa dihentikan. Suara ketukan pintu menyadarkanku acap menghapus jejaknya dan membuka pintu, memaksakan tersenyum saat tau Bunda yang mengetuknya lalu mempersilakan masuk duduk di sofa.

"Nak, kami pamit pulangggg, tak bisa menginap karna banyak perkerjaan besok," pamit Bunda mengelus kepalaku.

"Iya Bun, hati-hati ya," jawabku mengecup pipinya.

"Bunda yakin kamu kuat!" ucapnya pilu sambil menitihkan air mata.

"Bunda jangan nangis! ini keinginan Afnan sendiri, aku yakin Bun kami bisa menjalani mahligai rumah tangga ini," ujarku menenangkan Bunda walau hati ini menjerit tak kuat.

"Ya sudah, Bunda udah ditungguin mereka." Mencium keningku lama dan segera diri ini mengecup punggung tangannya dengan takjim.

***

Dilain ruangan Arga dan Nayla masih terdiam membisu, tak ada yang memulai percakapan. 

"Aku mau mandi," ucap Arga datar meraih handuk dan masuk ke kamar mandi tanpa menunggu jawaban Nayla.

Nayla mendengkus lalu berjalan ke arah meja rias dan mendudukan pinggulnya. "Jangan terlalu bermimpi Nayla!" Monolognya pada diri sendiri sembari melepaskan aksesoris di kepalanya.

Sehabis melepaskan kerudung, ia berdiri dan mulai meraih sleting dipunggungnya.

"Kenapa susah banget sih!" Gerutu Nayla, saat Arga keluar dari kamar mandi.

Pria itu memandang Nayla sebentar lalu melangkah mendekat dan membantu membukakan sleting gaun Nayla memperlihat punggung mulusnya. 

"Sudah, sana mandi!" titah Arga berjalan ke lemari dan mengambil pakaiannya.

Nayla yang melihat Arga hanya memakai handuk dipinggangnya, membuat semburat pipi wanita itu memerah, ia segera memalingkan wajah dan meraih handuk berlalu ke kamar mandi.

🍁🍁Nayla Ramadhani POV🍁🍁

Lekas memasuki kamar mandi, meraih handuk dan melucuti pakaian masuk ke bathtub menikmati aroma cokelat kesukaanku. Selesai membersihkan diri, bangkit lalu memakai handuk.

Aku masih memejamkan mata, menghirup bau cokelat yang menguar. Afnan bahkan masih ingat sabun mandi kesukaanku.

"Ohhhh, shit! aku lupa membawa pakaian ganti," makiku, saat mencari pakaian di gantungan.

"Apa yang harus aku lakukan," gumamku mengigit jari.

"Aku malu, keluar hanya memakai handuk," batinku.

Lekas melangkah membuka pintu sedikit melihat keadaan, netraku tak menangkap Mas Arga, mungkin ia telah ke kamar Afnan, bodohnya diriku mengharapkan dirinya menunggu. Lekas keluar dan mencari pakaian di lemari.

"Apa yang kamu lakukan?" suara bariton itu membuatku membeku di tempat, cepat menoleh dan melihat suamiku sedang di dekat pintu.

Ia menutup pintunya dan mendekat, menatapku lekat dengan matanya melirik dari bawah sampai ke atas tepat di wajahku. Pipi ini memanas saat diperhatikan dirinya, perasaan apa ini? 

"Apa yang kamu lakukan?" tanyanya lagi, membuatku tersadar dan mundur selangkah.

Ia menaikan alisnya saat melihatku mundur.

 "Aku sedang mencari pakaianku," jawabku dengan suara terbata-bata.

"Bajumu masih dikoper, apa kamu lupa?" tanyanya membuatku ingin membenturkan kepala ke dada bidangnya, huhhhhh, masih muda kenapa aku sudah pikun. 

"Sana pakai bajumu," perintahnya, membuatku kecewa, apa yang aku harapkan, diberi nafkah batin? sudah diberi nafkah lahir saja bersyukur.

"Apa yang kamu pikirkan Nayla! aku melihatmu sering melamun," ucap Arga menghempaskan bokongnya ke ranjang.

"Bukan apa-apa kok, aku pakai baju dulu ya," ucapku meraih baju di koper dan segera masuk ke ruang ganti.

Setelah selesai memakai pakaianku, segera menetralkan dekat jantung, lalu berusaha bersikap biasa saja, melangkah pelan dan membuka pintu. Penglihatanku langsung menangkap Arga yang sedang duduk di ranjang sambil memainkan laptopnya. Perlahan tapi pasti aku mendekat dan duduk di dekatnya, netra kami bertemu, sorot matanya seperti berujar maaf. Aku segera memalingkan wajah dan melirik layar laptop yang menyala.

"Apa yang kamu kerjakan?" tanyaku.

"Ohhhh, ini aku sedang edit naskah punya Afnan, dia fokus buat isi ceritanya, aku yang editnya kita kerja sama," ucap Arga membanggakan Afnan secara tidak langsung.

Aku tersenyum kaku lalu mengangguk, "ahhhh, ternyata kamu editor Afnan gitu?" tanya mencairkan suasana.

Ia mengangguk antusias. "Iya, aku senang membantu Afnan, agar dia tak kelelahan." Sambil mengembangkan senyuman yang tak pernah ia tunjukan kepadaku.

"Ohhhh, semangat ya," ucapku, "aku mau tidur."  Merangkak ke sampingnya dan menarik selimut.

🍁🍁 Author POV🍁🍁

Arga menaruh laptopnya di nakas, lalu ikut berbaring disamping Nayla, ia memeluk pinggang rampingnya, Nayla berbalik menatap manik mata Arga yang menatapnya tajam. Pria itu mendekatkan wajahnya kepada Nayla, tetapi seperti tau isi hati Arga, Nayla menutup bibirnya membuat Arga terkejut.

"Aku tau kamu belum siap, akupun sama. Jadiii, mendingan kamu ke kamar Afnan pasti dia sedang menangis," ucapnya berusaha tegar sambil memamerkan gigi rapinya.

Arga sempat terkejut lalu tersenyum mengecup kening Nayla. "Maaffff, dan terimakasih, aku ke kamar Afnan ya," pamit Arga beranjak dari kasur dan keluar kamar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status