Share

9 - Menikah

Author: Pena_Receh01
last update Huling Na-update: 2021-05-29 14:40:59

9 - Menikah

"Kamu cantik banget Nay," puji Afnan berdiri lalu mendekati Nayla, saat dirinya sudah selesai di dandani. 

"Aku gugup Afnan," kata Nayla melirik Afnan yang disebelahnya.

"Rileks saja Nay," tutur Afnan memegang bahu Nayla lalu tersenyum saat mereka sama-sama menatap pantulan di cermin.

Setelah berbincang-bincang di kamar, terdengar suara Arga mengucapkan ijab kabul setelah itu kata sah terdengar.

Afnan tersenyum kaku, mengajak Nayla keluar. Mereka menuruni tangga ditatap oleh semua orang, ada yang berbisik membicarakan Afnan yang dimadu, cibiran untuk Nayla. Genggaman Afnan menguat menyalurkan kekuatan untuk sahabatnya yang terlihat gelisah, setelah sampai Nayla didudukan disamping Arga. Pria itu memasangkan cincin, mengecup kening Nayla dengan wajah datarnya. Tak ada senyuman di bibirnya, Nayla ia lekas meraih tangan Arga dan menciumnya takjim.

Setelah akad selesai, ketiganya lekas menyambut tamu dan duduk di kursi pelaminan, ucapan selamat dilontarkan oleh tamu undangan walau dengan nada lembut atau sinis. Nayla memakluminya dia membalas dengan senyuman terbaiknya, Arga terpaku oleh bibir yang melengkuk  dengan mata yang menyipit itu, cepat - cepat mengalihkan tatapan untuk menatap Afnan yang duduk disamping tentu atas perintahnya.

🍁🍁Afnan Zakia POV🍁🍁

Ini keinginanku, tapiiiii, kenapa dada ini sesak sekali! saat mendengar suamiku mengucapkan ijab kabul kedua kalinya.

Nayla merasakan apa yang kurasakan saat Mas Arga memakaikan cincin dan mencium kening. Selesai akad mereka menyambut tamu, aku menyuruh keduanya untuk duduk di kursi pelamin, Mas Arga menggandengku untuk ikut naik, sempat menolak tapi tatapan itu meluluhkanku. Kami bersalaman pada orang - orang berpamitan pulang, ada mengucapkan selamat pada Nayla tetapi dengan nada lembut dan juga sinis.

 Sepertinya Nayla memakluminya, bersyukur memiliki saudari sepertinya. Namunnn, saat melihat Mas Arga terpaku melihat Nayla tanpa berkedip saat tersenyum, seperti ada berpuluh-puluh pisau menghujami dada. Sesak perih ingin segera pergi dari sini tetapi suamiku menatapku lalu tersenyum dan duduk disisiku. Hati ini menghangat saat dirinya mengecup pipi membuatku merona, Nayla melihatnya ia tersenyum lalu mengodaku.  Waktu terus berputar, malam pun tiba para tamu sudah pulang. Lekas memerintahkan Mas Arga dan Nayla untuk ke kamarnya. Setelah itu bergegas masuk ruanganku merebahkan tubuh dipembaringan, netra ini terpejam tak lama air mata jatuh tanpa bisa dihentikan. Suara ketukan pintu menyadarkanku acap menghapus jejaknya dan membuka pintu, memaksakan tersenyum saat tau Bunda yang mengetuknya lalu mempersilakan masuk duduk di sofa.

"Nak, kami pamit pulangggg, tak bisa menginap karna banyak perkerjaan besok," pamit Bunda mengelus kepalaku.

"Iya Bun, hati-hati ya," jawabku mengecup pipinya.

"Bunda yakin kamu kuat!" ucapnya pilu sambil menitihkan air mata.

"Bunda jangan nangis! ini keinginan Afnan sendiri, aku yakin Bun kami bisa menjalani mahligai rumah tangga ini," ujarku menenangkan Bunda walau hati ini menjerit tak kuat.

"Ya sudah, Bunda udah ditungguin mereka." Mencium keningku lama dan segera diri ini mengecup punggung tangannya dengan takjim.

***

Dilain ruangan Arga dan Nayla masih terdiam membisu, tak ada yang memulai percakapan. 

"Aku mau mandi," ucap Arga datar meraih handuk dan masuk ke kamar mandi tanpa menunggu jawaban Nayla.

Nayla mendengkus lalu berjalan ke arah meja rias dan mendudukan pinggulnya. "Jangan terlalu bermimpi Nayla!" Monolognya pada diri sendiri sembari melepaskan aksesoris di kepalanya.

Sehabis melepaskan kerudung, ia berdiri dan mulai meraih sleting dipunggungnya.

"Kenapa susah banget sih!" Gerutu Nayla, saat Arga keluar dari kamar mandi.

Pria itu memandang Nayla sebentar lalu melangkah mendekat dan membantu membukakan sleting gaun Nayla memperlihat punggung mulusnya. 

"Sudah, sana mandi!" titah Arga berjalan ke lemari dan mengambil pakaiannya.

Nayla yang melihat Arga hanya memakai handuk dipinggangnya, membuat semburat pipi wanita itu memerah, ia segera memalingkan wajah dan meraih handuk berlalu ke kamar mandi.

🍁🍁Nayla Ramadhani POV🍁🍁

Lekas memasuki kamar mandi, meraih handuk dan melucuti pakaian masuk ke bathtub menikmati aroma cokelat kesukaanku. Selesai membersihkan diri, bangkit lalu memakai handuk.

Aku masih memejamkan mata, menghirup bau cokelat yang menguar. Afnan bahkan masih ingat sabun mandi kesukaanku.

"Ohhhh, shit! aku lupa membawa pakaian ganti," makiku, saat mencari pakaian di gantungan.

"Apa yang harus aku lakukan," gumamku mengigit jari.

"Aku malu, keluar hanya memakai handuk," batinku.

Lekas melangkah membuka pintu sedikit melihat keadaan, netraku tak menangkap Mas Arga, mungkin ia telah ke kamar Afnan, bodohnya diriku mengharapkan dirinya menunggu. Lekas keluar dan mencari pakaian di lemari.

"Apa yang kamu lakukan?" suara bariton itu membuatku membeku di tempat, cepat menoleh dan melihat suamiku sedang di dekat pintu.

Ia menutup pintunya dan mendekat, menatapku lekat dengan matanya melirik dari bawah sampai ke atas tepat di wajahku. Pipi ini memanas saat diperhatikan dirinya, perasaan apa ini? 

"Apa yang kamu lakukan?" tanyanya lagi, membuatku tersadar dan mundur selangkah.

Ia menaikan alisnya saat melihatku mundur.

 "Aku sedang mencari pakaianku," jawabku dengan suara terbata-bata.

"Bajumu masih dikoper, apa kamu lupa?" tanyanya membuatku ingin membenturkan kepala ke dada bidangnya, huhhhhh, masih muda kenapa aku sudah pikun. 

"Sana pakai bajumu," perintahnya, membuatku kecewa, apa yang aku harapkan, diberi nafkah batin? sudah diberi nafkah lahir saja bersyukur.

"Apa yang kamu pikirkan Nayla! aku melihatmu sering melamun," ucap Arga menghempaskan bokongnya ke ranjang.

"Bukan apa-apa kok, aku pakai baju dulu ya," ucapku meraih baju di koper dan segera masuk ke ruang ganti.

Setelah selesai memakai pakaianku, segera menetralkan dekat jantung, lalu berusaha bersikap biasa saja, melangkah pelan dan membuka pintu. Penglihatanku langsung menangkap Arga yang sedang duduk di ranjang sambil memainkan laptopnya. Perlahan tapi pasti aku mendekat dan duduk di dekatnya, netra kami bertemu, sorot matanya seperti berujar maaf. Aku segera memalingkan wajah dan melirik layar laptop yang menyala.

"Apa yang kamu kerjakan?" tanyaku.

"Ohhhh, ini aku sedang edit naskah punya Afnan, dia fokus buat isi ceritanya, aku yang editnya kita kerja sama," ucap Arga membanggakan Afnan secara tidak langsung.

Aku tersenyum kaku lalu mengangguk, "ahhhh, ternyata kamu editor Afnan gitu?" tanya mencairkan suasana.

Ia mengangguk antusias. "Iya, aku senang membantu Afnan, agar dia tak kelelahan." Sambil mengembangkan senyuman yang tak pernah ia tunjukan kepadaku.

"Ohhhh, semangat ya," ucapku, "aku mau tidur."  Merangkak ke sampingnya dan menarik selimut.

🍁🍁 Author POV🍁🍁

Arga menaruh laptopnya di nakas, lalu ikut berbaring disamping Nayla, ia memeluk pinggang rampingnya, Nayla berbalik menatap manik mata Arga yang menatapnya tajam. Pria itu mendekatkan wajahnya kepada Nayla, tetapi seperti tau isi hati Arga, Nayla menutup bibirnya membuat Arga terkejut.

"Aku tau kamu belum siap, akupun sama. Jadiii, mendingan kamu ke kamar Afnan pasti dia sedang menangis," ucapnya berusaha tegar sambil memamerkan gigi rapinya.

Arga sempat terkejut lalu tersenyum mengecup kening Nayla. "Maaffff, dan terimakasih, aku ke kamar Afnan ya," pamit Arga beranjak dari kasur dan keluar kamar.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • SAHABATKU MADUKU   75 - Sebuah janji

    75 - Sebuah Janji "Kenapa kalian dia saja?" tanya Afnan melirik semuanya. "Eh, ayoo makan," ajak Nayla dengan suara gugup, membuat Afnan menatapnya curiga. "Nayla!" panggil Afnan membuat wanita itu mengembuskan napas lalu membalas tatapan Afnan. "Ada apa, Mbak? ayoo makan, ini enak lho," ujar Nayla merasa tatapan Afnan semakin membuatnya sesak. "Kalian sembunyiin apaan?" tanya Afnan lagi, menatap semua orang yang berada di dalam. "Ayo sayang, katanya mau makan, makanan ini," seru Arga hendak menyuapi Afnan tetapi wanita itu tolak. "Massss, jawab pertanyaanku!" Arga mengembuskan napasnya kasar, lalu bersandar di dinding. "Rahimmu diangkat, kamu tidak akan bisa hamil lagi," ucap Arga seperti petir menyambar ke diri Afnan, wanita itu diam membuat semua orang khawatir. "Apa! Kamu pasti bohong 'kan, Mas!" raung Afnan dengan matanya sudah banjir dengan air yang terus berjatuhan. "Mbak, kamu harus ikh

  • SAHABATKU MADUKU   74 - Mereka anak kita

    74 - Mereka anak kitaSenyuman terpatri di bibir Arga, saat mendapatkan telepon dari istri keduanya, bahwa Afnan sudah sadar semenjak koma. Ia melangkah dengan tergesa - gesa sambil menuntun anak - anaknya, karena Leon dan Leana ingin berjalan."Ayo Nak, kita harus cepat - cepat ke ruangan Bund, soalnya Bunda sudah bangun dari tidur panjangnya," jelas Arga berusaha agar anak - anaknya melangkah lebih cepat."Wah, Unda uda angun, Eana engen enger cuala Unda," kata Leana dengan girang sambil loncat - loncat."Iya sayang, Ayah juga rindu suara Bunda," sahut Arga dibalas anggukan oleh Leana.Setelah sampai Arga langsung membuka pintu, matanya melihat Afnan tengah makan disuapi Nayla."Mas," ucap Afnan spontan dengan mata berkaca - kaca, terlihat sorot rindu dari manik keduanya."Sayang, akhirnya kamu bangun," ucap Arga lalu melangkah bersama Leana dan Leon mendekati brankar Afnan."Mas rindu kamu," kata Arga lalu meraih

  • SAHABATKU MADUKU   73 - Nestapa terguncang

    73 - Nestapa terguncangDua tahun kemudian ...Seorang pria dengan telaten menyisir rambut istrinya, yang masih terbaring di brankar. Tubuh wanita itu kurus, surainya semakin panjang, tetapi matanya masih betah terpejam selama dua tahun ini."Sayang, kapan kamu membuka mata? aku sangat merindukanmu, anak kita juga," ucapnya pelan, sungguh ia tak sanggup rasanya, saat mendengar perkataan dokter tadi pagi."Apakah kamu tidak menyayangi kami? kenapa tertidur terlalu lama, ini sudah mau dua tahun sayang. Ayo buka matamu," pintanya lagi, lalu mengecup pipi yang tirus itu."Leana, sebentar lagi ulangtahun lho, bersama Leon, ayo bangun kita rayakan bersama," bujuknya menggenggam lengan wanita yang terpasang infus. "Tolonggggg, bangunlah. Kami sangat merindukanmu," bisiknya ditelinga sang istri."Aku salat dulu, ya. Di sini kok sambil menunggu adikmu dan anak kita," ujarnya melangkah ke toilet untuk berwudhu.***"S

  • SAHABATKU MADUKU   72 - Kecelakaan

    72 - KecelakaanNayla tengah berbincang di cafe milik sahabatnya yaitu Zahra, ia sesekali meneguk kopi dengan perlahan. Sebenarnya dia menahan sesuatu terlihat dari wajahnya yang pucat."Duh, kenapa perutku sakit dan mulas ya, pinggangku juga terasa panas," erang Nayla memegang perutnya."Mungkin kamu mau melahirkan, Nay. Ayo kita cepat - cepat ke rumah sakit," ajak Zahra ia lekas membantu sahabatnya berjalan lalu dia antar menggunakan mobilnya."Rasanya semakin sakit, Zah," rengek Nayla, ia bergerak dengan gelisah."Sabar Nay, coba kamu telepon Mbakmu, kasih tau kalau mau lahiran," perintah Zahra, Nayla mengangguk ia segera merogoh tas mencari ponselnya dan menelepon Afnan."Assalamualaikum, Mbak," ucap Nayla sambil menahan rasa sakit yang hilang timbul."Walaikumsalam, ada apa Nay? kok kamu kaya ke sakitan gitu," sahut Afnan khawatir."Sepertinya aku mau lahiran, Mbak. Aku dan Zahra sedang dalam perjalan ke rumah sakit,

  • SAHABATKU MADUKU   71 - Kebahagiaan

    71 - kebahagiaanArga menatap puas seseorang yang berada dibalik jeruji besi, ia melangkah lalu mengulas senyum saat Farhan bangkit dan mendekatinya."Lepaskan aku sialan! beraninya kau memasukanku ke sini!," maki Farhan menatap tajam Arga, membuat pria itu terkekeh."Kau pantas disana, dan siap - siap pergi ke pengadilan agar tau selama apa kau tempat ini," kelakar Arga sambil terus memegang perutnya, karena tidak kuat dengan tawanya yang tak berhenti."Aku pergi, tidak ada waktu berurusan denganmu," ucap Arga sinis lalu pergi meninggalkan Farhan yang sangat marah.***Setelah Farhan menjalani persidangan, akhirnya di dijatuhkan hukuman penjara selama sebelas tahun. Faresta tidak bisa membantu sama sekali, karena pengacara yang dibawa Anisa dan Nayla sangat hebat.Pria itu sudah dikawal oleh polisi saat mendekati Anisa yang tengah menggendong Haidar, ia mengulas senyum."Selamat kau menang, Anisa," ujar Farhan menatap Haid

  • SAHABATKU MADUKU   70 - Meminta restu

    BAB 70MEMINTA RESTUDavid berjalan ke ruangan CEO, untuk bertemu Arga. Melangkah dengan santai, lalu membuka pintu tanpa mengetuk pintu, membuat Arga yang tengah fokus kesal karena terganggu."Awas jika membawa berita tidak penting," ancam Arga menaruh berkas di meja, ia menatap kesal ke arah David yang sudah dihadapannya."Kau harus menaikan gajiku," ucap David sombong, lalu menarik kursi untuk di duduki."Cepatlah katakan! aku ingin segera menyelesaikan pekerjaanku," seru Arga."Farhan sudah ditangkap, dia sekarang di kantor polisi," kata David membuat bibir Arga melengkung membentuk senyuman."Baguslah, nanti kutranfer uangmu, sebagai hadiah," ujar Arga membuat David langsung tersenyum."Terimakasih, Bro. Sekalian kasih gue cuti dong," ucap David senang."Nanti, bantu aku mengerjakan ini semua. Baru kuberi cuti beberapa hari," seru Arga, David mengangguk semangat."Nanti aku bantu, agar cepat selesai." Dav

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status